Berita

ilustrasi

On The Spot

Nginap Sebulan Di Vihara, Dapat Angpao Ratusan Ribu

Cap Go Meh Tutup Perayaan Imlek 2012
SENIN, 06 FEBRUARI 2012 | 09:51 WIB

RMOL. Kemeriahan Imlek tahun 2012 segera berakhir. Perayaan tahun baru Cina ini ditutup dengan Cap Go Meh yang merupakan puncak dari semua ritual yang sudah berlangsung sejak dua pekan lalu.

Di Vihara Dharma Bakti yang ter­letak di Petak IX, Glodok, Jakarta Barat, keramaian sudah terlihat beberapa hari terakhir. Saat Cap Go Meh kemarin, warga etnis  Tionghoa yang berasal dari sejumlah wilayah di Jabodetabek terus memadati vihara tertua di Jakarta ini .

Mereka yang datang umumnya untuk bersembahyang di dalam vihara, demi memohon kelan­caran rizki sepanjang tahun 2012. Sambil membakar hio, satu per satu ruangan vihara akan didata­ngi pengunjung yang datang untuk memanjatkan doa-doa.

Karena vihara ini selalu ramai dikunjungi sejak sebelum Imlek, tak heran menjadi tempat untuk mengais rezeki bagi orang-orang tak mampu. Mereka datang ke sini berharap mendapat angpao dari pengunjung vihara.

Bahkan pemburu angpao ini tak hanya berasal dari Jakarta te­tapi juga dari sejumlah daerah di Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Ada yang sudah berada di sini se­jak sepekan lalu. Bahkan ada yang telah bertahan selama sebulan.

“Saya sudah hampir sebulan berada disini. Rencananya besok malam setelah perayaan puncak, saya mau pulang kampung ke Purwakarta,” kata Sutinah 61 tahun saat ditemui Rakyat Mer­deka kemarin.

Sutinah merupakan bersama beberapa orang yang berharap men­dapat angpao terlihat meme­nuhi pekarangan vihara. Sambil mengempit kantong plastik yang sudah lusuh di ketiaknya, Sutinah terus menengadahkan tangan ka­nannya ke arah pengunjung yang datang maupun baru saja keluar dari vihara.

Selama sebulan Sutinah tidur di sekitar Vihara bersama sem­bilan orang satu kampungnya. “Daripada di kampung tidak ada kerjaan, mendingan di sini bisa kumpulin uang sedikit demi se­dikit. Lumayan buat hidup berapa bulan kedepan,”kata perempuan yang rambutnya sudah banyak dipenuhi uban ini.

Sudah dapat uang berapa? “Lu­mayan Pak. Sudah ada ratusan ribu. Itu juga kepotong untuk bia­ya hidup di sini. Mudah-mudahan besok dapat tambahan lagi,” katanya sambil senyum-senyum.

Para pemburu angpao juga ber­asal dari kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Mereka datang ke Petak IX, Glodok sengaja mem­bawa anak-anak. Bocah-bo­cah itu juga diajak memburu angpao dari pengunjung vihara.

“Awalnya dulu kami datang ke sini cuma main-main aja. Mau lihat perayaan lebaran Cina. Tapi namanya anak-anak diajak ke sini untuk main malah ikut rebutan saat ada pengunjung yang mem­bagikan angpao. Akhirnya malah jadi keterusan,”kata Siti yang datang di vihara bersama dua orang anaknya.

Sutinah dan Siti duduk berjejer ber­sama puluhan orang lain yang didominasi oleh kalangan perem­puan dekat pintu masuk vihara. Setiap ada pengunjung yang da­tang, vihara, para pengemis mu­siman ini tak segan-segan untuk teriak meminta angpao.

Tak jauh dari rombongan ter­sebut, beberapa anak-anak kecil yang diajak orang tuanya ke sini terlihat asyik bermain karet.

Aris, 11 tahun tahun langsung berhenti bermain ketika melihat seorang petugas vihara membawa kantong plastik warna merah. Isinya uang logam Rp 500. Anak-anak lainnya juga langsung menghentikan permainan.

Bergabung bersama puluhan orang lainnya, rombongan Aris segera berdesak-desakan men­de­ka­ti pria dengan berewok le­bat yang membawa kantong plastik itu.

“Kalau berebut tidak akan saya kasih. Silakan bikin antrean se­perti biasa kalau mau dapat uang logam ini,” ujar pria itu dengan suara lantang.

Para pengharap sedekah me­nu­ruti perintah itu. Tak menunggu lama, antrean panjang yang ter­diri dari tiga baris terbentuk. Aris bersama teman seusianya berada pada barisan pertama. Sedangkan ibu-ibu dan nenek-nenek berada di barisan kedua dan ketiga.

Satu per satu orang yang mem­buat barisan itu menghampiri petugas vihara yang membagi-ba­gikan recehan. Setiap orang mendapat dua koin Rp 500.

Semua pengantre telah keba­gian koin. Ternyatan masih ada koin di tangan petugas vihara. Pria itu lalu menyebar koin yang tersisa. Orang-orang yang tadi antre pun berebut memu­ngu­ti koin yang tercecer di ha­ la­m­an vihara.

Setelah koin habis, semua orang kembali ke posisi semula. Ibu-ibu dan nenek memilih du­duk berjejer di pintu masuk vi­hara. Sementara Aris dan kawan-kawannya melanjutkan bermain† karet tidak jauh dari barisan ibu-ibu tadi berdiri.

Siapkan 5 Ribu Burung Untuk Cap Go Meh

Pencari berkah dari perayaan Imlek tidak cuma para warga miskin yang berkumpul di depan vihara untuk mendapat angpao. Para pedagang burung pun ke­bagian rezeki.

Jangkung, salah seorang peda­gang burung gereja yang ada di sekitar vihara Dhama Bakti di Ja­lan Petak IX, Glodok, Jakarta Ba­rat mengaku kebanjiran rezeki saat perayaan Imlek.

Ia juga berharap bakal men­dapat keuntungan saat perayaan Cap Go Meh yang merupakan pe­nutupan dari perayaan Imlek. Kata dia, biasanya warga Tiong­hoa yang datang vihara akan me­mesan burung gereja padanya.

“Sebelum mereka bersembah­yang, biasanya salah satu keluar­ga datang ke sini untuk pesan bu­rung. Agar setelah selesai sem­bahyang, burung sudah siap da­lam keranjang untuk dilepas­kan,” jelasnya saat ditemui Rak­yat Merdeka kemarin.

Jumlah burung yang dipesan, kata Jangkung, berbeda-beda. Sebab, burung yang akan dilepas disesuaikan dengan jumlah umur orang yang membelinya.

Pria berkulit hitam ini memberi contoh, kalau orangnyaberusia 56 tahun, burung yang harus dilepas paling sedikit berjumlah 56 ekor.

“Tapi biasanya yang memesan pada saya itu merupakan rombo­ngan keluarga. Jadi jumlah bu­rung yang akan mereka sebar nanti merupakan jumlah umur dari ke­luarga tersebut. Makanya rata-rata burung yang dipesan di atas se­ra­tus ekor,” katanya sambil mem­be­tul­kan topi hitam miliknya.

Jangkung menghargai satu ekor burung gereja Rp 1.000. Se­lain men­­jual burung, ia juga me­nye­diakan keranjang plastik un­tuk me­nampung burung-burung yang hendak dilepas. Keranjang ini dia pinjamkan kepada pembelinya.

“Saya mengantarkan jumlah burung yang mereka pesan leng­kap dengan keranjangnya. Sete­lah burung dilepas, keranjang itu akan dikembalikan,” kata dia.

Sejak sebelum Imlek hingga ke­marin, Jangkung mengaku su­dah mengantong uang lebih dari Rp 1 juta dari menjual burung gereja.

“Besok (hari ini-red) biasaya akan lebih ramai dari sekarang. Biasanya burung yang terjual akan jauh lebih banyak. Dan saya pun sudah stok burung hingga ribuan di rumah,” katanya.

Sekadar informasi, pada saat Cap Go Meh, orang Tionghoa me­yakini Sang Yan, dewa pem­bawa rezeki akan turun. Untuk menyam­but rezeki yang baru, me­reka harus melepaskan kesia­lan yang dialami­nya selama se­tahun kemarin.

Salah satu ritual yang bisa dila­kukan untuk melakukan buang sial adalah dengan melepaskan burung ke alam terbuka. Biasa­nya, ritual lepas burung dilakukan setelah beribadah di vihara.

Lontong Raksasa 151 Meter Dipamerkan

Festival Kuliner Ceban Di Pecenongan

Tak hanya di vihara keme­riahan perayaan Cap Go Meh juga berlangsung di kawasan kuliner yang terletak di Pece­nongan, Jakarta Pusat. Kamis malam (4/2) kawasan ini dida­tangi ribuan warga yang ingin menyambut Cap Go Meh.

Selain berburu kuliner khas Imlek, warga yang umumnya berasal dari etnis Tionghoa ingin melihat lontong rakasa. Lontong raksasa yang memiliki panjang 2,75 meter dan ber­dia­meter 34 sentimeter diper­tun­jukan kepada pengunjung.

Tak hanya itu, lontong-lon­tong raksasa lalu disambung-sambungkan. Panjangnya men­jadi 151 meter. Lontong yang dibuat Ibu-ibu PKK Kema­yoran ini akhirnya masuk ca­tatan Museum Rekor Indonesia (MURI).

Anisa, salah seorang pem­buat­nya mengungkapkan, pem­­­­buatan lontong ini meng­ha­biskan bahan baku beras se­ba­nyak 2,5 kuintal, 5 tabung gas, 125 kilogram daun pi­sang, 1 kilogram garam. Ada 50 orang yang terlibat dalam pem­buatannya.

“Untuk pembuatannya butuh waktu 12 jam dari tahap awal hingga membentuk ukuran seperti ini,” wanita yang aktif di PKK Kemayoran, Jakarta ini.

Atraksi lontong ini hanya salah satu bagian dari Festival Cap Go Meh di Jakarta yang digelar di kawasan Pecenongan, Jakarta Pusat.

Festival yang penuh aneka sa­jian makanan ini disambut an­tusias para pengunjung, lokal maupun mancanegara. Salah se­orang turis asing, Eric me­ngaku se­nang bisa melihat ke­giatan ini.

“Ini sangat bagus. Saya coba beberapa jenis makanan. Sangat enak. Saya mau juga lihat ba­rong­sai yang tentu sangat me­narik dilihat,” katanya.

Festival kuliner terkait Cap Go Meh yang digelar untuk per­tama kalinya ini diberi tema Naga Ceban. Karena di­adakan di tahun naga dan ma­kanan yang tersedia di sini bisa dibeli dengan harga Rp 10 ribu alias ceban.

Walikota Jakarta Pusat, Sae­fullah, mengatakan peraya­an Cap Go Meh ini juga menjadi ajang Festival Kuliner Pece­no­ngan. “Ada 68 stand kuliner ikut memeriahkan acara terse­but. Kita juga akan memb­a­gi­kan 500 santunan kepada warga kurang mampu. Kegiatan ini diharapkan dapat membangun rasa kebersamaan para warga dan meningkatkan kepedulian antar sesama,” ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan kegiatan ini merupakan suatu cerminan aspirasi masyarakat. Ia berha­rap kegiatan ini digelar tahun de­­pan dan seterusnya. Tentu saja harus lebih meriah.

Menurutnya, kegiatan ini menjadi suatu bukti orang Ja­kar­ta menghargai keragaman. Fauzi pun mengingatkan agar seluruh elemen masyarakat Ja­karta dapat menjaga kerukunan yang sudah tercipta baik di ibukota.

“Jaga Jakarta jadi tempat yang aman, damai dan rukun. Karena kerukunan yang ada saat ini adalah kebanggaan warga Jakarta. Jangan acak-acak kota Jakarta, karena akan berhadapan dengan warga Ja­karta,” tegasnya.

Fauzi menambahkan, pera­yaan Imlek dan Cap Go Meh saat ini menjadi acara nasional dan kebanggaan kota Jakarta. Oleh karenanya, ia meminta agar keragaman budaya yang ada saat ini tetap dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya