Berita

ilustrasi

Lepas Tangan Lingkaran Presiden Pancing Intervensi Internasional

SELASA, 31 JANUARI 2012 | 15:44 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Sebuah negara bisa dinyatakan gagal bila tidak punya kemampuan atau ogah-ogahan melindungi warganya dari berbagai tindak kekerasan dan ancaman kehancuran.

Satu lagi yang penting dari ciri-ciri failed state. Negara tidak bisa menjamin hak-hak rakyatnya, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri. Institusi-institusi demokrasi juga gagal dipertahankan.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, ketidakmampuan negara dalam mencegah kerusuhan-kerusuhan sosial bakal berbuntut panjang. Tindak kekerasan oleh massa rakyat dan upaya menekan dari aparat keamanan pasti melahirkan pelanggaran hak asasi manusia.


Yang lebih mengkhawatirkan adalah kerap terjadi pembiaran-pembiaran tirani mayoritas oleh negara.

"Pelarangan ibadah dan pembantaian pengikut Ahmadiyah, lalu pelarangan ibadah jemaaat GKI Yasmin, apa itu bukan pembiaran negara?" ucapnya kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 31/1).

Kegagalan dan pembiaran itu pada akhirnya akan menimbulkan ketidakpercayaan dari golongan lemah atau minoritas terhadap pemerintahnya sendiri. Akhirnya, mereka akan meminta perlindungan dunia internasional. Tindakan tersebut disahkan dalam hubungan internasional dan diizinkan Perserikatan Bangsa Bangsa.

Intervensi internasional paling mudah masuk lewat isu hak asasi manusia. Sementara pemerintah tampak kehilangan kendali.

"Padahal kesepakatan para pendiri bangsa ini agar negara melindungi mereka yang lemah agar tak ditindas mayoritas. Kalau minoritas meminta perlindungan internasional, itu sah saja," jelasnya.

Masalahnya, TB Hasanuddin melihat orang-orang Presiden yang lemah dalam menganalisa sebuah masalah. Kenyataan itu memperkeruh suasana dan memperjelas hilang kendali negara.

"Misalnya, dengan Menteri Agama mengatakan kasus Gereja  Yasmin itu masalah hukum di daerah, bukan masalah pemerintah pusat, dia seolah lepas tangan. Orang-orang presiden tidak mampu melihat akar problem," sebutnya.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya