RMOL. Pemilu 2014 tinggal dua tahun lagi. Partai politik mulai pasang ancang-ancang menghadapi pesta demokrasi itu. Sejumlah aktivis, artis, purnawirawan dan bekas pejabat direkrut untuk memperbesar suara.
Partai Golkar termasuk yang aktif merekrut orang. Belum lama muncul rencana untuk merekrut Khofifah Indar Parawansa.
“Golkar sedang memÂperÂsiapÂkan langkah-langkah strategis untuk meraih target suara yang diharapkan. Langkah strategis itu salah satunya menjaring tokoh-tokoh potensial seperti KhÂofiÂfah,†ujar Wasekjen DPP Golkar Nurul Arifin.
Alasan membidik Khofifah, menurut Nurul, karena tokoh NU tersebut telah memiliki kedekatan hubungan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. “Hubungan Pak Ical secara pribadi pun sangat baik dengan ketua Muslimat NU tersebut,†kata Nurul.
Khofifah masih malu-malu meÂnanggapi kabar tentang diriÂnya yang tengah dilamar Golkar. Khofifah hanya bisa tersenyum dan tidak ingin berandai-andai maju di Pilpres 2014.
“Pemilu 2014 masih terlalu jauh kalau mau dibicarakan seÂkarang. Saya mau fokus dulu di Muslimat NU dan kembangin koÂperasi aja deh,†katanya.
Setelah tak lagi menjadi angÂgota DPR, Khofifah masih berÂkeÂcimpung di dunia politik deÂngan maju dalam pemilihan GuÂbernur Jawa Timur. Sayangnya, Khofifah yang berpasangan deÂngan purnawirawan jenderal Mudjiono gagal menjadi peÂmeÂnang pada pilkada yang digelar Juli 2008.
Sejak saat itu, nama Khofifah nyaris tidak terdengar lagi di kanÂcah perpolitikan tanah air. NaÂmun, di organisasi lain di luar poÂlitik, nama Khofifah justru seÂmakin bersinar. Dia dipercaya unÂtuk kedua kalinya menjabar seÂbagai Ketua Umum Pimpinan PuÂsat Muslimat NU.
Bahkan pada kongres yang diÂgelar Juli 2011, Khofifah terÂpilih untuk kedua kalinya dengan cara aklamasi. Padahal pada jaÂbatan pertamanya, bekas politisi PPP ini menang karena proses voting.
“Karena aklamasi, tentunya kepercayaan yang harus saya emÂban itu sangat besar. Dan saya beÂnar-benar akan serius untuk menÂjalankan amanah ini sampai seÂleÂsai,†ungkapnya.
Belakangan, nama Khofifah diÂsebut-sebut sebagai salah satu toÂkÂoh yang sedang dilamar unÂtuk maÂsuk ke Partai Golkar. TiÂdak meÂnutup kemungkinan, KhoÂfifah memiliki peluang unÂtuk menÂdamÂpingi Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie di bursa Pilpres 2014.
Tak hanya partai berlambang beringin, Partai Persatuan PemÂbangunan (PPP) yang dinahkodai Suryadharma Ali sudah terang-terangan menyatakan keÂingiÂnanÂnya menjadikan Khofifah sebagai cawapres. Alasannya, Khofifah meÂmiliki kharisma dan kemamÂpuan dalam bersaing di Pilpres 2014 nanti.
Bagaimana reaksi Khofifah sendiri di daulat oleh dua partai beÂsar yang memiliki ideologi berÂbeda? Apakah sudah ada keÂpuÂtuÂsan dari bekas Ketua Fraksi PPP periode 1992-1997 ini untuk meÂlaÂbuhkan hasrat politiknya?
“Saya ini pimpinan organ saÂyap NU yang secara AD/ART orÂgaÂnisasi ada larangan untuk meÂrangkap jabatan di partai politik. Jadi saya mau fokus di NU sajalah,†jelasnya saat disingÂgung kabar adanya tawaran maÂsuk Golkar.
Kemarin Rakyat Merdeka menÂcoba mengintip kesibukan yang dilakukan Khofifah belaÂkangan ini. Ternyata, meski tak lagi berkecimpung secara aktif di dunia politik, aktifitas Khofifah masih segudang.
“Kebetulan agenda saya lagi padat untuk mengisi berbagai acara diskusi dan pertemuan. MaÂlamnya saya mau ke acara Haul Gus Dur. Jadi dari pagi sampai maÂlam, kebetulan penuh,†jelasÂnya sambil tertawa saat diÂhuÂbungi Rakyat Merdeka kemarin melalui telepon.
Untuk merayakan tahun baru saja, kata Khofifah, dirinya tidak bisa melewatkan bersama suami dan anak-anaknya di rumah. MesÂkipun dia mengaku kalau taÂhun baru bukan peristiwa penting yang harus dirayakan bersama.
“Saya sudah kontrak untuk menjadi juri pada acara Dai Muda di salah satu stasiun swasta. Dan kebetulan malam tahun baru acaraÂnya life dan tentunya saya tidak bisa bersama keluarga,†jelasnya.
Selain mengisi acara sebagai juri di sebuah stasiun TV swasÂta, waÂnita kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965 ini mengaku masih puÂnya segudang kesibukan lagi. PerÂtama, dia sedang aktif-aktifÂnya meÂngurus Pimpinan Pusat MusliÂmat NU yang keÂbeÂtulan sudah dijabatnya selama dua periode.
Selain mencurahkan pikiran dan tenaga untuk Muslimat NU, belakangan ini juga dia disiÂbukÂkan dengan berbagai organisasi lainnya. Dia tercatat sebagai peÂtinggi beberapa organisasi besar. Misalnya, Wakil Ketua Dewan Koperasi Indonesia dan Wakil KeÂtua Nasional Demokrat.
Untuk urusan koperasi, KhoÂfifah mengaku serius untuk meÂngembangkan salah satu sektor ekonomi Indonesia itu hingga kancah internasional. Demi menÂcari informasi dan masukan, beÂbeÂrapa waktu lalu dia mengunÂjungi beberapa negara di dunia unÂtuk mencari perbandingan.
“Saya ke Singapura, Swedia, Norwegia, Belanda dan bebeÂrapa negara lain untuk melihat bagaiÂmana koperasi di sana. TerÂnyata Koperasi yang kita bangÂga-bangÂgakan sejak dulu ini, tidak apa-apaÂnya dibandingkan negara lain.â€
“Koperasi itu kan sesuai deÂngan karakter bangsa kita yang mengedepankan kekeluargaan dan gotong royong. Ternyata prakÂtiknya justru sukses dilakuÂkan negara lain yang berbeda,†tambahnya.
Tak hanya ngurusin koperasi, ibu empat orang anak ini juga lagi asyik berkecimpung di dunia penÂdidikan. Melalui Yayasan KhaÂdijah NU, Khofifah berhasil mengÂgandeng University of CamÂbridge International ExamiÂnation dengan menjadi CIE CenÂtre dengan ID 268.
Kata Khofifah, Sertifikasi CamÂbridge merupakan salah satu program pendidikan yang diadaÂkan University of Cambridge. ProgÂÂram ini berbentuk ujian terÂtuÂlis layaknya ujian nasional unÂtuk enam mata pelajaran. Yakni FiÂsika, Kimia, Biologi, MateÂmaÂtika, Bahasa Inggris, dan Ekonomi.
Siswa yang lulus ujian sertifiÂkasi Cambridge ini selanjutnya akan mendapat sertifikat resmi dari University of Cambridge. HeÂbatnya, sertifikat ini diakui seÂluruh dunia. Siswa yang menÂdapat sertifikat tersebut, terlebih dengan nilai yang bagus, bisa mendaftar ke perguruan tinggi mana saja di dunia.
Apakah kegiatan itu persiapan untuk terjun ke politik? “Sama seÂkali tiÂdak, ini murni kegiatan soÂsial saya dan tidak ada huÂbuÂnganÂnya dengan poÂlitik. Saya masih seÂnang menjalani ini seÂmua,†imbuhnya.
Dekat Dengan Semua Tokoh Politik
Selain Nurul Arifin, kabar kalau Khofifah Indar Parawansa seÂdang proses memakai almaÂmaÂter kuning juga juga disampaikan oleh politisi Golkar yang lain. Indra J Piliang yang merupakan poÂlitisi Golkar bahkan menyebut kalau Khofifah sudah masuk dalam tim sukses pemenangan Ical (Aburizal Bakrie) di 2014.
"Setahu saya Mbak Khofifah kan bagian dari timnya Pak Luhut Panjaitan, Pak Luhut punya keÂlomÂpok diskusi yang anggotanya banyak. Kebanyakan sih itu manÂtan-mantan jenderal. Pak Luhut kan anggota Wantim Partai GolÂkar," beber Indra.
Menurut Indra, belakangan ini KhoÂfifah aktif dalam berbagai disÂkusi-diskusi yang dimotori purÂnawirawan jenderal yang juga anggota Dewan Pertimbangan GolÂkar, Luhut Panjaitan. LangÂkah tersebut ditengarai sengaja diÂsiapkan untuk memperkuat penÂcapresan Ical.
Saat dikonfirmasi, Khofifah engÂgan mengomentari hal terseÂbut seÂcara gamblang. Lagi-lagi dia meÂnegaskan kalau dirinya masih aktif di NU dan mengurus koperasi dari dua organisasi yang dijabatnya.
Namun, bekas Ketua Fraksi PPP MPR di era Orde Baru ini tidak menampik kedekatannya deÂngan Aburizal Bakrie selaku Ketua Umum Golkar. MeÂnuÂrutÂnya, kedekatannya dengan Ical, sudah terjalin jauh sebelum yang bersangkutan menjadi pimpinan partai dan bersiap melangkah ke Pilpres 2014.
“Kalau saya berkomunikasi dan kenal baik dengan Pak Ical, jangan lantas ditafsirkan itu ada kaitannya dengan politik. Saya mengenal dan berhubungan atas nama pribadi Pak Ical, bukan haÂnya Golkar-nya saja,†kata bekas Menteri PemberÂdayaan PeremÂpuan era Presiden Abdurahman Wahid ini.
Bahkan bukan hanya dengan Ical, dengan petinggi partai lain pun dirinya mengaku menjalin hubungan baik. Misalnya dengan Megawati Soekarno Putri (PDIP), Suryadharma Ali (PPP), MuhaiÂmin Iskandar dan beberapa peÂtingÂgi partai lainnya.
“Saat di PKB, saya diperÂcaya menjadi sebagai salah satu Ketua DPP yang memiliki keÂweÂnangan dan keleluasaan unÂtuk berÂkoÂmuÂniÂkasi dengan parÂtai lain. Jadi ini buÂkan hal baru bagi saya,†tegasnya.
Menurut Khofifah, dirinya perlu mempertimbangkan dengan matang seandainya ingin kembali terjun ke politik. Mengingat deÂngan organisasinya yang sekaÂrang, dia sudah merasa nyaman dan bermanfaat.
“Belum tertarik bicara politik. NU, koperasi, Pendidikan itu bagi saya lebih menarik untuk diÂbiÂcaÂrakan dan dikerjakan saat ini,†imbuhnya.
Bubarkan Saja Partainya, Ibu Nggak Pernah Pulang!
Nama Khofifah mulai populer di panggung nasional setelah memÂÂbacakan pidato sikap FrakÂsi Persatuan Pembangunan (F-PP) daÂlam SU MPR 1998. PidaÂto yang isinya mengkritik habis peÂmeÂrintahan Orde Baru langÂsung meÂÂnyeÂdot perhatian baÂnyak pihak.
Dalam pidatonya itu, Khofifah dengan tegas mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan. MeÂnurutnya, demokrasi di IndoÂnesia saat itu tidak berjalan kaÂreÂna adanya tekanan politik yang beÂsar dari penguasa.
Para penonton TV di rumah yang saat itu sudah dijangkiti siÂkap apatis terhadap Orde Baru pun bertepuk tangan. TV diperÂboÂlehkan siaran langsung karena salinan pidato Khofifah sudah diserahkan ke Cilangkap.
Tapi, kenyataannya, pidato yang dibacakan perempuan luÂluÂsan Unair itu berbeda dengan yang berada di tangan para jenderal.
Tak heran karena pidatonya tersebut, Fraksi ABRI dan Fraksi Golkar terlihat sinis terhadapnya. Bahkan, sejumlah jenderal langÂsung menegurnya karena meÂngungkit-ungkit pemilu yang teÂlah berlalu.
Setelah Orde Baru bisa diÂlengÂÂserÂkan dan berganti reforÂmaÂsi, peta politik yang dilakuÂkan KhoÂfifah mulai berbeda. MeÂrasa kipÂrahnya di dunia poÂlitik dihanÂtarÂkan oleh NU, KhoÂfifah hijrah ke Partai KebangÂkiÂtan Bangsa (PKB), partai yang didirikan tokoh-tokoh NU pada awal era reformasi.
Selanjutnya, Pada 1998-2000 Khofifah kembali duduk di DPR seÂbagai wakil PKB. Kariernya seÂmaÂkin terang saat ditunjuk sebaÂgai Menteri Pemberdayaan PeÂremÂpuan di era presiden KH AbÂdurÂrahman Wahid alias Gus Dur.
Baginya, partai adalah kenÂdaÂraan sementara NU adalah ruÂmah bagi dirinya. Karena itu, mesÂki aktif di partai, Khofifah tetap menÂdÂedikasikan hidupnya untuk NU, organisasi yang seÂlaÂmÂa ini berperan besar memÂbeÂsarkan namanya.
Pernah diprotes keluarga? KhÂoÂÂÂfifah mengaku kalau suamiÂnya, Indar Parawansa sangat menÂdukung karir dan aktifiÂtasÂnya di luar ibu rumah tangga. NaÂmun, karena kesibukan, dia mengaku pernah diprotes oleh anak pertaÂmaÂnya yang waktu itu masih TK.
Saat itu, kegiatan PKB yang baru berdiri sangat banyak, samÂpai-sampai ia tak bisa pulang hingÂga 20 hari lamanya. Protes yang dilayangkan anaknya pun tergolong unik, yaitu dengan meÂnulis di tembok dengan tulisan besar-besar. “Ibu, bubarkan saja parÂtainya. Ibu nggak pernah puÂlang!†tutur Khofifah menirukan protes anaknya.
Bercita-cita Ingin Jadi Penyiar TVRI
Semasa kecil, Khofifah meÂngaÂÂku belum berpikir untuk terÂjun ke dunia politik. Bahkan di usiaÂnya yang masih anak-anak, justru Khofifah bercita-cita ingin menÂjadi pembaca beÂrita di televisi.
Keinginan itu menghinggapi piÂkirannya setelah kebiaÂsaanÂnya menonton Dunia dalam BeÂrita di TVRI pada pukul 21.00 WIB. Saat itu, dia mengÂidoÂlaÂkan Tuti Aditama yang meruÂpaÂkan pembaca berita di TVRI.
“Waktu itu yang ada di piÂkiÂran saya, Tuti itu hebat, bisa tahu begitu banyak peristiwa-perisÂtiwa di dunia,†kata Khofifah.
Namun saat duduk di bangku SMA, keinginan itu mulai terkiÂkis setelah dirinya kerap meÂngikuti berbagai acara diskusi dan seminar. Dari forum-forum ilmiah itulah, Khofifah muda tumbuh menjadi pribadi yang matang. Bahkan, dari kegeÂmaÂran berdiskusi itulah keinginan terjun ke dunia politik mulai terÂtanam sejak muda.
Tamat SMA, ia melanjutkan di JuÂrusan Ilmu Politik di UniÂverÂsitas Airlangga (Unair), perÂguÂruan tinggi yang cukup terÂkenal yang terletak di Surabaya. Duduk di bangku kuliah, jiwa aktivis KhoÂfifah terus tumbuh berkembang.
Ia kemudian berÂgabung daÂlam Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) dan ikut UKM (Unit Kegiatan MaÂhasiswa) Pecinta Alam di kamÂpusnya, serta aktif di dunia dakÂwah kampus.
Tak cukup di situ, ia juga baÂnyak berkecimpung di organiÂsasi ekstra kampus. Satu hal yang luar biasa diperoleh KhoÂfiÂfah, yaitu saat terpilih sebagai ketua PMII perempuan pertama di cabang Surabaya.
Padahal, saat itu sangat jarang sekali ada ketua cabang organiÂsasi ekstra yang peremÂpuan KhoÂfifah terÂbukti mampu meÂmimpin orÂganisasi yang maÂyoÂritas dihuni laki-laki itu.
Karier berorganisasi KhofiÂfah muda semakin terang, seÂteÂlah ia juga terpilih sebagai KeÂtua PW IPPNU Jatim. BahÂkan, benar-benar bisa menjadi aktifis sejati. Selain berkecimpung di PMII dan IPPNU, ia juga terliÂbat aktif di Komite Nasional PeÂmuda Indonesia (KNPI).
Saat masih duduk di bangku kuliah, ia belajar sekaligus di tiga tempat. Pada pagi hari, ia beÂÂlajar di FISIP Unair. Siang samÂpÂai sore hari ia kursus di PerÂhimpunan Persahabatan IndoÂneÂsia Amerika (PPIA). Dan, maÂlam harinya, ia kuliah di jurusan dakwah di STID Surabaya .
Dasar Ilmu dakwah yang ia miÂliki itulah yang kemudian meÂngantarkannya menjadi juru dakwah dan orator hebat. DiÂduÂkung posisinya sebagai Ketua Umum Muslimat NU, ia tampil dari panggung ke panggung di kota besar hingga daerah-daeÂrah terpencil. Bahkan, kini ia diminta oleh salah satu stasiun TV swasta sebagai juri PemÂiÂliÂhan Dai Cilik (Pildacil). [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17