Berita

Khofifah Indar Parawansa

On The Spot

Khofifah Sibuk Belajar Koperasi & Pendidikan

Mengintip Aktivitas Setelah Dilamar Golkar
SENIN, 02 JANUARI 2012 | 09:38 WIB

RMOL. Pemilu 2014 tinggal dua tahun lagi. Partai politik mulai pasang ancang-ancang menghadapi pesta demokrasi itu. Sejumlah aktivis, artis, purnawirawan dan bekas pejabat direkrut untuk memperbesar suara.

Partai Golkar termasuk yang aktif merekrut orang. Belum lama muncul rencana untuk merekrut Khofifah Indar Parawansa.

“Golkar sedang mem­per­siap­kan langkah-langkah strategis untuk meraih target suara yang diharapkan. Langkah strategis itu salah satunya menjaring tokoh-tokoh potensial seperti Kh­ofi­fah,” ujar Wasekjen DPP Golkar Nurul Arifin.

Alasan membidik Khofifah, menurut Nurul, karena tokoh NU tersebut telah memiliki kedekatan hubungan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. “Hubungan Pak Ical secara pribadi pun sangat baik dengan ketua Muslimat NU tersebut,” kata Nurul.

Khofifah masih malu-malu me­nanggapi kabar tentang diri­nya yang tengah dilamar Golkar. Khofifah hanya bisa tersenyum dan tidak ingin berandai-andai maju di Pilpres 2014.

“Pemilu 2014 masih terlalu jauh kalau mau dibicarakan se­karang. Saya mau fokus dulu di Muslimat NU dan kembangin ko­perasi aja deh,” katanya.

Setelah tak lagi menjadi ang­gota DPR, Khofifah masih ber­ke­cimpung di dunia politik de­ngan maju dalam pemilihan Gu­bernur Jawa Timur. Sayangnya, Khofifah yang berpasangan de­ngan purnawirawan jenderal Mudjiono gagal menjadi pe­me­nang pada pilkada yang digelar Juli 2008.

Sejak saat itu, nama Khofifah nyaris tidak terdengar lagi di kan­cah perpolitikan tanah air. Na­mun, di organisasi lain di luar po­litik, nama Khofifah justru se­makin bersinar. Dia dipercaya un­tuk kedua kalinya menjabar se­bagai Ketua Umum Pimpinan Pu­sat Muslimat NU.

Bahkan pada kongres yang di­gelar Juli 2011, Khofifah ter­pilih untuk kedua kalinya dengan cara aklamasi. Padahal pada ja­batan pertamanya, bekas politisi PPP ini menang karena proses voting.

“Karena aklamasi, tentunya kepercayaan yang harus saya em­ban itu sangat besar. Dan saya be­nar-benar akan serius untuk men­jalankan amanah ini sampai se­le­sai,” ungkapnya.

Belakangan, nama Khofifah di­sebut-sebut sebagai salah satu to­k­oh yang sedang dilamar un­tuk ma­suk ke Partai Golkar. Ti­dak me­nutup kemungkinan, Kho­fifah memiliki peluang un­tuk men­dam­pingi Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie di bursa Pilpres 2014.

Tak hanya partai berlambang beringin, Partai Persatuan Pem­bangunan (PPP) yang dinahkodai Suryadharma Ali sudah terang-terangan menyatakan ke­ingi­nan­nya menjadikan Khofifah sebagai cawapres. Alasannya, Khofifah me­miliki kharisma dan kemam­puan dalam bersaing di Pilpres 2014 nanti.

Bagaimana reaksi Khofifah sendiri di daulat oleh dua partai be­sar yang memiliki ideologi ber­beda? Apakah sudah ada ke­pu­tu­san dari bekas Ketua Fraksi PPP periode 1992-1997 ini untuk me­la­buhkan hasrat politiknya?

“Saya ini pimpinan organ sa­yap NU yang secara AD/ART or­ga­nisasi ada larangan untuk me­rangkap jabatan di partai politik. Jadi saya mau fokus di NU sajalah,” jelasnya saat dising­gung kabar adanya tawaran ma­suk Golkar.

Kemarin Rakyat Merdeka men­coba mengintip kesibukan yang dilakukan Khofifah bela­kangan ini. Ternyata, meski tak lagi berkecimpung secara aktif di dunia politik, aktifitas Khofifah masih segudang.

“Kebetulan agenda saya lagi padat untuk mengisi berbagai acara diskusi dan pertemuan. Ma­lamnya saya mau ke acara Haul Gus Dur. Jadi dari pagi sampai ma­lam, kebetulan penuh,” jelas­nya sambil tertawa saat di­hu­bungi Rakyat Merdeka kemarin melalui telepon.

Untuk merayakan tahun baru saja, kata Khofifah, dirinya tidak bisa melewatkan bersama suami dan anak-anaknya di rumah. Mes­kipun dia mengaku kalau ta­hun baru bukan peristiwa penting yang harus dirayakan bersama.

“Saya sudah kontrak untuk menjadi juri pada acara Dai Muda di salah satu stasiun swasta. Dan kebetulan malam tahun baru acara­nya life dan tentunya saya tidak bisa bersama keluarga,” jelasnya.

Selain mengisi acara sebagai juri di sebuah stasiun TV swas­ta, wa­nita kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965 ini mengaku masih pu­nya segudang kesibukan lagi. Per­tama, dia sedang aktif-aktif­nya me­ngurus Pimpinan Pusat Musli­mat NU yang ke­be­tulan sudah dijabatnya selama dua periode.

Selain mencurahkan pikiran dan tenaga untuk Muslimat NU, belakangan ini juga dia disi­buk­kan dengan berbagai organisasi lainnya. Dia tercatat sebagai pe­tinggi beberapa organisasi besar. Misalnya, Wakil Ketua Dewan Koperasi Indonesia dan Wakil Ke­tua Nasional Demokrat.

Untuk urusan koperasi, Kho­fifah mengaku serius untuk me­ngembangkan salah satu sektor ekonomi Indonesia itu hingga kancah internasional. Demi men­cari informasi dan masukan, be­be­rapa waktu lalu dia mengun­jungi beberapa negara di dunia un­tuk mencari perbandingan.

“Saya ke Singapura, Swedia, Norwegia, Belanda dan bebe­rapa negara lain untuk melihat bagai­mana koperasi di sana. Ter­nyata Koperasi yang kita bang­ga-bang­gakan sejak dulu ini, tidak apa-apa­nya dibandingkan negara lain.”

“Koperasi itu kan sesuai de­ngan karakter bangsa kita yang mengedepankan kekeluargaan dan gotong royong. Ternyata prak­tiknya justru sukses dilaku­kan negara lain yang berbeda,” tambahnya.

Tak hanya ngurusin koperasi, ibu empat orang anak ini juga lagi asyik berkecimpung di dunia pen­didikan. Melalui Yayasan Kha­dijah NU, Khofifah berhasil meng­gandeng University of Cam­bridge International Exami­nation dengan menjadi CIE Cen­tre dengan ID 268.

Kata Khofifah, Sertifikasi Cam­bridge merupakan salah satu program pendidikan yang diada­kan University of Cambridge. Prog­­ram ini berbentuk ujian ter­tu­lis layaknya ujian nasional un­tuk enam mata pelajaran. Yakni Fi­sika, Kimia, Biologi, Mate­ma­tika, Bahasa Inggris, dan Ekonomi.

Siswa yang lulus ujian sertifi­kasi Cambridge ini selanjutnya akan mendapat sertifikat resmi dari University of Cambridge. He­batnya, sertifikat ini diakui se­luruh dunia. Siswa yang men­dapat sertifikat tersebut, terlebih dengan nilai yang bagus, bisa mendaftar ke perguruan tinggi mana saja di dunia.

Apakah kegiatan itu persiapan untuk terjun ke politik? “Sama se­kali ti­dak, ini murni kegiatan so­sial saya dan tidak ada hu­bu­ngan­nya dengan po­litik. Saya masih se­nang menjalani ini se­mua,” imbuhnya.

Dekat Dengan Semua Tokoh Politik

Selain Nurul Arifin, kabar kalau Khofifah Indar Parawansa se­dang proses memakai alma­ma­ter kuning juga juga disampaikan oleh politisi Golkar yang lain. Indra J Piliang yang merupakan po­litisi Golkar bahkan menyebut kalau Khofifah sudah masuk dalam tim sukses pemenangan Ical (Aburizal Bakrie) di 2014.

"Setahu saya Mbak Khofifah kan bagian dari timnya Pak Luhut Panjaitan, Pak Luhut punya ke­lom­pok diskusi yang anggotanya banyak. Kebanyakan sih itu man­tan-mantan jenderal. Pak Luhut kan anggota Wantim Partai Gol­kar," beber Indra.

Menurut Indra, belakangan ini Kho­fifah aktif dalam berbagai dis­kusi-diskusi yang dimotori pur­nawirawan jenderal yang juga anggota Dewan Pertimbangan Gol­kar, Luhut Panjaitan. Lang­kah tersebut ditengarai sengaja di­siapkan untuk memperkuat pen­capresan Ical.

Saat dikonfirmasi, Khofifah eng­gan mengomentari hal terse­but se­cara gamblang. Lagi-lagi dia me­negaskan kalau dirinya masih aktif di NU dan mengurus koperasi dari dua organisasi yang dijabatnya.

Namun, bekas Ketua Fraksi PPP MPR di era Orde Baru ini tidak menampik kedekatannya de­ngan Aburizal Bakrie selaku Ketua Umum Golkar. Me­nu­rut­nya, kedekatannya dengan Ical, sudah terjalin jauh sebelum yang bersangkutan menjadi pimpinan partai dan bersiap melangkah ke Pilpres 2014.

“Kalau saya berkomunikasi dan kenal baik dengan Pak Ical, jangan lantas ditafsirkan itu ada kaitannya dengan politik. Saya mengenal dan berhubungan atas nama pribadi Pak Ical, bukan ha­nya Golkar-nya saja,” kata bekas Menteri Pember­dayaan Perem­puan era Presiden Abdurahman Wahid ini.

Bahkan bukan hanya dengan Ical, dengan petinggi partai lain pun dirinya mengaku menjalin hubungan baik. Misalnya dengan Megawati Soekarno Putri (PDIP), Suryadharma Ali (PPP), Muhai­min Iskandar dan beberapa pe­ting­gi partai lainnya.

“Saat di PKB, saya diper­caya menjadi sebagai salah satu Ketua DPP yang memiliki ke­we­nangan dan keleluasaan un­tuk ber­ko­mu­ni­kasi dengan par­tai lain. Jadi ini bu­kan hal baru bagi saya,” tegasnya.

Menurut Khofifah, dirinya perlu mempertimbangkan dengan matang seandainya ingin kembali terjun ke politik. Mengingat de­ngan organisasinya yang seka­rang, dia sudah merasa nyaman dan bermanfaat.

“Belum tertarik bicara politik. NU, koperasi, Pendidikan itu bagi saya lebih menarik untuk di­bi­ca­rakan dan dikerjakan saat ini,” imbuhnya.

Bubarkan Saja Partainya, Ibu Nggak Pernah Pulang!

Nama Khofifah mulai populer di panggung nasional setelah mem­­bacakan pidato sikap Frak­si Persatuan Pembangunan (F-PP) da­lam SU MPR 1998. Pida­to yang isinya mengkritik habis pe­me­rintahan Orde Baru lang­sung me­­nye­dot perhatian ba­nyak pihak.

Dalam pidatonya itu, Khofifah dengan tegas mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan. Me­nurutnya, demokrasi di Indo­nesia saat itu tidak berjalan ka­re­na adanya tekanan politik yang be­sar dari penguasa.

Para penonton TV di rumah yang saat itu sudah dijangkiti si­kap apatis terhadap Orde Baru pun bertepuk tangan. TV diper­bo­lehkan siaran langsung karena salinan pidato Khofifah sudah diserahkan ke Cilangkap.

Tapi, kenyataannya, pidato yang dibacakan perempuan lu­lu­san Unair itu berbeda dengan yang berada di tangan para jenderal.

Tak heran karena pidatonya tersebut, Fraksi ABRI dan Fraksi Golkar terlihat sinis terhadapnya. Bahkan, sejumlah jenderal lang­sung menegurnya karena me­ngungkit-ungkit pemilu yang te­lah berlalu.

Setelah Orde Baru bisa di­leng­­ser­kan dan berganti refor­ma­si, peta politik yang dilaku­kan Kho­fifah mulai berbeda. Me­rasa kip­rahnya di dunia po­litik dihan­tar­kan oleh NU, Kho­fifah hijrah ke Partai Kebang­ki­tan Bangsa (PKB), partai yang didirikan tokoh-tokoh NU pada awal era reformasi.

Selanjutnya, Pada 1998-2000 Khofifah kembali duduk di DPR se­bagai wakil PKB. Kariernya se­ma­kin terang saat ditunjuk seba­gai Menteri Pemberdayaan Pe­rem­puan di era presiden KH Ab­dur­rahman Wahid alias Gus Dur.

Baginya, partai adalah ken­da­raan sementara NU adalah ru­mah bagi dirinya. Karena itu, mes­ki aktif di partai, Khofifah tetap men­d­edikasikan hidupnya untuk NU, organisasi yang se­la­m­a ini berperan besar mem­be­sarkan namanya.

Pernah diprotes keluarga? Kh­o­­­fifah mengaku kalau suami­nya, Indar Parawansa sangat men­dukung karir dan aktifi­tas­nya di luar ibu rumah tangga. Na­mun, karena kesibukan, dia mengaku pernah diprotes oleh anak perta­ma­nya yang waktu itu masih TK.

Saat itu, kegiatan PKB yang baru berdiri sangat banyak, sam­pai-sampai ia tak bisa pulang hing­ga 20 hari lamanya. Protes yang dilayangkan anaknya pun tergolong unik, yaitu dengan me­nulis di tembok dengan tulisan besar-besar. “Ibu, bubarkan saja par­tainya. Ibu nggak pernah pu­lang!” tutur Khofifah menirukan protes anaknya.

Bercita-cita Ingin Jadi Penyiar TVRI

Semasa kecil, Khofifah me­nga­­ku belum berpikir untuk ter­jun ke dunia politik. Bahkan di usia­nya yang masih anak-anak, justru Khofifah bercita-cita ingin men­jadi pembaca be­rita di televisi.

Keinginan itu menghinggapi pi­kirannya setelah kebia­saan­nya menonton Dunia dalam Be­rita di TVRI pada pukul 21.00 WIB. Saat itu, dia meng­ido­la­kan Tuti Aditama yang meru­pa­kan pembaca berita di TVRI.

 â€œWaktu itu yang ada di pi­ki­ran saya, Tuti itu hebat, bisa tahu begitu banyak peristiwa-peris­tiwa di dunia,” kata Khofifah.

Namun saat duduk di bangku SMA, keinginan itu mulai terki­kis setelah dirinya kerap me­ngikuti berbagai acara diskusi dan seminar. Dari forum-forum ilmiah itulah, Khofifah muda tumbuh menjadi pribadi yang matang. Bahkan, dari kege­ma­ran berdiskusi itulah keinginan terjun ke dunia politik mulai ter­tanam sejak muda.

Tamat SMA, ia melanjutkan di Ju­rusan Ilmu Politik di Uni­ver­sitas Airlangga (Unair), per­gu­ruan tinggi yang cukup ter­kenal yang terletak di Surabaya. Duduk di bangku kuliah, jiwa aktivis Kho­fifah terus tumbuh berkembang.

Ia kemudian ber­gabung da­lam Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) dan ikut UKM (Unit Kegiatan Ma­hasiswa) Pecinta Alam di kam­pusnya, serta aktif di dunia dak­wah kampus.

Tak cukup di situ, ia juga ba­nyak berkecimpung di organi­sasi ekstra kampus. Satu hal yang luar biasa diperoleh Kho­fi­fah, yaitu saat terpilih sebagai ketua PMII perempuan pertama di cabang Surabaya.

Padahal, saat itu sangat jarang sekali ada ketua cabang organi­sasi ekstra yang perem­puan Kho­fifah ter­bukti mampu me­mimpin or­ganisasi yang ma­yo­ritas dihuni laki-laki itu.

Karier berorganisasi Khofi­fah muda semakin terang, se­te­lah ia juga terpilih sebagai Ke­tua PW IPPNU Jatim. Bah­kan, benar-benar bisa menjadi aktifis sejati. Selain berkecimpung di PMII dan IPPNU, ia juga terli­bat aktif di Komite Nasional Pe­muda Indonesia (KNPI).

Saat masih duduk di bangku kuliah, ia belajar sekaligus di tiga tempat. Pada pagi hari, ia be­­lajar di FISIP Unair. Siang sam­p­ai sore hari ia kursus di Per­himpunan Persahabatan Indo­ne­sia Amerika (PPIA). Dan, ma­lam harinya, ia kuliah di jurusan dakwah di STID Surabaya .

Dasar Ilmu dakwah yang ia mi­liki itulah yang kemudian me­ngantarkannya menjadi juru dakwah dan orator hebat. Di­du­kung posisinya sebagai Ketua Umum Muslimat NU, ia tampil dari panggung ke panggung di kota besar hingga daerah-dae­rah terpencil. Bahkan, kini ia diminta oleh salah satu stasiun TV swasta sebagai juri Pem­i­li­han Dai Cilik (Pildacil).  [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya