INILAH Sabtu yang akan dicatat sejarah
Sebagai hari terkutuk dan bersimbah darah
Pada siang yang panas menjelang Natal
Ketika langit hendak memamerkan kedamaian pada bumi
Di Teluk Sape rakyat menangis meratapi nasibnya
Masa depan mereka dijarah penguasa tamak
Tapi siapa mau mendengar ratapan mereka?
Sedang penguasa yang alpa mengurus negara
Sibuk menghitung dan membagi harta jarahan
Sambil bersulang anggur, mereka saling menegur:
“Damai di langit…â€
“Damai di kalangan elit…â€
Sementara di bumi,
Di tempat rakyat hanya bisa mengumpat
Sepasukan manusia tak berjiwa menerjang, menendang
Dari senjata mereka yang sudah terkokang
Bermuntahan peluru, mendesing ke segala arah
Lalu Teluk Sape bersimbah darah
Mesuji bersimbah darah
Papua bersimbah darah
Di mana-mana tubuh tergolek tak berdaya
Mereka bergelimpangan ditendang pasukan yang mereka biayai
Mereka bergelimpangan diterjang peluru yang mereka beli
Para penjaga negara itu sudah berpaling..!
Maka dengan pedang telanjang
Aku torehkan luka di dinding hati
“Wahai rezim pembantai...
Tingkah lakumu yang korup dan tak bermoral
Sungguh bikin aku semakin mual
Tapi akan tiba saatnya
Rakyat mengumpulkan ranting dari hutan-hutan kerontang
Menumpuknya di lahan gersang karena telah kau hisap habis isinya
Dengan amarah berkobar-kobar ranting pun menjadi unggun
Lidah apinya yang besar meliuk-liuk
Menjilat Istana Kebohongan, membakar kekuasaanmu
Sedang kamu hanya bisa merintih, terhina dan perih
Sejarah akan menguburmu dalam kubangan penuh nista
Seperti para penguasa sebelum kamu
Yang lalai lagi penuh dusta
25.12.11