RMOL.Yono duduk lemas di bangku kayu. Pria berusia 50 tahun asal Jember, Jawa Timur ini meratapi bekas tempat tinggalnya yang digusur. Air matanya menetes.
Yono adalah salah satu orang yang membangun gubuk di pingÂgir rel di sekitar Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lantaran diÂanggap mengÂgangÂgu perÂjaÂlaÂnan kereta, Rabu lalu, puluhan peÂtugas PT Kereta Api (KAI) memÂbongkar gubuk-guÂbuk liar itu.
Penggusuran juga dilakukan terhadap gubuk-gubuk di sekitar Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.
Yono pasrah tempat tinggalnya dibongkar. Ia sadar menempati area terlarang. Pria yang tak puÂnya pekerjaan tetap ini meÂngungÂkapkan, sebelum gubuknya diÂguÂsur, dia sudah menerima surat peÂringatan baik secara lisan maupun tertulis dari PT KAI.
PT KAI meminta warga memÂbongkar sendiri gubuknya. Yono dan warga lainnya tak mengÂinÂdahkan peringatan ini. “Abis tiÂdak ada pilihan tinggal dimana lagi,†kata pria yang sudah meÂneÂtap di sini sejak 2004 lalu.
Bukan kali ini aja, Yono meÂngalami penggusuran. “Hampir enam bulan sekali kena gusur,†katanya. Tapi tak membuatnya kapok. Setelah tak lagi memiliki tempat tinggal, Yono berencana menumpang di rumah kontrakan anaknya di Jati Baru, Jakarta PuÂsat. Lokasi tak jauh dari Stasiun Tanah Abang.
“Saya nggak mau tinggal lama-lama di kontrakan anak, khawatir merepotkan. Paling lama dua minggu. Bila suasana aman, saya kembali membangun rumah di tempat ini,†katanya.
Senior Manager Security PT KAI Daop I Jakarta, Ahmad SuÂjadi menemukan ada 100 baÂnguÂnan di pinggir rel sepanjang StaÂsiun Tanah Abang hingga Stasiun Manggarai yang dikontrakan. “BaÂngunannya ada yang dari kayu dan triplek, ada juga yang pakai keramik dan di semen,†katanya.
Sujadi juga menemukan ada baÂngunan yang hanya berjarak 30 cm dari badan kereta ketika leÂwat. “Ini sangat berbahaya bagi warÂga dan perjalanan keÂreta,†ujarnya.
Wakil Koordinator Lapangan Penertiban PT KAI Daop I JaÂkarta, Laode Asrul Karim meÂngaÂtakan ada sekitar 400 bangunan liar di pinggir rel yang dibongkar. Pembongkaran ini, kata dia, mengacu kepada UU PerkeÂreÂtaÂapian yang mengharuskan jalur keÂreta bersih dari bangunan. MiÂnimal tiga meter dari rel. Setelah gubuk-gubuk liar dibersihkan, PT KAI berencana menghijaukan lokasi ini.
Yono mengakui tinggal di pingÂgir rel bukan hanya tak nyaÂman tapi juga berbahaya. Warga yang tinggal di sini harus tahan suara bising setiap kali kereta leÂwat. “Setiap bulan pasti ada orang mati ketabrak kereta,†ujarnya. Ia bersedia pindah dari sini bila ada alternatif tempat tinggal.
Dinas Tenaga Kerja dan TransÂmigrasi DKI Jakarta meÂnawarkan kepada warga yang tinggal di pinggir rel untuk transÂmigrasi.
“Transmigrasi ini dipÂrioÂriÂtasÂkan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kumuh, bantaran kali serta rel,†kata Kepala Dinas TeÂnaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta, Deded Sukendar.
Tahun depan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi berenÂcaÂna memberangkatkan 200 kepala keluarga ke Sumatera Selatan, SuÂlawesi Barat, Sulawesi TengÂgaÂra, Kalimantan Tengah, KaliÂmantan Barat dan Kalimantan Timur.
Tahun 2011, ada 185 kepala keÂluarga atau 740 jiwa yang dibeÂrangÂkatkan. Sebelum dibeÂrangÂkatkan, calon transmigran meÂlalui serangkaian tes. Salah satu tes tes psikologi untuk meÂngeÂtahui seberapa besar motivasi meÂreka bertransmigasi.
Alternatif lainnya, warga yang tinggal di pinggir rel dipulangkan ke daerah asal. Pada Agustus lalu, 24 kepala keluarga yang tinggal di pinggir rel Pejompongan diÂpulangkan.
“Pemulangan mereka atas insiatif mereka sendiri. Program ini menganggap mereka manusia dan perlu kehidupan yang layak. Ini bagian dari program kerÂjaÂsama dengan PT KAI. Ini baru permulaan pemulangan,†kata Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Toto Utomo
Toto berharap program ini bisa merangsang warga yang masih tinggal di pinggir rel untuk puÂlang. “Kita sudah mempunyai progÂram pemberdayaan mereka melalui program kelompok usaha bersama. Program ini akan akan diÂsalurkan pada mereka berupa moÂdal. Kita akan dampingi samÂpai berhasil,†jelasnya.
Namun tak sampai dua bulan, warga yang dipulangkan kembali menempati pinggir rel. Sebab, pemerintah dinilai ingkar janji. “Dulu janjinya rumah akan diÂreÂnovasi, dan dikasih modal usaha 10 juta rupiah, asal mau balik kamÂpung,†kata Wandi, warga Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. MeÂnurutnya, ada banyak warga yang sebenarnya bersedia dipuÂlangkan asalkan pemerintah meÂmenuhi janjinya.
Pasrah Saja, Tapi Bingung
Sejumlah rumah bedeng yang berdiri di lahan peÂmaÂkaÂman juga dibongkar. PemÂbongÂkaran dilakukan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Wulandari (32) pasrah meÂmandangi rumah bedeng miÂliknya di TPU Cipinang Besar Selatan atau Kuburan Cina, JaÂtinegara, Jakarta Timur, diÂbongkar petugas Satpol PP.
“Pasrah saja tapi bingung mau ke mana lagi. Suami suÂdah lama nggak pulang,†kata WuÂlandari sambil mengÂgenÂdong anak laki-lakinya berusia 10 bulan.
Wulan telah menempati beÂdeng berukuran 2x3 meter yang berdiri di area makam selama tiga taÂhun. Ia mengaku setiap bulan diÂtarik Rp 150 ribu agar bisa tingÂgal di sini. “Saya tidak kenal peÂnarik pungutan itu,†ujar peÂremÂpuan yang tengah hamil tua ini.
Di atas lahan pemakaman ini berdiri banyak bangunan yang berdinding triplek dan beratap seng. Mayoritas penghuninya adalah pemulung.
Senin pekan lalu, empat ratus personel Satpol PP memÂbongÂkar 373 bangunan yang berdiri di area makam. Satu unit backÂhoe dikerahkan untuk memÂbongÂkar rumah-rumah bedeng itu.
Saat pembongkaran, sebaÂgiÂan besar rumah-rumah bedeng itu sedang ditinggal pengÂhuÂniÂnya. Sejumlah warga mencoba menghalangi pembongkaran, tapi petugas tak bergeming.
Sebelum melakukan pemÂbongÂkaran, Satpol PP sudah meÂlayangkan tiga surat peringaÂtan. Yakni pada 2 Desember, 6 Desember, dan 9 Desember 2011. Para penghuni diminta membongkar sendiri bangunan.
“Karena tidak juga dibongkar akhirnya kami melakukan penertiban,†ujar Sarpu, Kepala Satpol PP Jakarta Timur.
Pemukiman liar di sekitar TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur juga dibongkar. Ada 97 bangunan liar yang berdiri di area makam. Sebagian besar bangunan semi permanen.
Kepala Suku Dinas PemaÂkaÂman Jakarta Timur Made SuÂdiarta mengatakan akan meÂngaÂwasi makam yang telah diterÂtibÂkan tersebut dari hunian liar. “SeÂtelah ditertibkan petugas kita langsung melakukan peÂnaÂtaan,†kata Made.
Total area pemakaman di JaÂkarta Timur mencapai 16 hektar. Namun dua hektar ditempati hunian liar. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17