Berita

ilustrasi, Jembatan Marunda Yang Ambruk

On The Spot

Jadi Incaran, Besi Bekas Balok Beton Dijaga Polisi

Menengok Jembatan Marunda Yang Ambruk
KAMIS, 15 DESEMBER 2011 | 08:59 WIB

RMOL. Bocah-bocah bermain di bawah sebuah balok beton (girder) sepanjang lebih 30 meter. Balok itu membentang antara dua tiang jembatan yang juga terbuat dari beton. Tak terlihat raut takut di wajah mereka.

Tak jauh dari tempat bocah itu ber­main, sebuah mesin backhoe mengeruk bongkahan beton dari kali mati. Dengan lengan me­ka­nis, mesin itu memindahkan puing-puing ke pinggir jalan yang terletak di bawah jembatan Ma­runda, Jakarta Utara ini.

 Puluhan pekerja langsung ber­gerak ketika bongkahan beton ber­hasil dipindahkan. Dengan go­dam, mereka menghancurkan bongkahan-bongkahan beton hingga menjadi puing-puing kecil.

Pekerja lainnya me­ngum­pul­kan besi-besi tulang girder. Besi-besi berukuran besar yang sudah bengkok itu coba diluruskan de­ngan menggunakan kunci besi.

 Sambil bermain, bocah-bocah menyaksikan pekerja melakukan pembersihan sisa-sisa girder ini. Pembersihan ini menarik per­h­a­tian warga maupun pengendara yang melintas di jembatan di se­belah jembatan baru yang tengah dibangun.

 Minggu dinihari (11/12), lima girder jembatan baru yang bakal menghubungkan Cilincing dan Marunda, ambruk. Girder itu patah dan jatuh dari ketinggian lima meter ke kubangan.

 Untungnya tak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi sekitar pukul 02.00 WIB ini. Na­mun bunyi keras dari girder yang ambruk membangunkan warga yang tinggal di bantaran Kali Cakung Drain, Cilincing, Jakarta Utara ini.

 Bagaimana kejadiannya? Agus, operator crane men­ce­ri­ta­kan, peristiwa ini terjadi tak lama setelah enam girder terpasang di antara kedua tiang penyangga jem­batan. Girder yang terakhir di­pasang melengkung dan mi­ring. Lalu menimpa girder di sebelahnya.

 Lima girder yang belum di­sam­bungkan ke besi tiang pe­nyangga jembatan dengan las ini ak­hirnya ambruk. “Prosesnya cepat sekali. Beruntung, teman saya tukang las selamat. Ia berdiri di atas balok yang tidak jatuh. Ngeri banget. Suaranya keras se­kali membuat kaget pekerja,” tu­tur pria asal Semarang, Jawa Tengah itu.

 Keterangan sama disampaikan Onasis Sitanggang, Manajer Lapangan PT Bunga Tanjung Raya, kontraktor proyek itu. Ia menjelaskan enam balok beton sudah terpasang sejajar. Tiba-tiba balok keenam terguling dan menimpa balok lainnya.

 â€œSaat melepas seling (tali baja) balok itu tiba-tiba miring, lalu ber­sandar ke balok di sebelahnya begitu seterusnya seperti efek domino. Hingga akhirnya enam balok itu jatuh,” paparnya.

 Selasa lalu, Rakyat Merdeka mengunjungi lokasi kejadian. Hanya tersisa satu girder di atas jembatan. Ada bekas goresan di sisi dalam balok beton itu. Tak jelas apakah goresan itu akibat terkena tali baja saat pemasangan atau tersenggol girder yang am­bruk. Bocah-bocah tadi bermain di bawahnya balok beton ini.

 Kawasan ini pun macet. Ke­macetan sudah terlihat sejak dari pertigaan Jalan Cilincing menuju Marunda. Pusat kemacetan di jem­batan lama yang berada di se­belah jembatan yang roboh. Jembatan ini dilalui kendaraan dari dua arah.

 Badan jembatan yang sempit membuat hanya satu lajur jalan yang bisa dilalui kendaraan dari kedua arah. Kendaraan yang hen­dak melintas didominasi truk. Kendaraan-kendaraan besar itu antre di mulut jembatan.

 â€œKemacetan sepert ini sudah jadi pemandangan sehari-hari pengemudi yang melintas disini. Jumlah kendaraan memang pa­dat, makanya dibangun jembatan baru yang sekarang ambruk biar tidak macet terus,” kata Gon­drong, warga setempat.

 Kemacetan tak hanya terjadi di atas jembatan, juga di jalan yang berada di bawah jembatan. Di ba­wah jembatan, ada jalan beraspal yang tak terlalu lebar. Arus lalu lintas di jalan itu terhambat kare­na tengah dilakukan pembersihan sisa-sisa girder yang ambruk.

 Jalan ini sempat ditutup tak lama setelah balok beton jem­ba­tan baru roboh. Bongkahan-bong­kahan besar beton menutupi badan jalan. “Bagusnya ini hanya jalan alternatif bagi orang yang ingin menuju Cakung ke Cilin­cing dan sebaliknya. Sehingga tak terlalu mengganggu aktivitas masyarakat,” kata Gondrong.

 Kendati sudah bisa dilewati, se­tiap pengendara yang akan me­le­wati jalanan ini harus me­lam­bat­kan laju kendaraannya. Sebab, sebagian badan jalan dipakai me­sin backhoe yang tengah mela­kukan pembersihan puing-puing sisa girder.

Seorang pria yang mengenakan kaos polisi berdiri di sebelah backhoe. Pria yang mengaku ber­nama Bonik ini sesekali meng­hentikan pengendara sepeda mo­tor untuk memberikan kesem­patan bagi alat berat memin­da­h­kan puing-puing.

 â€œSaya dan beberapa petugas kepolisian memang ditugaskan untuk mengatur lalu lintas jalan ini agar tidak mengganggu pe­kerja sekaligus tidak mem­ba­ha­yakan pengendara yang lewat,” jelas pria berbadan tambun itu.

 Beberapa polisi lainnya ter­lihat sedang berdiri di beberapa titik yang berjaraknya hanya be­berapa meter dari puing-puing be­ton yang sedang diangkut pe­kerja. Petugas kepolisian ini ber­gabung dengan mandor proyek.

 â€œSejak proses evakuasi pada Minggu pagi kemarin, kami ditu­gas­kan memang untuk menga­wasinya. Bukan untuk me­nga­wasi pekerja agar pekerjaannya cepat dan lancar, tapi dari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas se­orang mandor yang enggan me­nyebutkan namanya.

 Menurut pria yang memakai topi biru itu, selain mem­ber­sih­kan puing-puing, para pekerja juga harus mengumpulkan besi-besi tulang girder yang jum­lahnya banyak.

 â€œLihat saja di sekitar sini ba­nyak warga yang memperhatikan besi-besi itu. Bukan kami menu­duh, tapi orang-orang di sekitar sini memang mengincar. Besi-besi itu laku dijual. Itu yang kami antisipasi agar tidak dimaling,” jelasnya. Untuk itu, kontraktor me­minta bantuan polisi untuk men­jaga besi-besi itu.

 Saat ditanya untuk apa kelak besi-besi itu dikumpulkan, pria tersebut enggan menjelaskan. Katanya, dia hanya menjalankan perintah atasan selaku kontraktor pembangunan jembatan ini.


Kontraktor Rugi Rp 750 Juta

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Eri Bas­koro mengatakan, ambruknya lima balok beton (girder) meng­hambat proses penyelesaian jem­batan. Biayanya pun mem­bengkak.

 â€œTapi kerugian sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor, ka­rena masih dalam proses pem­ba­ngunan,” tandasnya.

 Dinas PU, kata dia, sudah meng­instruksikan kepada kon­trak­tor untuk membersihkan sisa-sisa patahan balok beton jem­ba­tan. Kontraktor juga diminta me­nyediakan balok beton yang baru. “Karena yang sudah jatuh itu tidak bisa terpakai lagi,” ujarnya.

 Selanjutnya, Dinas PU akan melakukan penelitian penyebab ambruknya lima balok jembatan yang sudah terpasang. Tujuannya untuk mengetahui apakah am­bruk­nya girder itu karena unsur kelalaian atau memang kontruksi yang kurang kuat.

 Dinas PU meminta kontraktor tetap menyelesaikan pemba­ngu­nan jembatan sesuai jadwal yakni 14 Maret 2012.

 Akibat kejadian ini, PT Bunga Tanjung Raya selaku kontraktor pembangunan jembatan me­nga­lami kerugian hingga ratusan juta. Onassis Sitanggang, manajer la­pangan PT Bunga Tanjung Raya menjelaskan harga satu balok be­­ton Rp 110 juta. Lantaran se­mua ba­lok beton harus diganti, piha­k­nya harus mengeluarkan Rp 660 juta.

“Belum lagi biaya pengang­katannya. Jadi totalnya, kerugian kita bisa mencapai sekitar 750 juta,” jelas Onasis.

 Onasis mengatakan proses pem­bersihan balok-balok beton yang patah memakan waktu se­minggu. “Tapi baru dua hari ini akses jalan menuju ke Rawa Ma­lang atau sebaliknya sudah se­lesai dibersihkan dan bisa dilalui lagi,” jelasnya.


Penyebab Jembatan Roboh Dari Angin Sampai Perang

Sebuah jembatan dirancang agar bertahan lama puluhan ta­hun bahkan sampai 100 tahun. Namun, terkadang tak sampai setua itu jembatan sudah roboh.

Jembatan Mahakam II, Teng­garong, Kutai Kartanegara ro­boh setelah berusia 10 tahun. Yang lebih memprihatinkan, Jem­batan Bamba di Pinrang, Su­­lawesi Selatan ambruk se­bulan setelah digunakan.

 Apa saja penyebab usia jem­batan menjadi pendek?  Beri­kut beberapa penyebab roboh­nya jembatan.


 Angin

Tiupan angin menyebab jem­batan Tacoma Bridge di Ame­rika roboh. Jembatan sepanjang 2.700 kaki ini terbuat dari baja karbon. Jembatan yang selesai dibangun Juni 1940 ini didesain mampu menahan tiupan angin kencang. Angin sebesar apapun akan dialihkan ke bagian atas dan bawah jembatan.

Seminggu sejak dibuka, angin berkecepatan 40 mil/jam (64 km/jam) dari dua arah ber­beda menghantam jembatan. Ba­dan jembatan pun terpelintir se­perti kue tambang. Badan jembatan akhirnya roboh ke sungai.

 

Gempa Bumi

Gempa tektonik yang sering melanda negara-negara yang be­rada dekat pertemuan lem­peng samudra dan benua seperti Indonesia, sering sekali mer­u­sak infrastruktur bangunan ter­masuk jembatan. Seperti yang terjadi di Yogyakarta  dan seki­tar­nya pada tanggal 27 Mei 2006 dan gempa bumi Suma­tera Barat 30 Septeber 2009.

 

Banjir Bandang

Banjir yang bisa merobohkan jembatan adalah banjir bandang atau banjir lahar. Contoh banjir bandang seperti yang melanda kota Deppasar 8 November 2011. Dan banjir lahar dingin dari gunung Merapi yang me­lewati kali opak 4 Januari 2011 sudah merobohkan dua jem­ba­tan. Banjir bandang mengerus ta­nah tempat berdirinya pon­dasi jembatan. Sehingga pon­dasi tak lagi mampu menahan berat jembatan. Jembatan pun roboh.

 

Tsunami

Sebuah jembatan bisa saja di­rancang tahan terhadap gempa. Tapi dengan kekuatan dorongan air akibat gelombang tsunami ba­nyak yang tak mampu ber­ta­han dan ambruk. Seperti terjadi di Jepang, 11 Maret 2011.

 

Perang

Dalam sebuah peperangan, salah satu strategi untuk meng­hambat laju pasukan musuh yakni dengan merobohkan jem­batan, baik di wilayah sen­diri maupun lawan.


 Lapuk

Jembatan yang lapuk karena usia tua serta tidak terawat se­ring kali roboh dan menga­ki­bat­kan korban jiwa. Seperti terjadi di India pada 22 Oktober 2011. Sebuah jembatan roboh dan me­newaskan 32 orang serta r­a­tu­san lainnya terluka.


Konstruksi Tidak Bagus

Konstruksi jembatan yang ti­dak layak bisa mengaki­batkan sebuah jembatan roboh. Kons­truksi bukan sebatas rancangan tapi juga material yang akan di­gunakan.

Tanda-tanda keru­sa­kan jem­batan yang disebabkan kontruk­si yang tak bagus bisa terlihat. Terkadang pihak terkait lambat mengantisipasi sehingga akhir­nya jembatan itu roboh.

Dugaan sementara, robohnya Jembatan Mahakam II karena kesalahan konstruksi. Tidak ada faktor alam di atas yang me­lan­da jembatan kebanggaan warga Kutai Kartanegara ini. Tapi pe­nyebab pasti robohnya jemba­tan ini masih dalam penelitian.  [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya