Mahfud MD
Mahfud MD
RMOL.Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengungkapkan, tidak ada pelanggaran substansi konstitusi dan hukum dalam kebijakan pengetatan pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi terpidana korupsi serta terorisme.
“Hal terpenting yang dihukum adalah benar-benar koruptor. Bukan koruptor kambing hitam atau koruptor korban politik,†ungkap Mahfud MD kepada Rakyat Merdeka, Jumat (9/12).
Seperti diketahui, Rabu (7/12), Komisi III DPR memanggil Menkumham Amir Syamsuddin untuk mempertanyakan kebijaÂkan kementerian tersebut meÂngeÂnai pengetatan pemberian remisi dan pembebasan berÂsyarat bagi terpidana korupsi dan terorisme. Komisi III beralasan kebijakan ini menyalahi proseÂdur hukum dan tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusia.
Bahkan dalam rapat tersebut, beberapa anggota Komisi III mengusulkan hak interpelasi keÂpada Presiden SBY. Sebab, penÂjelasan Amir Syamsuddin tidak bisa menjawab pertanyaan terkait masalah tersebut.
Mahfud selanjutnya mengataÂkan, dari segi hukum substansial dan keadilan, pengetatan pemÂberian remisi itu sudah benar dan didukung publik.
“Dilihat dari hukum formal proÂsedural, memang kebijakan ini diperdebatkan dengan alasanÂnya masing-masing,†ungkap bekas Menteri PertaÂhanan ini.
Berikut kuÂtipan seÂlengÂÂÂkapnya:
DPR berniat meÂngusulkan hak interpelasi, tangÂgapan Anda?
Dalam UnÂdang-UnÂdang Dasar kita meÂnyeÂbutkan secara eksÂpliÂsit dalam paÂsal 20A ayat 2, DPR memÂpuÂnyai hak interÂpeÂlasi, hak angÂket, dan hak meÂnyatakan penÂdapat. Hak inÂterÂpeÂlasi adaÂlah hak berÂtanya tenÂtang keÂbiÂjakan peÂmeÂrinÂtah yang diÂanggap berÂmaÂsaÂlah. Ini maÂsalah ketaÂtaÂneÂgaÂraan yang biasa saja. MaÂlah bagus jika DPR sesekali mengÂgunakan hak inÂterpelasi agar ada impleÂmenÂtasi atas insÂtruÂmen pengaÂwasan yang diÂseÂdiakan konstiÂtusi. Asal saja materinya berÂbobot untuk diinÂterpelasikan.
Apa masalah ini berbobot unÂtuk interpelasi?
Menurut saya usulan DPR untuk mengajukan hak interpeÂlasi mengenai pengetatan remisi dan pembebasan bersyarat koÂruptor mengandung aspek huÂkum dan aspek politik. Secara hukum, DPR memang bisa meÂngaÂjukan hak interpelasi sebab kebijakan tersebut agak bergeÂsekan dengan peraturan lain yang ada lebih dulu. Jadi kita lihat sajalah nanti bagaiÂmana ini bergulir.
Kalau dari aspek politik?
Secara politis meski isinya mungÂkin diterima, tapi karena yang mengusulkannya adalah Amir Syamsuddin dan Denny Indrayana, yang dianggap meÂngunÂtungkan opini bagi Partai Demokrat, ya diserang juga. Tapi tidak semuanya politis loh seÂperti itu.
DPR beralasan ini demi HAM?
Di media massa DPR mengaÂtakan bahwa ide interpelasi ini demi HAM dan kepastian huÂkum. Tapi ada yang mengÂanggap itu sikap pro-koruptor. Saya kira keÂduanya punya alaÂsan. Ya, kita tonton saja seÂbagai variasi dari pergulatan politik kita. Dilihat dari sudut hukum memang boleh saja diÂajukan karena itu hak DPR. Tapi secara politik bisa diÂÂperÂdeÂbatkan.
Apakah kondisinya sangat genÂting, sehingga perlu hak inÂterpelasi?
Tak ada hal genting yang terÂkait dengan itu. Secara umum rakyat mendukung kebijakan MenÂÂÂkumham tersebut, kecuali yang punya kepentingan. MasaÂlahÂnya ini ada celah prosedural untuk dipersoalkan, bukan subsÂtansial. Nah, biasalah celah itu dimasuki oleh peluru politik. Tapi paling-paling nanti berakhir beÂgitu saja. Sebab, niat itu terlalu mengada-ada.
Apa yang dilakukan PresiÂden terkait usulan itu?
Tidak perlu melakukan hal-hal secara khusus. Siapkan saja jaÂwabannya. Kalau perlu seÂkaligus dengan penyerahan usuÂlan peÂrubahan materi Undang-Undang agar koruptor tidak diberi remisi atau keringanan.
Usulan hak interpelasi itu meÂnunjukkan keberpihakan DPR kepada koruptor?
Tidak tahulah kalau itu. Sebab mungkin saja orang menyerang kebijakan pengetatan bukan tidak setuju pada substansinya tetapi hanya secara politik harus diÂseÂrang. Misalnya orang tidak seÂnang dengan Amir SyamÂsuddin atau Denny Indrayana, bahkan tidak senang dengan Partai DeÂmoÂkrat. Tapi ada juga yang meÂmang menggunakan alaÂsan keÂpastian hukum yang formal prosedural.
Tapi bagi saya kebijakan peÂngeÂtatan remisi itu sudah betul. Koruptor itu penghianat bangsa dan penghianat kemanusiaan. Maka hukumannya harus berat. Tidak bisa disamakan dengan pidana biasa. Meminjam istilah Din Syamsuddin, koruptor itu haÂrus dimasukkan ke dalam neraka dunia. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 00:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15
Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28