Berita

ilustrasi, banjir rob

On The Spot

Terbebas Dari Banjir Tapi Sulit Cari Makanan

Menyusuri Kawasan Langganan Banjir Rob
SABTU, 10 DESEMBER 2011 | 08:50 WIB

RMOL. Ade berdiri di pintu rumahnya sambil terus mengawasi anaknya yang bermain di genangan air yang menutupi Jalan Muara Baru Raya, Kelurahan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.

Langit di atas Jakarta tampak su­dah menghitam. Tak lama akan turun hujan. Perempuan ber­perawakan gemuk ini memanggil anaknya agar segera kembali ke rumah. “Tiap hari pasti ada ge­nangan air walaupun hujan nggak turun,” ungkap dia.

Perempuan berusia 35 tahun ini lalu menunjuk saluran air atau got di sisi kanan dan kiri jalan. Saluran berukuran kecil itu sudah dipenuhi air.

Air itu tak mengalir ke laut. “Ba­­gaimana mau mengalir, ja­lanan lebih dari air laut. Malahan air laut yang masuk ke got,” kata Ade.

Perempuan asal Karawang, Jawa Barat ini menuturkan diri­nya tinggal di Muara Baru sejak dekade 1980-an. Selama kurun 1980-an sampa 1990-an, wilayah ini sudah dilanda banjir. Tapi me­nurut dia, tak separah sekarang. “Hujan gede pun airnya langsung mengalir ke laut. Tidak sampai menggenangi jalan,” tuturnya.

Sejak awal tahun 2000-an, banjir makin sering. Walaupun tak hujan, kawasan ini banjir aki­bat rob air laut. Air masuk ke ru­mah-rumah warga sampai ke­tinggian satu meter. “Barang-barang elektronik saya banyak yang rusak, seperti TV, kulkas dan kipas angin,” katanya.

Rob air laut penah meng­ge­na­­ngi rumahnya sampai se­ming­gu. Lantaran tak bisa di­tempati, Ade bersama suami dan kedua anak­nya me­milih me­ngungsi ke ru­mah ke­rabat di Meruya, Jakarta Barat.

Sepanjang tahun ini, rumah yang ditinggali Ade sekeluarga tak tergenang banjir walaupun hu­jan turun deras maupun ada rob air laut. “Nggak sampai meng­ge­nangi rumah karena rumah su­dah ditinggikan 50 centi,” ungkap dia. Banjir hanya menggenangi seki­tar rumah dengan ketinggian se­kitar 30 centimeter.

Walaupun rumahnya sudah ter­bebas dari banjir tak berarti per­soalan yang dialami Ade se­ke­luar­ga selesai. Ia tak bisa ke ma­na-mana. Sebab, banjir me­ng­e­nangi jalan-jalan. Sulit dilewati. “Jadi susah cari kebutuhan po­kok. Kami sekeluarga pernah se­harian tidak makan karena tidak bisa keluar rumah,” tuturnya.

Berbekal pengalaman yang ti­dak mengenakkan itu, Ade me­nyetok kebutuhan pokok ke­luar­ga­nya untuk seminggu. Ini buat jaga-jaga bila terjadi banjir dan ke­luarganya tak bisa ke mana-mana.

Kendati rumahnya jadi lang­ga­nan banjir, Ade dan keluarganya tak ingin pindah ke tempat lain. “Saya masih betah tinggal disini. Tapi kalau pemerintah mau me­mindahkan ke tempat yang lebih baik, saya siap saja. Yang penting gratis,” katanya.

Tak jauh dari tempat tinggal Ade berdiri Pem­bangkit Listrik Te­naga Uap (PLTU) Muara Ka­rang. Pem­bang­kit milik PLN ini juga meng­hadapi permasalahan yang sama dengan masyarakat yang tinggal di pesisir Jakarta: banjir.

Beberapa pekerja terlihat me­masang batu kali di area PLTU yang berbatasan langsung dengan muara sungai. Para pekerja se­dang memperkuat tanggul pe­na­han rob. Terlihat permukaan air laut.

Di sepanjang area PLTU yang ber­batasan dengan air sudah diba­ngun tanggul. Di atas tanggul di­pa­sang besi-besi bulat besar. Besi-besi itu dipasang berdiri se­hingga bisa menjadi semacam pa­gar. Di belakang tanggul itu di­timbun dengan tanah.

Agar tanah tak longsor, dipa­sang batu kali yang disatukan de­ngan adu­kan semen. Terlihat per­mukaan air laut, lebih tinggi dari per­mu­ka­an tanah PLTU yang me­nyup­lai listrik sampai 1.000 megawatt ke Jakarta Pusat dan Jakarta Barat ini.

Tahun lalu, area PLTU Muara Karang sempat terendam air akibat kerusakan pada pintu air. Pintu air macet, tak bisa ditutup. Air laut pun mengalir deras ke area PLTU.

Air laut masuk sampai ke lantai satu kantor Divisi Jasa Mana­jemen Konstruksi. Area PLTU bisa dikeringkan setelah me­ngerahkan pompa penyedot air berkapasitas besar.

Banjir rob yang kerap melanda kawasan utara Jakarta terjadi ka­rena permukaan tanah lebih ren­dah dari air laut. Akibatnya ketika pasang, air laut me­nge­nangi se­jumlah wilayah.

Pembangkit Lebih Rendah Dari Laut

Pihak PLTU Muara Karang mengakui kini lokasi pembangkit lebih rendah dari air laut. “PLTU Muara Karang berdiri tahun 1979. Waktu itu permukaan ta­nah­nya masih ada di atas per­mu­kaan laut. Kini, setelah 33 tahun beroperasi permukaan tanah di Muara Karang berada dua meter di bawah permukaan laut,” kata Bambang Satrio, Kepala Humas PLTU Muara Karang.

Penurunan permukaan tanah ini tak terjadi sekaligus. Me­lain­kan bertahap. Lantaran pe­nu­runan terjadi pelan-pelan, banyak orang tak menyadarinya. Tapi dam­paknya cukup terasa. Banjir rob kerap terjadi dan ketinggian airnya terus bertambah.

Menurut Bambang, setiap ta­hun permukaan tanah PLTU Mua­ra Karang turun antara lima hing­ga 10 centimeter. Untuk meng­­hindari masuknya air laut, pihak pengelola PLTU mening­gikan tanggul di bibir laut dan Sungai Karang yang bermuara di laut Ja­karta. “Tanggul ini dulu tingginya hanya satu meter sekarang sudah kami tingkatkan menjadi dua meter,” kata Bambang men­je­las­kan tanggul barat yang dibangun pada tepian Sungai Karang.

Pengamatan Rakyat Merdeka, setiap hari Jalan Muara Baru Raya tergenang rob. Walaupun ke­­­tinggian air hanya 10 cen­ti­me­ter cukup menganggu aktifitas warga yang mendiami kawasan padat penduduk ini. Sebagian besar warga memilih beraktifitas di dalam rumahnya karena eng­gan melintasi genang air yang ber­warna hitam pekat itu.

Rob yang cukup besar terjadi 28 November 2011 lalu. Ke­ting­gian air mencapai 30 cen­ti­meter. Selain di Muara Baru, rob juga sering melanda kawasan Kamal Muara yang masih di dalam Ke­camatan Penjaringan.

Jalan RE Martadinata Jakarta Utara tak luput dari genangan air. Air dengan ketinggian 60 cen­timeter menutupi sekitar 150 me­ter badan jalan. Arus lalu lintas pun terhambat.

Banjir rob ini terjadi karena laut Jakarta sedang pasang. Air pasang mendesak arus sungai-sungai berbalik arah ke hulu. Pe­ngu­kuran permukaan laut di Pe­la­buhan Tanjung Priok me­nun­juk­kan ketinggian air mencapai 2,28 meter. Biasanya 1,8 meter.

Terjangan rob tidak hanya me­nerjang pemukiman padat pen­duduk, tapi juga menggenangi 50 rumah di pemukiman elite di Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara setinggi satu meter.

Banjir ini disebabkan air laut pasang dan rendahnya tanggul di kawasan tersebut. Kejadian ini merupakan yang terparah me­landa kawasan perumahan elite itu. Sebelumnya, banjir hanya sam­pai ke jalan raya.

Sejumlah penghuni mening­gal­kan rumah mereka untuk me­ngungsi ke tempat lain. Bahkan beberapa warga menyewa truk untuk mengangkut mobil mewah mereka. [Harian Rakyat Merdeka]

Tiru Belanda, Bangun Dam Raksasa Rp 50 T

Pemerintah Provinsi (Pem­prov) DKI Jakarta akan mela­ku­kan penguatan tanggul di Pantai Utara untuk mengatasi ban­jir akibat luapan rob. Pe­ngua­tan tanggul tidak sekadar pada struktur juga ketinggian tanggul akan ditambah.

“Perkuatan tanggul di ka­wa­san Pantai Utara harus mampu menahan ketinggian air hingga level lebih dari 250 sentimeter dan mampu menahan angin ken­cang,” kata Gubernur DKI Ja­karta, Fauzi Bowo.

Foke mengatakan, ketinggian tanggul yang saat ini mencapai 3 meter sudah sesuai standar. Tercermin saat terjadinya rob beberapa hari yang lalu, tanggul setinggi 3 meter itu cukup mem­bantu warga di kawasan utara Pompa Air Pluit.

“Biasanya warga di kawasan utara Pompa Air Pluit saat ter­jadi rob, pasti terendam banjir. Kini dengan adanya tanggul ter­sebut, sudah tidak terendam, te­tap kering dan kondisinya lebih baik,” ujarnya.

Namun, masih ada wilayah lain­nya yang mengalami banjir akibat rob, sehingga ketinggian tanggul sekitar tiga meter terse­but harus dievaluasi kembali. Pa­salnya, pada banjir rob yang terjadi di Jakarta, ketinggian air mencapai lebih dari 250 sen­ti­meter. Artinya lebih tinggi 30 sentimeter dari level ketinggian air normal yang mencapai 220 sentimeter. Ditambah lagi pada saat bersamaan terjadi angin kencang yang membuat air sungai melimpas melewati puncak tanggul.

Namun, penyebab banjir be­sar di kawasan pemukiman Pan­tai Mutiara yang terjadi beberap hari lalu bukan disebabkan tang­gul roboh, melainkan dise­bab­kan banyaknya kavling pe­rumahan yang belum didirikan bangunan. Sehingga air yang melimpas dari tanggul dengan leluasa mengalir masuk lalu menggenangi kawasan peru­mahan tersebut.

Untuk menahan rob tersebut, Pemda berencana menambah ket­inggian puncak tanggul 50 sentimeter sehingga mampu menahan air sungai dan angin kencang. Walaupun telah ada tanggul di Pantai Utara, me­nurut Gubernur, diperlukan ada­nya sebuah master plan pe­nang­gulangan yang lebih luas.

Gubernur mengatakan saat ini pihaknya telah mencoba un­tuk mengontrol dan me­ngen­da­li­kan banjir rob. Namun lang­kah tersebut sifatnya bukan un­tuk jangka panjang.

“Langkah yang kita lakukan bisa dibilang ad hoc sifatnya. Un­tuk jangka panjang itu me­mer­lukan konsep yang lebih kom­prehensif yang sedang dalam pro­ses perumusannya,” katanya.

Foke mengatakan sementara untuk mengatasi banjir rob ada­lah dengan membangun tanggul yang lebih tinggi. Namun pem­bangunan tanggul bukan solusi jangka panjang. Sebab tanggul ber­tahan paling lama lima tahun untuk mencegah banjir rob.

“Untuk sementara waktu tanggul setinggi tiga meter ini memang cukup memadai. Tapi belajar dari rob hingga 250 sen­timeter itu, kita harus me­mi­kir­kan untuk menambah keting­gian dan kekuatan tanggul, ka­rena besaran air itu sangat kuat,” jelasnya.

Kepala Dinas Pekerjaaan Umum DKI Jakarta, Ery Bas­woro mengatakan, saat ini pe­me­rintah DKI Jakarta sejauh ini masih berkonsentrasi mem­ba­ngun tanggul yang sifatnya se­mentara untuk mengurangi dam­pak penurunan tanah di kawasan Jakarta Utara. “Kita bangun setinggi tiga meter dan ini memang untuk jangka me­nengah,” katanya.

Sementara untuk jangka pan­jang diusulkan untuk mem­ba­ngun tanggul raksasa atau giant sea wall, yang dibangun se­pan­jang 32 kilometer di kawasan utara Jakarta.

Rencana pembangunan tang­gul raksasa, kata Ery, masih di­ba­has Kementerian Pekerjaan Umum. “Kajian kelayakannya masih ada di Kementerian Pe­kerjaan Umum karena memang waktu yang dibutuhkan tidak sebentar,” katanya

Ery mengatakan, usulan pem­bangunan tanggul raksasa di­sampaikan oleh Pemprov Ja­karta dan diharapkan bisa ber­tahan lima puluh sampai seratus tahun lebih.

Erry mengatakan tanggul ini meniru bangunan serupa di Ams­terdam, Belanda. Tanggul ini tidak hanya berfungsi se­ba­gai tanggul sebagai penahan air tapi juga bisa digunakan se­ba­gai jembatan atau penampung air.

Rencananya tanggul itu, sambung Ery, akan dibangun atas dana yang bersumber dari pemerintah Jakarta, pemerintah pusat, dan swasta. “Biayanya mungkin lebih dari Rp 50 tri­liun,” katanya.

Wakil Kepala Dinas Pek­er­jaan Umum DKI Jakarta No­vizal menjelaskan, pihaknya telah memperbaiki tanggul di kawasan Jakarta Utara. Di an­taranya tanggul Muara Angke yang sempat bocor akibat pe­kerjaan peninggian Jembatan Layang Muara Angke.

“Ada kebocoran di sayap pembatas jembatan yang juga berfungsi sebagai tanggul,” kata Novizal. Akibatnya, limpasan rob masuk melalui tanggul yang bocor dan menggenangi kawa­san sekitarnya. Namun, sam­bungnya, ke­bo­co­ran telah di­atasi dengan mem­perbaiki sa­yap pembatas jembatan meng­gu­nakan batu kali. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya