Berita

Angkasa Pura I

On The Spot

Direksi Naik Camry Bernomor Khusus API

Yuk, Ngintip Fasilitas Mewah BUMN (1)
SABTU, 26 NOVEMBER 2011 | 08:50 WIB

RMOL. Tiga Toyota New Camry warna hitam parkir berderet di basement Grha Angkasa Pura I di Kota Bandar Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Nomor polisi ketiga mobil ber­kapasitas mesin 3.500 cc itu juga berurutan. Yakni B 102 API, B 103 API dan B 104 API. Tiga hu­ruf di belakang nomor itu me­rupakan akronim dari Angkasa Pura I.

Sedan itu termasuk kelas pre­mium. Harganya mencapai Rp 658,5 juta. Melihat dari no­mor polisi dan harganya, peng­guna mobil ini bukanlah orang sem­barangan. Mobil itu meru­pa­kan tunggangan para direksi.

Direksi PT API berjumlah lima orang. Yakni, Direktur Utama Tom­my Soetomo, Direktur Ope­rasi dan Tehnik Harjoso Tjatur Prijanto dan Direktur Komersial Robert Daniel Waloni.

Kemudian Direktur Personalia dan Umum ditempati Yushan Sa­yuti. Sementara Gunawan Agus Sub­rata menjadi Direktur Ke­uangan. Selain kendaraan dinas, para direksi juga menempati ruang kerja yang istimewa. Satu lan­tai khusus untuk kantor di­reksi. Tempatnya di lantai enam atau lantai teratas Blok A Grha Angkasa Pura I.

Ada dua gedung di kompleks per­kantoran Angkasa Pura I. Di sebelah kanan Blok A terhadap ge­dung berlantai tiga. Posisinya berimpitan. Di gedung ini Sek­re­taris Perusahaan dan Hubungan Masyarakat (Humas) berkantor.

Mendekati gedung Blok A kita disambut pintu kaca yang mem­buka dan menutup secara oto­m­atis. Di balik pintu itu terhampar lobby yang luas.

Semua dinding lobby itu dila­pisi granit dengan corak merah. Termasuk tiang-tiangnya dan meja resepsionis. Selain dilapisi granit, tiang-tiang gedung juga diberi ornamen garis dari kaca.

Granit juga menutupi seluruh lantai lobby maupun lantai dasar gedung itu. Menatap ke atas, di bagian tengah langit-langit lobby dibentuk pola lingkaran. Langit-langit itu ditutupi gipsum yang kemudian dicat warna putih. Di bagian kanan lobby langit-la­ngitnya ditutupi panel.

Di bawah langit-langit yang ditutupi panel itu diletakkan meja panjang. Lima kursi mengelilingi meja itu. Meja dilapisi warna merah dan putih. Sedangkan kain putih menutupi kursi.

Tak jauh dari situ terhadap delapan sofa berwarna putih susu. Biasanya, kursi ini untuk tempat menunggu tamu.

Sebuah kursi tamu juga ditem­pat­kan di sisi kiri lobby. Jumlah­nya juga delapan. Tapi ukurannya lebih kecil. Di samping kursi itu ditaruh maket Bandara Juanda, Surabaya.

Sebuah akuarium berukuran be­sar menjadi penghias ruang lobby. Airnya keruh. Tak terlihat ada ikan di dalamnya.  

Guci-guci ukuran sedang dari tanah liat menghiasi sudut-sudut ruangan. Ada yang berbentuk bu­lat pendek, bulat meninggi mau­pun segi empat. Guci-guci meru­pa­kan wadah untuk menem­pat­kan tanaman hias.

Meja resepsionis setinggi dada orang dewasa ditempatkan me­nem­pel di dinding lobby. Meja di­tunggui seorang resepsionis dan dua petugas keamanan.

Setiap pengunjung harus mengisi buku tamu di meja meja recepsionis. Rakyat Merdeka tak diperbolehkan naik untuk bertemu direksi.

“Kalau mau ke atas harus buat janji dulu sama direksi baru di­per­bolehkan naik,” kata salah satu petugas keamanan yang mengenakan pakaian hitam-hitam ini.

Pria bertubuh tinggi kurus me­ngarahkan agar menemui Sek­re­taris Perusahaan di Blok B. “Ke Sekretaris Perusahaan atau Hu­mas dulu kalau mau bertemu direksi,” kata dia.

Blok A dan Blok B dihu­bung­kan dengan sebuah lorong yang terletak di samping kanan resep­sio­nis. Lorong itu berujung di se­buah ruang tamu Sekretaris Peru­sa­haan. Ada enam kursi yang di­se­diakan bagi tamu yang menunggu.

Ruangan Sekretaris Peru­sa­ha­an dan Humas tak jauh dari itu. Ukuran ruangannya tak terlalu be­sar. Diisi beberapa meja dan kur­si yang penuh dengan tum­pukan buku dan kertas. Beberapa karyawan terlihat bekerja dengan serius di mejanya masing-masing.

Asisten Sekretaris Perusahaan Bi­dang Hubungan Antar Lem­ba­ga dan Humas, Merpin Butar­butar mengatakan, kantor dan fa­silitas bagi direksi tidaklah me­wah. “Kan­tor direksi hanya berisi ruang kerja dan ruang rapat,” kata dia.

Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat menyindir ruang kerja direksi perusahaan negara yang super mewah. Ia tak meng­ha­ram­kan direksi punya kantor mewah asalkan pelayanan kepada ma­syarakat bagus.

Dahlan bertekad menurunkan kemewahan di jajaran pimpinan BUMN dalam waktu tiga bulan jika kinerjanya negatif.

Ada 13 bandara yang dikelola Ang­kasa Pura I. Yakni, Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Ha­sanuddin Makassar, Bandara Sepinggan Balikpapan, Bandara Frans Kaisiepo Biak, dan Ban­dara Sam Ratulangi Manado.

Kemudian Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Adisumarmo Surakarta, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Pattimura Ambon, dan Bandara El Tari Kupang.

Merpin menjelaskan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki layanan di bandara-bandara itu.

Sebelum melakukan perbaikan layanan kepada masyarakat, sam­bung dia, jajaran direksi lebih da­hulu menyelesaikan berbagai per­soalan yang ada di internal peru­sa­haan. “Kalau urusan internal se­lesai, maka urusan pelayanan pub­­lik akan bisa ditangani de­ngan mudah,” katanya.

Persoalan internal yang di­mak­sudnya adalah konflik antara ma­najemen dan karyawan peru­sa­ha­an yang berjumlah 4 ribu. Kedua pihak sempat tak menemukan titik temu mengenai aturan perusahaan.

“Saat ini persoalan tersebut su­dah selesai dan tidak ada per­be­daan lagi karena sudah di­tangani dengan baik dan har­monis,” katanya.

Perbaikan lainnya yakni me­lakukan perubahan orientasi bis­nis. Tak hanya sekadar ke­un­tu­ngan tapi juga dibarengi pe­nin­g­katan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk meningkatkan pelaya­nan di bandara, Angkasa Pura I me­ngandeng Asosiasi Perusa­ha­an Angkutan Nasional Indonesia (INACA) guna mengukur tingkat kepuasaan penumpang pesawat.

Bagaimana hasilnya? Menurut Merpin, belum memuaskan. P­e­la­yanan di bandara yang dikelola Angkasa Pura I hanya mendapat skor 3,47 dalam skala lima. Skor lima dalam skala itu berarti sa­ngat memuaskan. Sedangkan skor satu sangat tak memuaskan. “Pelayanannya dianggap me­muas­kan kalau dapat nilai 4 atau lima,” jelasnya.

Hasil jajak pendapat penum­pang pesawat ini, lanjut dia, menjadi bahan bagi direksi untuk meningkatkan pelayanan. Tahun depan, Angkasa Pura I menar­get­kan dapat skor empat.

Perluasan Bandara Butuh Rp 4 Triliun

Pelayanan Angkasa Pura I kurang memuaskan karena ka­pasitas bandara yang dikelola BUMN itu tak memadai.

Itulah dalih yang disampaikan Asisten Asisten Sekretaris Peru­sahaan Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Humas, Merpin Butarbutar saat disinggung men­jadi hasil jajak pendapat penum­pang yang dilakukan bersama INACA.

Penumpang terpaksa berdesak-desakan karena bandaranya sempit. Mereka pun harus antre panjang untuk menggunakan fa­silitas yang ada di bandara.

Menurut Merpin, pihaknya akan memperluas bandara yang arus lalu lintas penumpangnya cukup tinggi. Tahap pertama yang diperluas adalah Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Bandara Juanda, Surabaya dan Bandara Sepinggan Balikpapan.

Untuk perluasan ini, pihaknya menganggarkan dana Rp 4 tri­liun. “Mudah-mudahan ada bank yang memberikan pinjaman mo­dal sehingga bisa mempercepat kami untuk membangun ban­dara,” katanya.

Dengan semakin luasnya areal bandara, diharapkan indeks ke­puasan pelanggan akan me­ning­kat dengan drastis.

Contoh Korea, Bikin Toilet Anti-Najis

Sejumlah toilet di Bandara Juanda, Surabaya dipasangi mika. Inovasi ini terkesan se­derhana. Tapi bagi umat Mus­lim ini penting.

Tanpa ada mika itu, celana bisa terkena percikan air ken­cing. Dalam Islam, air kencing termasuk najis. Shalat tidak sah bila pakaian yang digunakan terkena najis.

“(Kalau kena air kencing) ti­dak bisa menggunakan pakaian itu untuk shalat. Ini tujuan kami (memasang mika),” kata Ge­neral Manager PT Angkasa Pu­ra I, Trikora Harjo.

Toilet model itu juga ber­man­faat bagi non-muslim. Sebab kalau terkena celana juga bisa menimbulkan bau pesing. ”Ada­nya mika tersebut, murah, barangnya sepele namun man­faatnya banyak,” ujarnya.

Sebenarnya ide memasang mika di toilet ini berawal dari kunjungannya ke Bandara In­ternasional Incheon, Korea Se­latan. Saat masuk di toilet pria di bandara tersebut, ia melihat ada toilet berdiri semuanya terpasang mika.

“Maka timbullah ide, ke­napa tidak juga dipasang di Bandara Juanda. Toh saat men­cobanya bagi saya sendiri ternyata man­faatnya sangat banyak, lebih nyaman, bersih dan saya bisa salat tanpa kha­watir pakaian saya kena najis pada saat buang air kecil di toilet tadi,” ujarnya.

Hanya saja keberadaan toilet anti najis ini masih sebatas di area khusus penumpang atau di dalam lokasi bandara. Se­men­tara toilet bagian luar bandara seperti di luar pintu kebe­rang­katan domestik dan inter­n­a­sional maupun kedatangan be­lum tersedia.

“Ini memang masih jadi PR bagi kami untuk menyediakan seluruh toilet yang ada di luar bandara. Ini semata terkendala alokasi anggaran,” jelasnya.

Tapi, langkah tersebut tidak hanya memberikan efek ke­nya­mana bagi pengguna toilet di Bandara Juanda. Pemasangan mika di toilet, kebersihan, serta kenyamanan toilet di Bandara Juanda ternyata berdampak de­ngan disabetnya peng­hargaan atau Sapta Pesona kategori toilet paling bersih dari Ditjen Pengembangan Destinasi Pa­riwisata (Ditjen PDP) Ke­menbudpar.

Penghargaan tersebut diada­kan dua tahun sekali. Bandara Juanda sudah juara dua kali ber­­turut-turut yakni tahun 2009 dan 2011. ”Penghargaan ini ber­hasil menyisihkan 20 ban­dara lainnya yang ada di In­donesia,” katanya

Sebelum mendapatkan peng­hargaan sebagai toilet terbersih, Bandara Juanda juga menyabet penghargaan sebagai bandara terbersih pada 2010 dari Ke­menterian Perhubungan.

Walau berbagai penghargaan yang didapat, pemeliharaan kebersihan ini bukan semata-mata bertujuan mengejar peng­hargaan. “Semua fasilitas yang diberikan kepada pengguna jasa penerbangan merupakan ke­wajiban bagi Angkasa Pura,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya