Berita

ilustrasi/ist

On The Spot

Pedagang Atribut Raup Untung Puluhan Juta

Yang Tersisa Dari SEA Games
SELASA, 22 NOVEMBER 2011 | 08:32 WIB

RMOL.SEA Games akan ditutup hari ini. Pesta olah raga negara-negara Asia Tenggara telah membawa berkah bagi pedagang atribut. Mereka bisa menangguk untung hingga puluhan.

Bagi para pedagang, laga final se­pakbola antara Indonesia mela­wan Malaysia merupakan kesem­patan terakhir untuk mencetak laba sebelum sebelum SEA Games ditutup.

Berapa besar keuntungan yang diperoleh pedagang atribut SEA Games? Berikut liputannya.

Hari masih siang, penonton laga final sepakbola SEA Games sudah memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin ke­ma­rin.

Dari berbagai atribut yang dikenakan, hampir semuanya pendukung “Garuda Muda”, se­butan untuk tim sepakbola In­do­nesia. Usia mereka terlihat masih belia.

Keramaian di stadion yang dibangun di era Soekarno ini bu­kan hanya didominasi calon pe­nonton pertandingan. Tapi juga pedagang atribut.

Cara para pedagang ini ber­jualan pun bervariasi. Ada yang menggelar terpal atau tikar di pinggir jalan menuju stadion. Pa­gar besi yang mengelilingi sta­dion dimanfaatkan untuk tempat meng­gantung kaos yang mereka jual.

Ada juga yang memilih me­ngasong. Dengan mengenakan tas punggung, mereka bisa ber­pindah-pindah menjajakan barang dagangan.

Atribut yang dijajakan antara lain kaos, syal, pintu, topi, stiker, pin hingga terompet. Semua atri­but mempunyai kemiripan. Ber­warna merah dan putih, ber­gam­bar burung Garuda serta ber­tuliskan Indonesia.

Atribut-atribut itu menarik perhatian setiap orang lewat. Para pedagang itu sengaja menjajakan atribut di jalan yang menuju stadion.

“Ayo lima puluh ribu saja. Tidak akan ada artinya untuk Indonesia,” ujar seorang pe­da­gang kaos yang mengaku ber­na­ma Rian Reynaldi kepada pen­dukung tim sepakbola Indonesia yang melintasi lapak tempatnya berjualan.

Sejak SEA Games dibuka pada 11 November lalu, Rian dibantu seorang anak buahnya sudah men­jajakan kaos di pelataran par­kir Stadion Gelora Bung Karno.

Ia menggelar dagangan sejak pukul 10 pagi. Tutupnya, kata Rian, tak tentu.

“Kalau tidak terlalu ramai, jam 9 malam saya sudah berkemas-kemas untuk pulang. Tapi kalau lagi ramai, bisa sampai jam 12 malam,” ujarnya.

Pria asal Padang, Sumatera Barat ini mengaku bukan kali ini saja berjualan atribut tim Indo­nesia. Di mulai sejak Piala AFF Desember tahun lalu.

“Pengalaman saat dagang di Piala AFF lalu, membuat saya keta­gihan untuk dagang lagi di SEA Games ini. Untung yang di­raih bukan cuma lumayan, tapi benar-benar besar,” tuturnya.

Rian dengan bangga menga­ta­kan bisa membeli Toyota Avanza baru dari berjualan atribut saat Piala AFF.

Tim Indonesia bertemu dengan Malaysia saat laga final di Stad­ion Gelora Bung Karno.

Stadion itu pun ramai oleh sup­porter tim Indonesia. Rian menyebutkan omzetnya saat final AFF mencapai Rp 60 juta.

“Saat AFF lalu, harga kaos per potongnya jauh lebih mahal dibandingkan SEA Games ini. Ka­lau di AFF, saya menjual de­ngan harga Rp 100 ribu, sekarang hanya Rp 50 ribu saja,” kata Rian.

“Makanya kalau saat semi final kemarin, meskipun ramai saya hanya mendapat Rp. 20 jutaan saja,” jelas pria yang sehari-hari berjualan baju di Pasar Tanah Abang ini.

Di semi final cabang se­pak­bola, tim Indonesia bertemu mu­suh bebuyutannya Malaysia. In­donesia kalah 0-1 dari negara se­rum­pun itu. Tim Indonesia ber­hasil melaju ke final setelah me­nekuk Vietnam 2-0. Di final, In­donesia kembali bertemu Malay­sia.

Rian mencoba menangguk untung dari pertandingan itu. Ia tak berat merogoh kocek Rp 10 juta untuk berbelanja berbagai atribut tim Indonesia di Tanah Abang. Modal paling besar untuk membeli kaos.

Berapa keuntungan yang diper­oleh berjualan atribut sela­ma SEA Games? “Nanti di akhir per­tandingan saya baru tahu ke­untungan yang diperoleh. Yang pasti dagang di sini (Stadion Ge­lora Bung Karno) selalu un­tung,” kata Rian.

Hal senada dikatakan Ida, pe­dagang yang menjual topi merah putih berlogo Indonesia. Bersama suaminya, Ida tak pernah absen berdagang di Gelora Bung Karno saat ada pertandingan SEA Games.

“Jangankan AFF dan SEA Games, saat pertandingan Persija saya selalu jualan. Bahkan saat pertandingan bulu tangkis Piala Thomas-Uber kemarin, saya bersama suami sudah berjualan,” tuturnya.

Ida yang mengenakan topi “ne­nek sihir” yang menjuntai ke atas tak henti-hentinya men­jajakan dagangannya kepada semua orang yang lewat.

“Ada topi nenek sihir seperti yang saya pakai ini. Ada juga topi tanduk, topi bola, topi joker kem­bar, topi dandang dan topi keru­cut. Dan semua barang-barang ini tidak saya beli melainkan produksi sendiri,” tutur wanita asal Ciledug, Tangerang ini.

Mengenai keuntungan, kata Ida, tergantung pertandingannya. Penonton sangat banyak saat per­tandingan final. Ida pun ke­ban­jiran rezeki dari menjual topi kepada penonton.

“Untuk penghasilan tidak me­nentu, kalau sepi saya bisa dapat Rp 500 hingga Rp. 600 ribu. Tapi kalau final seperti sekarang, saya bisa dapat antara Rp 3 hingga Rp 5 juta rupiah,” ungkapnya.

Untung lebih kecil diraih Andi, pedagang stiker dan pin. Ia me­milih menjajakan barang da­gang masih berjalan dan meng­hampiri penonton yang hen­dak masuk stadion.

“Enakan seperti ini, saya bisa mengejar pembeli, ketimbang harus menunggu. Lagian barang dagangan saya kan bentuknya kecil-kecil, jadi bisa dibawa kemana-mana,” jelasnya.

Andi mengakui berjualan keuntungan yang diperoleh dari menjual stiker dan pin tak sebesar men­jual kaos dan topi. Harga stiker dan pin hanya Rp 2.000.

“Kalau lagi ramai pun, saya hanya mendapat untung tidak le­bih dari Rp 300 ribu dengan mo­dal sebesar Rp 100 ribu saja. Tapi itu sudah sangat lumayan buat saya, ketimbang sehari-hari ber­jualan asongan di daerah Jem­bat­an Lima,” ujarnya.

Buka Lapak, Dipungut 25 Ribu/Hari

PARA pedagang atribut yang berjualan di area Stadion Ge­lora Bung Karno dikenakan ber­bagai pungutan. Tak jelas ke mana uang yang ditarik dari pedagang ini.

Para pedagang sudah maf­hum mengenai berbagai pu­ngutan itu. Mereka sadar ber­da­gang bukan pada tempatnya. “Jatah pre­man”. Begitu para pe­dagang me­nyebut pungutan yang dikenakan kepada me­re­ka.

“Saya dikenakan biaya untuk sewa tempat di sini Rp 25 ribu setiap hari. Karena berjualan dua lapak dengan suami saya, bayar sewanya jadi Rp. 50 ribu setiap harinya,” kata Ida, se­orang pedagang topi.

Para pedagang bukan hanya ditarik uang sewa, tapi di­ke­nakan pungutan lainnya. “Ada uang kebersihan yang besarnya paling kecil Rp 5.000. Ada uang keamanan dan ada beberapa pungutan lain kalau kondisi se­dang ramai,” jelasnya.

Meskipun banyak pungutan, Ida tak terlalu mempersoalkan. Me­nurut dia, setiap ada per­tan­dingan di Gelora Bung Karno pedagang yang berjualan dike­nakan pungutan.  

“Kita bersyukur masih dibe­rikan izin untuk berjualan di sini. Kalau soal pungli, itu lum­rah dan biasa dihadapi pe­dagang. Kalau lagi sepi, toh tidak banyak yang harus saya bayarkan,” ujar Ida.

Hal berbeda justru disam­pai­kan Andi, seorang pedagang stiker dan pin. Berbagai pu­ngut­an itu memberatkan diri­nya. Sebab keuntungan dari ber­jual­an atribut itu tak banyak.

“Makanya saya lebih pilih berjualan memakai lapak. Itu demi menghindari pungli. Yang saya dengar banyak dibebankan bagi para pedagang yang pakai  lapak,” ujarnya.

Dengan mengasong, Andi tidak perlu mengeluarkan uang sewa tempat, kebersihan mau­pun keamanan. “Kan saya tidak ber­diam di satu tempat, jadi tidak mungkin ditagih uang se­wa tempat ataupun kebersihan dan lain-lain,” tegas pria asal Ci­anjur, Jawa Barat ini.

Prestasi Jeblok, Omzet Anjlok

Keuntungan para peda­gang atribut di Gelora Bung Karno ternyata dipengaruhi pres­tasi tim Indonesia yang bertanding.

Kalau prestasinya bagus, banyak orang yang menonton untuk menjadi supporter. Pe­dagang atribut pun kecipratan berkah dari supporter yang ber­datangan dari berbagai wilayah di sekitar Jakarta.

Sebab itu, pedagang berharap tim Indonesia bisa meme­nang­kan laga final sepakbola dan menjadi juara SEA Games.

Menurut Ida, pedagang atri­but topi, setiap kemenangan yang diperoleh tim Indonesia ber­pengaruh terhadap omzet penjualan.

Bila terus menang, ma­sya­rakat menjadi lebih antusias untuk menonton pertandingan be­rikutnya. “Kalau banyak supporter yang datang ke Sta­dion Gelora Bung Karno, ten­tunya baik untuk pada pe­da­gang. Omzet penjualan kami jauh lebih besar dibandingkan ka­lau pertandingannya sepi pe­nonton,” tuturnya.

Ida mencontohkan penjualan atribut menurun drastis saat per­tandingan Pra Piala Dunia belum lama ini. Saat bertanding me­lawan Iran di Gelora Bung Kar­no, tim Indonesia dicukur 1-4.

“Saat pertantingan lawan Iran kemarin, penontonnya sepi. Ja­ngankan mencari untung, buat balik modal saja nggak bisa. Bagus masih ada SEA Games. Jadi barang-barang yang tidak laku bisa dijual lagi,” kata Ida.

Prestasi tim sepakbola Indo­nesia saat SEA Games cukup meng­gembirakan. Meski sempat kalah dari Malaysia, tim “Garuda Muda” mampu masih final.

Rian, pedagang kaos juga mengamini pendapat Ida. Se­ma­kin banyak penonton, diri­nya makin banyak meraup untung.

“Ini bukan soal nasionalisme saja tapi juga soal perut. Kalau Indonesia menang, penonton banyak, tentunya pedagang akan untung. Jadi semua dapat keuntungan kalau Indonesia bisa menang,” katanya sambil tertawa. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya