ilustrasi, razia preman
ilustrasi, razia preman
RMOL. Pemerintah dianggap seringÂkali mempersulit prosedur keÂpada pengusaha yang mau meÂngemÂbangkan bisnisnya di wilaÂyah-wilayah tertinggal.
“Bukannya para pengusaha tiÂdak mau mengembangkan usaha di wilayah tertinggal, tapi proÂsedur pemerintah itu justru memÂperÂsuÂlitnya,†ungkap Ketua Komite InÂvestasi Wilayah Tengah Kamar DaÂgang dan Industri (Kadin) MuÂhammad Solihin.
Menurut Solihin, dari total 530 kabupaten/kota di Indonesia, ada 183 kabupaten/kota yang masuk kaÂtegori wilayah tertinggal. KeÂadaan itu sangat miris, mengingat InÂdonesia yang merupakan neÂgara kaya tapi masih banyak wiÂlayahnya yang miskin.
Untuk itu, dia meminta peÂmeÂrintah memelihara dan meÂlaÂpangÂkan ruang gerak para pengusaha di dalam negeri guna mengemÂbangÂkan usahanya.
Sayangnya, pemerintah yang seolah mendukung sepenuhnya para pengusaha mengembangkan usaÂhanya, terkesan bertolak belaÂkang dengan kenyataan di lapaÂngan. Soalnya masih banyak okÂnum pemerintahan yang minta biaya ini itu, “Mereka seperti preÂman berseragam,†ucap Solihin.
Padahal, pemerintah harus menÂÂciptakan suasana kondusif baÂgi penguÂsaha agar dapat menÂcipÂtakan banyak lapangan pÂeÂkerÂjaan sekaligus membantu peÂmeÂrintah mengurangi jumlah orang miskin.
Bagi seorang pengusaha, wilaÂyah tertinggal, punya segudang potensi yang dapat digali. Solihin berÂpenÂdapat, mengembangkan wilayah misÂkin seperti itu tidak perlu memÂbuat badan atau kelompok khusus. Cukup dimudahkan peÂluang usaha di sana.
“Kami (pengusaha) berpikir secara holistik dan out of the box, bukannya parsial seperti yang banyak dipakai jajaran pemeÂrintaÂhan,†singgung Solihin.
Sebab itu, pemerintah harus berÂsama-sama dengan pengusaÂha menÂjalani program pemÂbaÂngunan wilaÂyah tertinggal.
Solihin berharap pemerintah memberikan dukungan tapi tidak memonopoli dengan memÂberiÂkan kemudahan proses buat para pengusaha. “Jika pemerintah mempersulit, pengusaha ogah mengemÂbangÂkan wilayah yang miskin dan terÂtinggal,†cetusnya.
Anggota Komisi V DPR Abdul HaÂkim meminta kelakuan biroÂkrat-birokrat nakal yang suka mengÂambil upeti dari pemÂbaÂnguÂnan diberikan sanksi tegas.
“Pungutan siluman itu meÂmang sering terjadi. Kita tidak bisa tutup mata, makanya aparat huÂkum harus sigap jika mengenÂdus itu di pemerintahan,†ungÂkapÂnya. [Harian Rayat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41