Setya Novanto
Setya Novanto
RMOL.Fraksi Partai Golkar DPR mengusulkan perlu dibentuk Kementerian Urusan Haji. Ini demi perbaikan penyelenggaran ibadah haji yang selama ini banyak kelemahan.
“Ada yang mengusulkan penyeÂlenggaraan haji itu dilaksanakan sebuah badan. Tapi kami berÂpanÂdangan sudah saatnya dibentuk kementerian,’’ kata Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Setya NoÂvanto kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa bukan badan saja?
Begini, ada perbedaan badan dan kementerian. Kalau kemenÂterian disebutkan dalam konstiÂtusi, UUD 1945, bahwa PresiÂden dibantu menteri-menteri. PenuÂgaÂsan kepada kementerian meruÂpakan tanggung jawab langsung.
Dalam UU Kementerian NeÂgara disebutkan tata cara pemÂbenÂtukan, pembubaran, dan kataÂgori kementerian.
Sementara badan dibentuk berÂdasarkan Peraturan Presiden berÂdasarkan kebutuhan. Bersifat non auxiliary state agency. KeÂmenÂterian jelas aparat presiden diÂtentukan konstitusi.
Urusan haji dan waqaf sebaikÂnya diurusi kementerian tersenÂdiri di bawah tanggung jawab presiden. Kementerian ini berÂsifat mengkoordinasi semua stake holder dan sumber daya untuk memaksimalkan pelayanan haji dan waqaf. Sebab, semakin hari semakin besar jumlah jemaah haji kita. Jadi, perlu penyediaan pelaÂyanan publik yang profesional.
Bukankah kalau badan juga bertanggung jawab kepada PreÂÂsiden?
Ada perbedaan seperti saya seÂbutkan tadi. Dengan pembentuÂkan kementerian yang khusus mengurusi haji, pemerintah tetap bertanggung jawab atas penguÂrusan haji. Kalau badan, haji akan mengalami proses privatisasi. PaÂdahal, tangggung jawab negara tetap dituntut. Sebab, penyelengÂgaran haji ini ada bagian tangÂgung jawab negara.
Usulan ini disampaikan seteÂlah melakukan pengawasan peÂnyeÂlengÂgaraan Ibadah Haji Tahun 2011, memang apa yang Anda temukan?
Setelah kembali ke tanah air dari menjalankan ibadah haji, saya merasakan banyak kekuÂraÂngan dan ketidakprofesionalan penyelenggaraan ibadah haji. Sebagai orang Muslim saya meÂrasa terenyuh, terharu melihat kondisi jamaah haji kita.
Apa saja masalah itu?
Pertama, soal manajemen peÂnyelenggaraan ibadah haji yang perlu pembenahan secara serius. Sebab, saya melihat penyelengÂgara haji kurang profesional. Ini semua terjadi karena kurangnya dukungan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Kedua, pemondokan jemaah kita jauh dari Masjidil Kharam. Tidak mungkin ditempuh dengan jalan kaki. Makanya banyak jeÂmaah yang menggunakan mobil bak terbuka. Ini tentu sangat membahayakan keselamatan.
Ketiga, ada tenda di Maktab 71 (Mina-Arafah) yang seharusnya ditempati oleh jemaah kita. Tapi diserobot jemaah dari negara lain. Akibatnya sekitar 2.500 jemaah kita keleleran.
Keempat, penyediaan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang sangat di bawah standar. Bahan yang digunakan membuat MCK fibber glass di bawah standar. TiÂdak memperhatikan masa keauÂsan. Akibat kecerobohan ini ada seorang jemaah haji yang jatuh terperosok hingga meninggal dunia. Tahun lalu akibat kondisi MCK yang tidak layak tersebut telah menelan korban empat orang meninggal dunia.
Selama kondisi MCK-nya seperti ini, korban akan tetap berÂjatuhan tiap tahun penyelenggaÂraan ibadah haji. Hal lain yang memprihatinkan adalah bahwa MCK ini digunakan baik untuk buang air kecil, buang air besar maupun wudlu. Hal ini berbeda dengan negara lain, dimana MCK nya didesain sedemikian rupa seÂhingga jamaah haji dari negara tersebut merasa nyaman.
Apa masalah lain yang diaÂlaÂmi jemaah haji kita?
Kelima, masalah makanan. DiteÂmukan sekitar 200 jemaah haji mengalami diare akibat maÂkanan yang basi. Keenam, transÂportasi. Perlu ada pelibatan masÂkapai selain Garuda, sehingga ada pembanding.
Sangat disaÂyangkan ada masÂkapai penerbaÂngan swasta , yaitu Lion Air yang ternyata digunakan oleh negara India dan Nigeria untuk mengÂangkut jemaah haji dan berhasil. Tapi kita malah tiÂdak mengÂgunakannya.
Barangkali ini masalah koorÂdinasi dengan kementerian atau lembaga terkait?
Masalah koordinasi sudah baÂgus. Misalnya, koordinasi antara Kementerian Agama dengan KeÂmenterian Kesehatan dalam meÂnangani kesehatan para jemaah haji. Namun koordinasi dengan Kementerian dan lembaga lain perlu ditingkatkan lagi khususÂnya yang terkait dengan perlinÂdungan WNI di luar negeri.
Makanya, saya menyarankan agar KemenÂterian Agama berkoÂordinasi deÂngan Kementerian Luar Negeri lebih intens karena ini menyangÂkut keselamatan WNI di luar negeri.
Daftar tunggu jemaah kita bertahun-tahun, tapi sudah meÂÂlakukan setoran awal, baÂgaiÂmana tanggapan Anda?
Dari data kami, saat ini antrian untuk menunaikan ibadah haji sudah mencapai sekitar 1.012.000 orang. Waktu tunggu untuk SulÂsel sampai 2015. Untuk provinsi Aceh, Kalsel, dan lainÂnya sampai 2020. Setoran awal ongkos haji sudah mencapai Rp 22,4 triliun per akhir November 2010.
Dari sejumlah uang tersebut menghasilkan bunga hingga Rp 99,7 milar per bulan di rekening khusus haji atas nama Menteri Agama. Dalam satu tahun bunga bisa mencapai Rp 1,75 triliun. PerÂtanyaannya apakah dana seÂtoran awal ongkos haji Rp 25 juÂta per orang itu merupakan dana peÂmerintah atau dana maÂsyaÂrakat.
Bagaimana kalau masuk dana pemerintah?
Bila masuk dalam kategori daÂna pemerintah, seharusnya diÂsetorkan kepada kas negara. Bila masuk kategori dana maÂsyarakat harus dilaporkan kepada DPR. Ini yang harus kita kejar.
Dengan potensi dana yang beÂgitu besar, pelayanan terhadap jemaah haji seharusnya baik dan profesional. Sebab, meÂreka suÂdah menyetor dana yang begitu besar. Dana ini harusnya dikemÂbalikan ke jemaah haji melalui penyediaÂan pelayanan haji yang lebih baik, nyaman, dan aman.
Apa langkah perbaikan ke depan?
Selama ini Kementerian AgaÂma tidak membuat sebuah stanÂdar pelayanan minimum sesuai saran BPK. Tak adanya standar pelayanan minimum ini mengaÂkiÂbatkan tiap embarkasi/provinsi berbeda-beda dalam memberikan pelayanan.
Demikian juga masaÂlah pengeÂlolaan keuangan. SehaÂrusnya KeÂmenterian Agama memÂbentuk stanÂdar akuntansi berdasarkan prinÂsip-prinsip peÂngelolaan keuaÂngan yang transÂparan dan dapat dipertanggungjaÂwabkan. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 00:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15
Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28