RMOL. Plang nama yang terbuat dari besi itu terlihat samar-samar dari kejauhan. Sebagian tertutupi daun pohon yang tumbuh di balik pagar kantor yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi Nomor 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
PT Energy Management IndoÂneÂsia (Persero). Demikian nama di plang itu. PT Energy ManageÂment Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sebagai perusahaan pelat meÂrah, PT EMI tak terlalu dikenal. Apalagi, kinerjanya tak moncer. KeÂmenterian BUMN mencatat pada 2009 perusahaan ini rugi Rp 3,03 miliar.
Kepala Divisi Marketing PT EMI Agung Djatmiko memÂbanÂtah perusahaannya rugi. “Kami bermasalah dengan cash flow (arus kas) saja,†kata dia.
Selama ini, jelas dia, klien memÂÂbayar pada akhir tahun. “Kalau audit keuangan dilakukan pada pertengahan tahun, kas kaÂmi pasti minus. Tapi kalau auÂditÂnya akhir tahun atau awal tahun selalu surplus,†kata Agung.
Pria yang mengenakan keÂmeÂja batik hijau ini lalu menjelasÂkan pola kerja PT EMI. Pada semester awal, pihaknya menyeÂbarkan proÂposal proyek kepada sejumlah perÂusahaan. Semester berikutnya digunakan untuk mengerjakan proyek.
“Biasanya, pembayarannya dilakukan pada akhir tahun seÂtelah proyek selesai,†katanya.
PT EMI harus mengeluarkan modal terlebih dulu untuk menjaÂlanÂkan proyek. Lantaran duit ceÂkak, perusahaan ini berutang ke bank pemerintah untuk memÂperÂoleh modal kerja.
“Setelah proÂyek dibayar, kami melunasi utang ke bank,†ujar Agung.
Berapa utang PT EMI? Agung enggan mengungkapkannya. “KaÂmi bayar bunganya saja seÂtiap tahun Rp 2,5 miliar,†katanya.
Pemasukan yang diperoleh dari menggarap proyek pas-pasan. Hanya cukup membayar cicilan utang dan operasional perusahaan.
Untuk pembayaran gaji 90 karÂyawan, setiap bulan PT EMI mengeluarkan dana Rp 400 juta. “Itu belum termasuk biaya listrik dan lainnya,†cetus Agung.
Selama ini, menurut Agung, PT EMI tak pernah menyetor dividen kepada pemerintah. “Kami hanya membayar pajak setiap tahun. Itu pun kalau untung,†katanya.
Agung berharap pemerintah bersedia mengucurkan suntikan dana minimal Rp 5 miliar agar PT EMI ini bisa bergerak seÂhingga perusahaan tak lagi megap-megap. “Kalau tidak ada suntikan dana, perusaÂhaan ini akan terus seperti ini,†tandasnya.
PT Surveyor Indonesia berniat mengambil alih PT EMI. SurveÂyor Indonesia bergerak di bidang survei, inspeksi, dan konsultasi.
PT EMI juga menyediakan jasa konsultasi dan survei di bidang energi . Kemiripan bidang usaha ini yang membuat SuryeÂvor InÂdonesia berniat menjadikan PT EMI sebagai anak perÂusaÂhaan. Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah memberikan lampu hijau akuisisi ini.
Bagaimana PT EMI menyikapi rencana ini? “Kami ikut saja jika itu keputusan pemerintah sebagai pemegang saham utama,†kata Agung.
“Tapi kami hanya berharap perusahaan yang mengakuisisi juga bergerak di bidang energi agar kelangsungan bisnis peruÂsaÂhaan ini bisa terus berjalan,†harap Agung.
Ia khawatir kinerja PT EMI bakal tergantung bila diambil oleh perusahaan negara yang tak bergerak di bidang energi.
Di kalangan karyawan sempat berembus kabar bahwa PT EMI bakal diakuisisi Pertamina. “SeÂmuanya setuju diambil PerÂtaÂmina,†kata seorang karyawan yang tak mau disebutkan naÂmaÂnya. Ia membayangkan, keseÂjahÂteraan pegawai PT EMI bakal meÂningkat bila di bawah perusaÂhaÂan migas itu.
Klien Tunda Kasih Proyek
Bisnis PT Energy ManageÂment Indonesia (EMI) tergangÂgu deÂÂngan munculnya kabar bahÂwa perÂusahaan ini akan diÂakuisisi PT Surveyor Indonesia.
“Saat ini banyak perusahaan yang sebelumnya berkomitmen dengan kami untuk mengerÂjaÂkan proyek memutuskan meÂnunÂÂdaÂnya sampai masalah (akuiÂsisi) ini jelas,†kata Kepala DiÂvisi AcÂcounÂting PT EMI Agus SuratÂmoko.
Padahal, menurut dia, moÂmen akhir tahun merupakan masa paÂnen bagi perusaÂhaÂanÂnya. Saat ini, order mengerÂjaÂkan proyek seÂdang melimpah.
PT EMI menargetkan tahun 2011 memperoleh pemasukan Rp 30 miliar. “Mudah-mudahan tidak kurang dari itu. Kalau kuÂrang bisa berpengaruh terhadap kas perusahaan,†terang Agus.
Untuk meningkatkan modal perÂusahaan, PT EMI pernah meÂÂngajukan permohonan banÂtuan dana Rp 50 miliar kepada peÂÂmeÂrintah.
Permohonan diajukan tahun 2009. Hingga kini belum ada isyaÂrat pemerintah akan memÂbeÂriÂkan suntikan dana. “MungÂkin karena dana yang diÂajuÂkan sedikit, jadi dikesamÂpingÂkan dulu,†kata Agus meÂngira-kira.
Agus menjelaskan, selama ini PT EMI hidup dari proyek-proyek yang dikerjakan. PerÂusahaan ini dipercaya meÂlaÂkukan melakukan studi konÂversi dan rasionalisasi pengÂguÂnaÂan bahan bakar di PemÂbangÂkit Listrik PT Indonesia Power.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) juga salah satu klienÂnya. PT EMI pernah meÂngerjakan kelayakan impleÂmenÂtasi kogeÂnerasi pelanggan PT PGN.
Selain itu, PT EMI diperÂcaya melakukan manajemen pengeÂloÂlaan energi, mulai peÂmanÂtauÂan, pencatatan, pengÂukuran, akunÂtansi, penetapan tarÂget hingÂga rekomendasi tindak lanjut di PT Krakatau Steel, CalÂtex Pacific IndoÂneÂsia-DisÂtrict Minas dan PerÂtaÂmina Daerah Operasi Hulu PraÂbuÂmuÂlih.
Tagih Janji Pemerintah
PT Energy Management IndoÂnesia (Persero) atau dulu dikeÂnal sebagai PT Koneba (PerÂsero) didirikan tahun 1987.
BUMN ini bergerak di biÂdang konservasi dan manaÂjemen energi. Awalnya, peruÂsaÂÂhaan ini adalah anak PT Pupuk SriÂwiÂjaya dan PT Pupuk IsÂkandar Muda, dua BUMN yang berÂgeÂrak di bidang produksi pupuk.
Kepala Divisi Marketing PT EMI Agung Djatmiko menjeÂlasÂkan, modal awal perusahaan ini sebesar Rp 10 miliar. DaÂnanya dari Bank Dunia.
Pemerintah lalu mengambil alih perusahaan ini. Modal awal diganti. Pemerintah juga memÂberikan tambahan modal Rp 5 miliar dalam bentuk aset kantor.
Kantor PT EMI di Jalan Wolter Monginsidi 6, KebaÂyorÂan Baru, Jakarta Selatan terdiri dari tiga bangunan. Menempati lahan seluas 2 ribu meter perÂsegi.
Dua bangunan di muka meÂngÂapit gedung berlantai dua. Dari modelnya, kedua bangunÂaÂn di bagian sayap ini telah berÂusia berusia puluhan tahun.
Gerbang masuk terletak di bagian tengah tepat menghadap gedung berlantai dua. Moto perusahaan “Saving EnerÂgy†diÂpasang di pagar. Halaman kanÂtor perusahaan ini cukup luas. Mampu menampung puluhÂan mobil.
Dua petugas keamanan berÂjaga-jaga di belakang gerbang. Setiap orang asing harus meÂminta izin dulu sebelum diÂpersilakan masuk.
Memasuki ke gedung utama, terlihat lobby yang tak begitu besar. Sebuah meja resepsionis setinggi dada orang dewasa diletakkan di situ. Tak ada peÂtugas yang berjaga di sini.
Persis di depan meja resepÂsioÂnis disediakan ruang taÂmu. Di dalamÂnya terdapat dua kursi dan meja panjang model lawas.
Di sebelah kiri ruang tamu terÂdapat ruang rapat. UkurÂannya cukup luas. Mengintip ke dalam terlihat meja yang ditata berÂbentuk U. Sebuah white board dipasang di muka ruangÂan. Sebuah proyektor diseÂdiaÂkan di tengah-tengah meja raÂpat untuk keperluan presentasi.
Ruang kerja karyawan terÂletak di samping kiri ruang rapat. Ruangannya tak terlalu besar. Ruang kerja itu terlihat sumpek karena disesaki meja kerja, lemari arsip besi, dan beÂberapa meja panjang. Kardus-kardus bekas pembungkus perÂalatan elektronik ditumpuk di atas lemari.
Agung menuturkan, pemeÂrinÂtah berjanji memberikan moÂdal awal Rp 20 miliar kepada PT EMI. Hingga kini baru Rp 15 miliar yang dikucurkan. “Jadi masih kurang Rp 5 miliar lagi,†katanya.
Agung berharap, dana terÂsebut bisa diberikan dalam wakÂÂtu dekat. Dengan dana itu, roda perusahaan bisa bergerak leÂbih baik. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17