Berita

PT Energy Management Indo­ne­sia (Persero)

On The Spot

Megap-megap Tunggu Suntikan Dana Rp 5 Miliar

Melongok Perusahaan Pelat Merah “Dhuafa” (3)
SELASA, 15 NOVEMBER 2011 | 08:49 WIB

RMOL. Plang nama yang terbuat dari besi itu terlihat samar-samar dari kejauhan. Sebagian tertutupi daun pohon yang tumbuh di balik pagar kantor yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi Nomor 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

PT Energy Management Indo­ne­sia (Persero). Demikian nama di plang itu. PT Energy Manage­ment Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sebagai perusahaan pelat me­rah, PT EMI tak terlalu dikenal. Apalagi, kinerjanya tak moncer. Ke­menterian BUMN mencatat pada 2009 perusahaan ini rugi Rp 3,03 miliar.

Kepala Divisi Marketing PT EMI Agung Djatmiko mem­ban­tah perusahaannya rugi. “Kami bermasalah dengan cash flow (arus kas) saja,” kata dia.

Selama ini, jelas dia, klien mem­­bayar pada akhir tahun. “Kalau audit keuangan dilakukan pada pertengahan tahun,  kas ka­mi pasti minus. Tapi kalau au­dit­nya akhir tahun atau awal tahun selalu surplus,” kata Agung.

 Pria yang mengenakan ke­me­ja batik hijau ini lalu menjelas­kan pola kerja PT EMI. Pada semester awal, pihaknya menye­barkan pro­posal proyek kepada sejumlah per­usahaan. Semester berikutnya digunakan untuk mengerjakan proyek.

“Biasanya, pembayarannya dilakukan pada akhir tahun se­telah proyek selesai,” katanya.

PT EMI harus mengeluarkan modal terlebih dulu untuk menja­lan­kan proyek. Lantaran duit ce­kak, perusahaan ini berutang ke bank pemerintah untuk mem­per­oleh modal kerja.

“Setelah pro­yek dibayar, kami melunasi utang ke bank,” ujar Agung.

Berapa utang PT EMI? Agung enggan mengungkapkannya. “Ka­mi bayar bunganya saja se­tiap tahun Rp 2,5 miliar,” katanya.

Pemasukan yang diperoleh dari menggarap proyek pas-pasan. Hanya cukup membayar cicilan utang dan operasional perusahaan.

Untuk pembayaran gaji 90 kar­yawan, setiap bulan PT EMI mengeluarkan dana Rp 400 juta. “Itu belum termasuk biaya listrik dan lainnya,” cetus Agung.

Selama ini, menurut Agung, PT EMI tak pernah menyetor dividen kepada pemerintah. “Kami hanya membayar pajak setiap tahun. Itu pun kalau untung,” katanya.

Agung berharap pemerintah bersedia mengucurkan suntikan dana minimal Rp 5 miliar agar PT EMI ini bisa bergerak se­hingga perusahaan tak lagi megap-megap. “Kalau tidak ada suntikan dana, perusa­haan ini akan terus seperti ini,” tandasnya.

PT Surveyor Indonesia berniat mengambil alih PT EMI. Surve­yor Indonesia bergerak di bidang survei, inspeksi, dan konsultasi.

PT EMI juga menyediakan jasa konsultasi dan survei di bidang energi . Kemiripan bidang usaha ini yang membuat Surye­vor In­donesia berniat menjadikan PT EMI sebagai anak per­usa­haan. Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah memberikan lampu hijau akuisisi ini.

Bagaimana PT EMI menyikapi rencana ini? “Kami ikut saja jika itu keputusan pemerintah sebagai pemegang saham utama,” kata Agung.

 â€œTapi kami hanya berharap perusahaan yang mengakuisisi juga bergerak di bidang energi agar kelangsungan bisnis peru­sa­haan ini bisa terus berjalan,” harap Agung.

Ia khawatir kinerja PT EMI bakal tergantung bila diambil oleh perusahaan negara yang tak bergerak di bidang energi.

Di kalangan karyawan sempat berembus kabar bahwa PT EMI bakal diakuisisi Pertamina. “Se­muanya setuju diambil Per­ta­mina,” kata seorang karyawan yang tak mau disebutkan na­ma­nya. Ia membayangkan, kese­jah­teraan pegawai PT EMI bakal me­ningkat bila di bawah perusa­ha­an migas itu.

Klien Tunda Kasih Proyek

Bisnis PT Energy Manage­ment Indonesia (EMI) tergang­gu de­­ngan munculnya kabar bah­wa per­usahaan ini akan di­akuisisi PT Surveyor Indonesia.

“Saat ini banyak perusahaan yang sebelumnya berkomitmen dengan kami untuk menger­ja­kan proyek memutuskan me­nun­­da­nya sampai masalah (akui­sisi) ini jelas,” kata Kepala Di­visi Ac­coun­ting PT EMI Agus Surat­moko.

Padahal, menurut dia, mo­men akhir tahun merupakan masa pa­nen bagi perusa­ha­an­nya. Saat ini, order menger­ja­kan proyek se­dang melimpah.

PT EMI menargetkan tahun 2011 memperoleh pemasukan Rp 30 miliar. “Mudah-mudahan tidak kurang dari itu. Kalau ku­rang bisa berpengaruh terhadap kas perusahaan,” terang Agus.

Untuk meningkatkan modal per­usahaan, PT EMI pernah me­­ngajukan permohonan ban­tuan dana Rp 50 miliar kepada pe­­me­rintah.

Permohonan diajukan tahun 2009. Hingga kini belum ada isya­rat pemerintah akan mem­be­ri­kan suntikan dana. “Mung­kin karena dana yang di­aju­kan sedikit, jadi dikesam­ping­kan dulu,” kata Agus me­ngira-kira.

Agus menjelaskan, selama ini PT EMI hidup dari proyek-proyek yang dikerjakan. Per­usahaan ini dipercaya me­la­kukan melakukan studi kon­versi dan rasionalisasi peng­gu­na­an bahan bakar di Pem­bang­kit Listrik PT Indonesia Power.

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) juga salah satu klien­nya. PT EMI pernah me­ngerjakan kelayakan imple­men­tasi koge­nerasi pelanggan PT PGN.  

Selain itu, PT EMI diper­caya melakukan manajemen penge­lo­laan energi, mulai pe­man­tau­an, pencatatan, peng­ukuran, akun­tansi, penetapan tar­get hing­ga rekomendasi tindak lanjut di PT Krakatau Steel, Cal­tex Pacific Indo­ne­sia-Dis­trict Minas dan Per­ta­mina Daerah Operasi Hulu Pra­bu­mu­lih.

Tagih Janji Pemerintah

PT Energy Management Indo­nesia (Persero) atau dulu dike­nal sebagai PT Koneba (Per­sero) didirikan tahun 1987.

BUMN ini bergerak di bi­dang konservasi dan mana­jemen energi. Awalnya, peru­sa­­haan ini  adalah anak PT Pupuk Sri­wi­jaya dan PT Pupuk Is­kandar Muda, dua BUMN yang ber­ge­rak di bidang produksi pupuk.

Kepala Divisi Marketing PT EMI Agung Djatmiko menje­las­kan, modal awal perusahaan ini sebesar Rp 10 miliar. Da­nanya dari Bank Dunia.

Pemerintah lalu mengambil alih perusahaan ini. Modal awal diganti. Pemerintah juga mem­berikan tambahan modal Rp 5 miliar dalam bentuk aset kantor.

Kantor PT EMI di Jalan Wolter Monginsidi 6, Keba­yor­an Baru, Jakarta Selatan terdiri dari tiga bangunan. Menempati lahan seluas 2 ribu meter per­segi.

Dua bangunan di muka me­ng­apit gedung berlantai dua. Dari modelnya, kedua bangun­a­n di bagian sayap ini telah ber­usia berusia puluhan tahun.

Gerbang masuk terletak di bagian tengah tepat menghadap gedung berlantai dua.  Moto perusahaan “Saving Ener­gy” di­pasang di pagar. Halaman kan­tor perusahaan ini cukup luas. Mampu menampung puluh­an mobil.

Dua petugas keamanan ber­jaga-jaga di belakang gerbang. Setiap orang asing harus me­minta izin dulu sebelum di­persilakan masuk.

Memasuki ke gedung utama, terlihat lobby yang tak begitu besar. Sebuah meja resepsionis setinggi dada orang dewasa diletakkan di situ. Tak ada pe­tugas yang berjaga di sini.

Persis di depan meja resep­sio­nis disediakan ruang ta­mu. Di dalam­nya terdapat dua kursi dan meja panjang model lawas.

Di sebelah kiri ruang tamu ter­dapat ruang rapat. Ukur­annya cukup luas. Mengintip ke dalam terlihat meja yang ditata ber­bentuk U. Sebuah white board dipasang di muka ruang­an. Sebuah proyektor dise­dia­kan di  tengah-tengah meja ra­pat untuk keperluan presentasi.

Ruang kerja karyawan ter­letak di samping kiri ruang rapat. Ruangannya tak terlalu besar. Ruang kerja itu terlihat sumpek karena disesaki meja kerja, lemari arsip besi, dan be­berapa meja panjang. Kardus-kardus bekas pembungkus per­alatan elektronik ditumpuk di atas lemari.

Agung menuturkan, peme­rin­tah berjanji memberikan mo­dal awal Rp 20 miliar kepada PT EMI. Hingga kini baru Rp 15 miliar yang dikucurkan. “Jadi masih kurang Rp 5 miliar lagi,” katanya.

Agung berharap, dana ter­sebut bisa diberikan dalam wak­­tu dekat. Dengan dana itu, roda perusahaan bisa bergerak le­bih baik.    [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya