Mahfud MD
Mahfud MD
RMOL. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD heran kenapa hasil beberapa survei namanya muncul sebagai calon presiden Pemilu 2014.
Apalagi, lanjut bekas Menhan itu, namanya ditempatkan di jaÂjaÂÂran teratas calon presiden alterÂnatif.
“Saya merasa tidak punya poÂtongan untuk menjadi capres atau cawapres. Saya merasa tiÂdak mungkin menuju ke sana,†ujar Ketua MK, Mahfud MD, kepada Rakyat Merdeka, Jumat (28/10).
Saat ditanya apa tidak tergoda untuk maju sebagai capres kalau sering namanya muncul dari hasil survei, bekas politisi PKB itu seÂcara berkelakar mengataÂkan, kaÂlau sering muncul seperti itu lama-lama tergoda juga.
“Saya bisa tergoda menjadi capres kalau sering dimunculkan, ha-ha-ha. Mungkin saya merasa punya potongan juga,†ujar Mahfud dengan tertawa.
Berikut kutipan selengkapnya;
Apa ada niat membuat tim sukses?
Saya tidak perÂnah berusaha atau berÂmimÂpi menÂdapat duÂkuÂÂngan agar menjadi calon preÂsiden atau calon wakil presiden. ApaÂlagi membentuk tim untuk meÂraih popularitas dan elektaÂbiliÂtas. Tidak akan perÂnah saya laÂkukan itu.
Namun saya sadar bahÂwa politik itu diÂnamis, semua bisa berkembang ke arah baru. Saya anggap itu sebagai bagian dari dinamika politik saat ini. Tapi saya merasa beÂlum layak untuk ke sana.
Seringnya muncul di survei, berarti baÂnyak dukungan, keÂnapa tidak berbuat lebih konÂkrit?
Saya tidak tahu mengapa saya popuÂlar. Saya tidak pernah beruÂsaha membangun citra. Saya selalu ingin bekerja sungÂguh-sungguh, apa adaÂÂnya. Tidak pernah takut untuk bersikap tegas dan lugas. Saya tidak takut keÂhiÂlangan apa-apa apabila harus bersikap tegas dan berani. Saya selalu menjadi berani asal benar. Itu saja.
Sudah ada partai yang meÂmiÂnang?
Secara institusional dan offiÂcial belum ada partai politik yang meÂminang. Tapi banyak pimÂpinan berbagai partai politik yang seÂcara personal mengajak bicara tentang peluang. Saya mengataÂkan, saya ini hakim, saat ini tak boleh boleh berbicara soal capres. Apalagi membuat renÂcana politik yang menyangkut diri saya.
Bagaimana tanggapan keÂluarga dengan hasil survei itu?
Tanggapan keluarga saya biasa-biasa saja. Sejak dulu keÂluarga tidak pernah ikut campur urusan saya. Mereka percaya pada saya untuk memilih apapun yang saya kehendaki. Mereka pasti mendukung.
O ya, hasil survei dilakukan banyak lembaga, dan hasilnya berbeda-beda, apa tanggapan Anda?
Ada beberapa lembaga survai yang bisa diperÂcaya tapi ada yang politis dan peÂsaÂnan. Tapi apaÂpun jenisnya, kita bisa menyimÂpulkan sendiri, mana lemÂbaga surÂvei yang beÂnar-benar obyekÂtif dan mana yang hanya berjualan atau diÂbayar untuk suatu poliÂtical power.
Namun saya senang membaca hasil survei-surÂvei itu semua seÂbagai produk anaÂlisis. Bukan seÂnang karena saya masuk ungguÂlan dalam survei. Siapapun yang diberitakan dalam survei, saya senang membaca berita itu.
O ya, hasil survei dilakukan banyak lembaga, dan hasilnya berbeda-beda, apa tanggapan Anda?
Ada beberapa lembaga survai yang bisa diperÂcaya tapi ada yang politis dan peÂsaÂnan. Tapi apaÂpun jenisnya, kita bisa menyimÂpulkan sendiri, mana lemÂbaga surÂvei yang beÂnar-benar obyekÂtif dan mana yang hanya berjualan atau diÂbayar untuk suatu poliÂtical power.
Namun saya senang membaca hasil survei-surÂvei itu semua seÂbagai produk anaÂlisis. Bukan seÂnang karena saya masuk ungguÂlan dalam survei. Siapapun yang diberitakan dalam survei, saya senang membaca berita itu.
Survei itu masih efektif memÂbangun citra seseorang?
Survai bisa bermanfaat untuk memperkenalkan kualitas calon. Tapi masyarakat sekarang sudah pandai, sehingga pandangan dan sikap politiknya tidak bisa diÂbelokkan oleh survey tersebut. Makanya demi moralitas dan martabat kita sebagai bangsa, sebaiknya kita tidak membodoh-bodohi masyarakat melalui survei yang abal-abal. Sebuah survei itu harus profesional dan obyektif memotret pandangan masyaÂrakat.
Apa sekarang ini terjadi kriÂÂsis kepemimpinan di partai, seÂhingga nama Anda muncul hasil survei?
Mengenai banyak tokoh partai politik hasilnya sering di bawah elektabilitas. Itu yang menyedihÂkan. Bagaimana pun partai politik adalah instrumen penting dalam demokrasi. Kita harus sehatkan partai politik. Sebab, tanpa partai politik, demokrasi akan mati. Tidak boleh kita mengusulkan meniadakan parpol. Itu bertenÂtangan dengan konstitusi dan akal sehat demokrasi. Parpol sekarang ini oligarkis, bukan demokratis. Makanya banyak yang tidak senang. Pimpinan parpol harus menyadari ini. Jangan egois dan jangan hanya mementingkan diri sendiri. [rm]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 10:12
Senin, 29 Desember 2025 | 10:07
Senin, 29 Desember 2025 | 10:06
Senin, 29 Desember 2025 | 10:03
Senin, 29 Desember 2025 | 09:51
Senin, 29 Desember 2025 | 09:49
Senin, 29 Desember 2025 | 09:37
Senin, 29 Desember 2025 | 09:36
Senin, 29 Desember 2025 | 09:24
Senin, 29 Desember 2025 | 09:20