Widjajono Partowidagdo
Widjajono Partowidagdo
RMOL. Gaya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo memang unik dan nyeleneh. Rambutnya gondrong. Dia mengaku akan memotong rambut bila ada aturannya.
“Gondrong bukan berarti tidak pernah cukur. Saya sering cukur rambut kok. Kalau nggak dicukur berarti seperti Samson dong. Saya bukan seperti itu,’’ ujar Widjajono Partowidagdo kepada Rakyat Merdeka di JaÂkarta, Senin (24/10).
Menurut Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, penampilan tidak ada korelaÂsinya dengan pekerjaan. Yang penting sebagai wakil menteri bisa beÂkerja maksimal memÂbantu menÂteri demi kesejahÂteraan rakyat.
“Saya sih lebih suka berpeÂnampilan seperti ini. Menurut saya, seseorang itu dihargai buÂkan karena pakai baju mahal, mobil mewah, dan sebagainya,’’ papar anggota Dewan Energi Nasional ini.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa nggak risih berpenamÂpilan seperti itu?
Selama wajar-wajar saja, tidak apa-apa. Yang penting tidak pakai sandal jepit. Gondrong begini, buÂkannya saya tidak pernah cukur rambut. Kalau tidak pernah cukur, ya sama seperti Samson dong.
Anda sering mendaki guÂnung ya?
Betul. Saya mengawali pendaÂkian sewaktu SMA. Pendakian saya menjadi intensif sejak jadi mahasiswa dan penguji di UPN Yogyakarta. Saya naik gunung bersama-sama maÂhaÂsiswa. MeÂngingat saya lebih tua, mereka baÂwakan barang saya, he-he-he.
Awalnya, saya mendaki guÂnung di Jawa, ada 15 gunung. SeÂsudah itu, naik gunung ke luar Jawa. Bahkan anak saya diberi naÂma Kristal. Singkatan dari GuÂnung Kerinci, Gunung Rinjani, Gunung Semeru, Gunung Tujuh, Gunung Agung dan Gunung LaÂtimojo. Soalnya, saat istri saya haÂmil dan mendekati kelahiran, kerjaan saya naik gunung terus.
Apa pernah naik gunung di luar negeri?
Pernah, yakni di Fuji-Jepang, Kinabalu-Malaysia, Kalawatar di Malaya, Kilimanjaro-Tanzania, dan ke Aconcagua-Argentina. NaÂmun belum sampai ke puncak karena cuaca buruk.
Naik gunung merupakan hobi?
Lebih ke hobi karena orang naik gunung kan sehat. Makanya saat tes kesehatan, saya dinyataÂkan seÂhat. Orang naik gunung, ya harus sehat. Kalau nggak sehat, ya celaka.
Setelah menjadi wakil menÂteri, apa masih bisa menyalurÂkan hobi tersebut?
Ya bisa dong. Selama ini, saya bisa membagi waktu untuk meÂngajar, bekerja, dan meyalurÂkan hobi. Ke depan pun demiÂkian. Orang yang sibuk kan lebih muÂdah untuk membagi waktu
Bagaimana ceritanya terpilih menjadi wakil menteri?
Saya ditelepon Pak Hatta RaÂjasa, malam minggu (Sabtu, 15/10). Meminta biodata saya untuk diusulkan menjadi wakil menÂteri. Kata Pak Hatta, nanti diteÂlepon Pak Sudi Silalahi. Lalu saya kirim pakai email.
Keesokan harinya, Pak Sudi Silalahi menghubungi dan meÂminta saya untuk bersiap-siap menemui Bapak Presiden. Terus terang saya kaget, karena tak meÂÂmiliki persiapan khusus.
Saat bertemu Presiden, apa yang dibicarakan?
Saat dipanggil presiden, terÂnyata saya tidak sendirian. Saya diÂpanggil bersama Pak NasaÂruddin Umar (Wakil Menteri AgaÂma) dan Denny Indrayana (Wakil Menkumham). Dalam pertemuan itu yang lebih banyak ngobrol Pak Nasaruddin. Kalau saya hanya beÂberapa poin saja.
Saat dipanggil presiden, terÂnyata saya tidak sendirian. Saya diÂpanggil bersama Pak NasaÂruddin Umar (Wakil Menteri AgaÂma) dan Denny Indrayana (Wakil Menkumham). Dalam pertemuan itu yang lebih banyak ngobrol Pak Nasaruddin. Kalau saya hanya beÂberapa poin saja.
Apa itu?
Saya sih singkat saja. Presiden mengatakan, masalah Migas tuÂrun, tolong diatasi. Kemudian, masalah listrik, batu bara, dan miÂneral. Setelah itu, beliau menaÂnyaÂkan kesediaan saya.
Saya bilang, saya bersedia. SeÂbab, pada dasarnya saya adaÂlah guru. Sebagai seorang guru, saya berharap, apa yang saya samÂpaiÂkan dapat diimplemenÂtasiÂkan. Itulah salah satu alasan saya menÂjadi anggota Dewan Energi Nasional.
Sesudah menjadi wakil menÂteri, Insya Allah perjuangan saya seÂbagai guru akan semakin efektif.
Apa target Anda?
Ke depan, kita harus pakai energi murah. Kalau bisa jangan lagi pakai BBM (bahan bakar miÂnyak). Gunakan saja energi alterÂnatif. Misalnya, batubara dan biogas. BBM-nya bisa kita ekÂspor, tapi dalam bentuk petroÂkimia.
Bagaimana kalau usulan Anda tidak diterima menteriÂnya?
Penjelasan saya kan benar, dan Pak Jero Wacik percaya. Kalau perÂcaya, ya harus dijalankan. SeÂperti dokter memeriksa penyakit. Penting mengetahui penyakit secara benar. Kalau mengobati tidak secara benar, maka orangÂnya tidak sembuh.
Bagaimana pembagian tuÂgas?
Saya mengemukakan permasaÂlaÂhan dan solusi. Beliau yang meÂnyampaikan gaÂgaÂsan itu ke Pak Presiden, DPR dan kemenÂterian lain, agar dapat direaliÂsasikan. Pak Wacik kan punya akses dan lebih gampang. Saya analis di sini, beliau sebagai poÂlitisi melakukan lobi-lobi agar gaÂgasan ini bisa dijalankan. [rm]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 10:12
Senin, 29 Desember 2025 | 10:07
Senin, 29 Desember 2025 | 10:06
Senin, 29 Desember 2025 | 10:03
Senin, 29 Desember 2025 | 09:51
Senin, 29 Desember 2025 | 09:49
Senin, 29 Desember 2025 | 09:37
Senin, 29 Desember 2025 | 09:36
Senin, 29 Desember 2025 | 09:24
Senin, 29 Desember 2025 | 09:20