Berita

ilustrasi/ist

Dunia

LAPORAN DARI RUSIA

Rusia Dukung Negara Palestina Merdeka Muncul di Peta Baru Dunia

JUMAT, 23 SEPTEMBER 2011 | 10:15 WIB | LAPORAN: SVET ZAKHAROV

RMOL. Sudah ada 127 negara di dunia yang mendukung upaya Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Demikian disampaikan Duta Besar Palestina di Moskow, Dr. Faed Mustafa, dalam jumpa pers di Moskow, pada 21 September waktu setempat.

Faed Mustafa berharap, dalam sidang Majelis Umum PBB ke-66 yang akan digelar pada hari ini (23/9), ada 145 negara yang akan mendukung aspirasi Palestina. PBB sendiri akan menggelar sidang di New York tepat pukul 13.00 waktu setempat.


Dalam sidang tersebut, kata Faed, Mahmud Abbas akan berpidato dan akan menyampaikan surat  kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon. Surat tersebut berisi tiga buah poin. Pertama, permintaan menjadi anggota penuh. Kedua, kewajiban Palestina dalam memenuhi semua keputusan PBB. Ketiga, berdirinya negara Palestina merdeka dengan perbatasan teritorial yang diputuskan pada tahun 1967.

Faed mencatat, perundingan Palestina dengan Israel sudah berlangsung selama 20 tahun. Namun yang terjadi justru Israel terus mempertahankan status quo dan mempertahankan pendudukannya di sebagian besar kawasan Palestina.

Dalam kesempatan ini, Faed juga menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Rusia yang konsisten mendukung Palestina sejak awal.

Sementara itu, Dubes dan Kepala Akademi Diplomatik Rusia, Nikolai Tihomirov, yakin Palestina akan diterima menjadi anggota PBB. Tihomirov, yang selama 40 tahun meneliti Timur Tengah, juga mencatat bahwa Israel selalu menentang Palestina sebagai negara merdeka. Padahal kemerdekaan Palestina ini sudah tercantum dalam berbagai resolusi-resolusi PBB.

Tihomirov juga menegaskan bahwa sejak 30 tahun yang lalu Rusia telah mengadakan hubungan diplomatik dengan Palestina. Tihomirov juga mengingatkan resolusi 242 PBB tahun 1967, yang menyebutkan bahwa Yerusalem Timur harus menjadi ibukota negara Palestina.

Bagi Tihomirov, ada cukup alasan untuk menjadikan Yerusalem timur menjadi ibukota Palestina. Di kawasan Yerusalem Timur terdapat Mesjid Al Aqsha, tempat suci ketiga umat Islam, setelah Mekkah dan Madinah.  Pada zaman dahulu, Yerusalem merupakan ibukota negara "Ieuseiskoye", tetapi kemudiaan direbut oleh tsar David tahun 985 sebelum masehi (SM) dan diubah menjadi ibukota negara Yahudi.  

"Kami berharap, setelah pemunggutan suara dalam Majelis Umum PBB, nama baru akan muncul di peta bumi yaitu negara Palestina, bukan otonomi Palestina lagi. Dan sayang sekali kalau AS akan memveto resolusi mengenai pengakuan negara Palestina dalam pemungutan suara di DK PBB itu," tegas Tihomirov.

Sementara itu, Direktur Institut Ketimuran Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Dr. Vitali Naumkin, menilai pembincangan bukan lagi terfokus pada ada-tidaknya negara Palestina, melikan fokus untuk mengukuhkan negara Palestina. Naumkin juga mencatat, Israel telah kehilangan teman lama, seperti Mesir dan Turki.

Naumkin juga heran dengan sikap pemimpin Palestina yang menerima begitu saja 22 persen wilayanya. Apalagi dalam dokumen pengakuan negara Palestina 1967, tidak disebutkan defenisi perbatasan.

"Mana bisa ada negara tanpa perbatasan?" kata Naumkin. [ysa]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya