Berita

Adhie M Massardi

Lebaran yang Berantakan

Oleh Adhie Massardi
KAMIS, 01 SEPTEMBER 2011 | 11:57 WIB

LEBARAN tahun ini (2011) bagi mayoritas rakyat Indonesia yang merayakannya merupakan Lebaran paling berantakan. Semua ini akibat pemerintahan Yudhoyono tak mampu memahami arti Lebaran bagi rakyatnya.

Padahal semua orang tahu, Lebaran bukan sekadar Iedul Fitri 1 Syawal, perayaan atas berakhirnya kewajiban berpuasa selama Ramadhan (bagi umat Islam). Lebaran bagi bangsa Indonesia memiliki multidimensi. Selain dimensi spiritual, juga sosial, politik, ekonomi dan budaya. Itu sebabnya Hari Raya Lebaran pengaruhnya sangat signifikan terhadap pola pikir dan perilaku umat agama lain.

Maka untuk menghadapi “hari yang penting” itu, sejak jauh hari mereka menghitung dan mengutak-atik angka, baik yang berdimensi rupiah, waktu maupun tenaga. Para pengusaha atau pemimpin perusahaan, pasti bekerja keras untuk menambah pendapatan agar bisa membayar THR (tunjangan hari raya) yang juga sudah menjadi kewajiban.

Para pelaku usaha di bidang informasi dan hiburan seperti koran, majalah, TV, bioskop, restoran, sarana wisata dan lain-lain tentu lebih rumit lagi menghitungnya. Karena melibatkan banyak orang yang harus dikontrak, dan lain-lain.

Tapi dari semua itu, yang diam-diam tak kalah ribet dan berdebar-debar dalam menyongsong Lebaran adalah para ibu rumah tangga. Sebab yang mereka urus bukan sekadar rasa dan jenis makanan, tapi juga mengatur uang yang di zaman SBY ini makin susah dicari padahal nilainya makin merosot, sementara harga-harga kebutuhan hidup terus meroket.

Akan tetapi ketika semua perhitungan itu sudah dirancang dengan matang, dengan berpedoman pada kalender yang sudah disepakati publik, tiba-tiba dengan enteng pemerintah Yudhoyono menggeser Lebaran sehari ke belakang. Padahal pemerintahan sebelumnya, dalam soal Lebaran, nyaris tidak pernah bergeser dari hari dan tanggal di kalender yang sudah bertanda “merah”.

Akibatnya, para ibu rumah tangga mengeluh karena hasil kerja keras mereka seperti mubazir. Opor, ketupat, sambel goreng ati, juga sayur labuh siam yang sudah dipersiapkan sehari sebelumnya, pasti tak akan sanggup dipertahankan bila diulur sehari lagi. Kalau toh bisa, rasanya pasti sudah tidak lezat lagi.

Begitulah, Lebaran 1 Syawal 1432 Hijriyah ini memang telah kehilangan dimensi spiritual, sosial, ekonomi dan budayanya. Justru dimensi politiknya yang merayap dari mulut ke mulut, dari rumah ke rumah, dari HP ke HP, hingga berkelana bebas di dunia maya.

Perbedaan keyakinan warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah (terutama dalam soal pemahaman keagamaan) yang nyaris sudah tak terdengar, mencuat lagi dengan penajaman di sana-sini. Misalnya, menyoal posisi Menteri Agama yang kini dijabat Suryadharma Ali, yang tokoh NU makanya dalam menentukan Lebaran pemerintah ikut dengan NU…

Mereka lupa, ketika Presiden RI dijabat KH Abdurrahman Wahid yang 1000% tokoh NU, dalam soal Lebaran, pemerintah tetap memegang “konsensus” yang sudah disepakati masyarakat. Justru warga NU yang diberi pemahaman bahwa Lebaran bagi bangsa kita bukan hanya berdimensi spiritual semata.

Tapi terlepas dari kontroversi pemerintah Yudhoyono dalam menetapkan Lebaran, yang menimbulkan polemik kontraproduktif di masyarakat, faktanya kita semua memang jadi lupa pada berbagai skandal korupsi besar-besaran yang dilakukan jaringan elite kekuasaan, dan kegagalan rezim yang makin menyengsarakan rakyat…! [***]


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya