Adhyaksa Dault
Adhyaksa Dault
RMOL.Momentum Lebaran bisa dijadikan motivasi bagi pemimpin negeri ini untuk mengatasi krisis multidimensi.
“Kalau tidak cepat diatasi, Indonesia menjadi negara gagal di dunia. Tentu diharapkan momentum maaf-memaafkan ini dijaÂdiÂkan motivasi bagi para peÂmimpin untuk mengatasi krisis terÂsebut,’’ tegas bekas Menpora Adhyaksa Dault kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Sabtu (27/8).
“Kriteria negara gagal itu antara lain, korupsi yang meraÂjaÂleÂla dan ekonomi tidak pro rakÂyat. Kedua kriteria ini sedang kita alami,†tambahnya.
Menurut Adhyaksa, ada tiga cara bisa dilakukan untuk terÂhinÂdar dari negara gagal. Pertama, cara berÂpiÂkir, bertindak dan berÂkeÂhendak para elit politik haÂrus menguÂtaÂmakan kepentingan bangsa. KeÂdua, harus ada netralitas di tuÂbuh TNI, Polri, dan PNS. KetiÂga, pemerintah harus bisa menÂjaga kepercayaan rakyat.
“Bila ketiga hal ini bisa terÂcapai, saya yakin Indonesia tidak akan menjadi negara gagal. Ini seÂmua demi keselamatan bersaÂma,†tegas Adhyaksa.
Berikut kutipan selengkapnya;
Bukankah figur pemimpin yang paling utama?
Betul. Yang utama harus ada soÂsok pemimpin sebagai tokoh keteladanan, apakah di legislatif, eksekutif dan yudikatif. KetÂeÂlaÂdaÂnan untuk keluar dari keterpurukan.
Misalnya dalam pemilihan pimÂpinan KPK, agar tidak munÂcul kecurigaan adanya pesanan dari partai politik, prosesnya harus transparan. Buat sistem yang tegas dan jelas.
Apa mungkin DPR tidak leÂpas dari pertimbangan politis?
Hal itu bisa lepas kalau sadar bahwa mereka harus berÂpikir, berkehendak, dan berbuat untuk negara.
Bagaimana dengan kondisi lembaga penegak hukum?
Lembaga itu tidak bisa dilihat seÂcara parsial, harus dilihat seÂbaÂgai sebuah sistem yang terÂinÂtegÂrasi secara menyeluruh dan utuh. Misalnya, ada keinginan KejÂaÂkÂsaÂan tidak berada di bawah prÂeÂsiÂden. Hal itu perlu kajian meÂnyeÂÂluruh. Tidak bisa parÂsial, seÂhingga bisa diambil kesimpulan.
Antara lembaga penegak huÂkum sering bentrok dalam meÂnangani kasus, apa yang perlu dilakukan?
Bukan bentrok ya, tetapi harus ada perbaikan sistem agar tidak tumpang tindih, sehingga bisa diÂatur dengan bagus. Tidak terÂkeÂsan rebutan dalam penangaÂnan kasus. Ini demi menghindari adaÂnya dugaan penanganan kaÂsus ada unsur politisnya.
Bagaimana dengan pemimÂpin yang berasal dari parpol?
Idealnya kalau orang sudah masuk dalam peÂmerintahan, haÂrus lepas dari partai. TujuanÂnya agar fokus mengurus negaÂra. TiÂÂdak terganggu dengan urusan internal partai. Sistem kita belum utuh, tidak seperti AS.
Oh ya, apa makna Lebaran bagi Anda?
Idul Fitri itu kan maknanya kemÂbali pada fitrah. Asal kita dari surga, itulah kampung halaman kita. Seperti tradisi mudik, perÂsiaÂpan harus dilakukan. Untuk itu, seÂlama bulan Ramadhan, saya beÂruÂsaha seÂmÂaksimal mungkin unÂtuk memÂperÂsiapkan bekal keÂtika ‘puÂlang kamÂpung’. Hal seÂperti ini saya taÂnamÂkan kepada anak-anak saya. [rm]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 20:13
Senin, 29 Desember 2025 | 19:53
Senin, 29 Desember 2025 | 19:43
Senin, 29 Desember 2025 | 19:35
Senin, 29 Desember 2025 | 19:25
Senin, 29 Desember 2025 | 19:22
Senin, 29 Desember 2025 | 19:15
Senin, 29 Desember 2025 | 19:08
Senin, 29 Desember 2025 | 19:04
Senin, 29 Desember 2025 | 18:57