ilustrasi/ist
ilustrasi/ist
RMOL.Pemerintah Pusat mengajukan anggaran ke DPR untuk tahun 2012 naik menjadi Rp 1.418 triliun dari tahun ini yang hanya sebesar Rp 1.320 triliun.
Ironisnya, kenaikan anggaran tersebut masih banyak yang dialokasikan untuk belanja rutin pemerintah pusat. Bila pada taÂhun ini alokasi belanja rutin peÂmerintah pusat adalah sebesar Rp 625 triliun, tahun depan dialoÂkasikan Rp 724 triliun. Dengan demikian, ada kenaikan belanja Rutin sebesar Rp 99 triliun.
“Kenaikan alokasi anggaran belanja rutin pemerintah ini saÂngat memprihatinkan jika dibanÂdingkan dengan alokasi anggaran untuk rakyat miskin yang hanya sebesar Rp 50 triliun,†kata KoorÂdinator Avokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk TranspaÂransi Anggaran (FITRA) Uchok Khadafi kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan kajian FITRA besaran alokasi anggaran untuk belanja rutin pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 625 triliun atau 47 persen dari total budget APBN yang hanya sebesar Rp 1.320 TriÂliun. Sedangkan alokasi anggaran rutin untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 724 triliun, atau 51 perÂsen dari total budget APBN 2012 yang hanya Rp 1.418 triÂliun.
“Dengan alokasi anggaran rutin sebesar 51 persen dari total budget APBN, bisa dinilai APBN untuk tahun depan tidak sehat, karena terlalu banyak untuk kepentingan belanja birokrat,†tuturnya.
Anggaran belanja rutin Rp 724 triliun itu, kata dia, dialokasikan delapan pos keuangan, yaitu untuk pemeliharaan aset Rp 11,7 triliun, belanja pegawai Rp 215,7 triliun, pembayaran bunga utang Rp 123 triliun, perjalanan dinas Rp 23,0 triliun, pembayaran poÂkok utang Rp 47,2 triliun, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 269,5 triliun, tambahan penghasilan guru Rp 2,8 triliun, dan tunjangan profesi guru Rp 30,5 triliun.
Dalam pandangan FITRA, alokasi anggaran untuk gaji pegaÂwai ini terkesan ada kesenjangan antara pemerintah pusat dengan pemda. Pada APBN 2012 alokasi untuk gaji pegawai pemerintah pusat sebesar Rp 215 triliun dipeÂruntukan bagi 135 kementerian/lembaga, yang terdiri dari 101 lembaga non struktural, dan 34 kementerian atau lembaga. SeÂdangkan alokasi anggaran taÂhun 2012 untuk gaji pegawai untuk 524 pemerintah daerah hanya sebesar Rp 269 triliun.
“Melihat pembagian anggaran tersebut, sepertiya wacana dilaÂkuÂkannya moratorium peneriÂmaan pegawai, dan menawarkan pensiunan dini sampai Desember 2012 menjadi relevan,†tuturnya.
Bila dibandingkan anggaran untuk belanja modal ini jelas terlalu kecil bila dibandingkan deÂngan belanja pegawai. Tahun ini saja Rp 141 triliun, dan pada taÂhun anggaran 2012 kenaikanÂnya menjadi Rp 168 triliun.
Sedangkan untuk belanja pegaÂwai pada tahun ini pemerintah meÂngalokasi Rp 430 triliun, tahun depan naik menjadi Rp 518 triliun.
Melihat pembagian anggaran tersebut FITRA menyimpulkan pemerintah pusat terlalu banyak meÂngalokasi anggaran gaji peÂgawai dibandingkan dengan beÂlanja modal yang nota benenya unÂtuk pembangunan.
“Kalau diilustrasikan kelihatan dengan jelas, kalau belanja untuk gaji tukang sangat besar sekali jika dibandingkan belanja memÂbangun rumahnya. Jadi jangan heran kalau bangunan rumahnya akan jelek,†ujarnya.
Uchok mengaku kecewa deÂngan lemahnya kontrol DPR terhadap pemerintah. Semestinya DPR memberikan “warning†kepada pemerintah sejak dini. “Tetapi yang terjadi, DPR malaÂhan menyetujui kenaikan alokasi anggaran gaji pegawai,†sesalÂnya.
Dari kondisi tersebut FITRA, lanjutnya, mendesak DPR agar menolak alokasi anggaran yang diajukan melalui proposal anggaÂran tahun 2012 dari pemeÂrintah, karena hanya habis untuk belanja rutin maupun gaji pegaÂwainya.
“Kami sangat menyesalkan atas kegagalan pemerintah melaÂkukan reformasi birokrasi. ParaÂdigma reformasi birokrasi yang dilakukan pemerintah pusat ruÂpanya bukan meningkatkan kiÂnerja birokrat, dan meningkatan peÂlayanan kepada publik, tetapi sekadar jargon,†cibirnya.
Meskipun mendapat berbagai macam kritikan pedas dari FITRA, anggota tim ekonomi PreÂsiden, Ikhsan Modjo mengaÂtakan, anggaran negara 2012 meÂrupakan anggaran yang diranÂcang dengan sangat matang dibanÂdingkan dengan APBN sebeÂlaumnya.
Menurutnya, dalam RAPBN 2012, pemerintah tidak mengaÂbaikan kondisi perekonomian global dan berhati-hati supaya tidak terkena imbas negatifnya. Selain itu keberpihakan pemeÂrintah terhadap masyarakat yang kurang mampu semakin nyata dan mencerminkan upaya pemeÂrintah membangun perekoÂnoÂmian dalam negeri. “Anggaran neÂgara 2012 sudah direncanakan dengan matang,†tegasnya.
Belum Ada Terobosan Untuk Perbaiki Birokrasi
Arif Nur Alam, Direktur Eksekutif IBC
Struktur APBN 2012 dinilai masih belum memihak keÂpada rakyat, itu terlihat dari beÂsarÂnya anggaran yang dialokaÂsiÂkan untuk belanja rutin pemeÂrintah.
“Kalau lebih dari setengah dana APBN 2012 habis untuk beÂlanja rutin pemerintah, lalu dana untuk mensejahterakan rakyt mana,†kata Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center, Arif Nur Alam
Arif mengungkapkan, dalam pidato kenegaraan yang dibacaÂkan Presiden SBY pada 16 AgusÂtus lalu yang sekaligus pengantar nota keuangan dan RAPBN 2012 diungkapkan, di sisi pendapatan negara dan hibah dipatok angka Rp 1.292,9 triliun atau naik sebeÂsar Rp 123,0 triliun dari target pendapatan negara dan hibah pada APBN-P Tahun 2011 sebeÂsar Rp 1.169,9 triliun.
Dari total anggaran 2012 terÂsebut, lanjur Arif, belanja pemeÂrintah pusat dialokasikan sebesar Rp 954,1 triliun. Rinciannya, belanja pegawai sebesar Rp 215 triliun, subsidi Rp 208 triÂliun, belanja modal Rp 168,1 triliun, belanja barang Rp 138 triliun, pembayaran utang Rp 123,7 triliun, dan belanja lain-lain Rp 100,4 triliun.
Dikatakan, besarnya lonjaÂkan belanja rutin pegawai dari tahun ke tahun berpotensi mereduksi program reformasi birokrasi yang sedang dicanaÂngkan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2.
“Struktur anggaran yang terbebani dengan anggaran belanja pegawai tentunya dapat berakibat pada semakin sulitnya mengedepankan proÂgram-program pemerataan dan perluasan pembangunan ekonomi,†tukasnya.
Menurut Arif, postur APBN 2012 menunjukkan pemerintah masih mengaÂbaiÂkan hal-hal yang sebenarÂnya saÂngat dibuÂtuhkan dalam pereÂkoÂnomian ke depan.
Banyak Realisasi Tak Tepat Sasaran
Arif Budimanta, Anggota Komisi XI DPR
Kalangan DPR menilai perÂlunya pembenahan fundaÂmental postur APBN 2012 agar mampu mencerminkan fungsi anggaran sebagai stimulus penggerak ekonomi nasional.
Anggota Komisi XI DPR, Arif Budimanta menilai nota keuaÂngan Rancangan Undang-UnÂdang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2012 masih belum ideal dan berkualitas.
Anggota Fraksi PDIP ini menegaskan, pembenahan posÂtur anggaran yang akan dibahas pemerintah dan DPR meruÂpakan sebuah keniscayaan.
“Kita punya waktu efektif pembahasan selama 30 hari kerja. Harus ada perubahan fundamenÂtal dari postur,struktur, dan cara pikir penyusunan APBN,†kataÂnya, kemarin.
Menurut Arif, postur belanÂja rutin pemerintah pusat dalam RAPBN 2012 menunÂjukkan peningkatan di bebeÂrapa pos, seperti belanja peÂgawai menjadi Rp 215,7 triliun, beÂlanja modal menjadi Rp168,1Âtriliun.
Adapun belanja pemerintah pusat yang mengalami penuÂrunan di antaranya belanja barang yang alokasinya turun Rp 4,3 triliun atau 3 persen, belanja subsidi turun Rp 28,3 triÂliun atau 11,9 persen, dan angÂÂgaran bantuan sosial Rp18,2 triliun atau 22,3 perÂsen.
Dia menuturkan, DPR membuka kemungkinan dilaÂkukannya pendistribusian ulang serta pengalokasian ulang untuk postur anggaran yang diajukan pemerintah.
Meskipun mengalami peÂningÂkatan, porsi belanja modal masih 17,6 persen dari keseluruhan belanja pemeÂrintah pusat. Artinya, porsi belanja modal masih berada di bawah porsi belanja pegaÂwai yang tercatat sebesar 22,6 persen dari total belanja pemerintah pusat dan belanja subsidi yang mencapai 21,9 persen. [rm]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59