RMOL. Rano Karno dinilai kurang serius menjalankan tugasnya sebagai Wakil Bupati Tangerang setelah dinobatkan menjadi Calon Wakil Gubernur Banten.
“Banyak yang bilang setelah saya menjadi calon wakil GuberÂnur Banten, kinerja saya menurun di Pemkab Tangerang. Hal itu tidak benar. Apa tolok ukurnya kiÂnerja saya menurun,†ucap Rano Karno kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan seÂlengkapnya:
Barangkali konsentrasi Anda sudah terÂcurah sebagai caÂlon Wakil GuÂbernur menÂdamÂÂpingi Ratu Atut Chosiyah seÂbagai caÂlon GuÂbernur Banten?Selama ini rutinitas saya seÂbelum atau setelah pencalonan di Pilgub Banten tidak ada yang berubah. Semua berÂjaÂlan seÂperti biasa. TiÂdak ada yang diÂaÂbaikan. SeÂmuaÂnya lancar. InÂsya Allah tidak ada masalah.
Apa modal Anda sebagai caÂlon Wakil Gubernur Banten?Ya, bekerja.
Salah satu fokus utama pemÂbangunan Provinsi Banten lima tahun ke depan adalah dalam hal infrastruktur. Hal ini untuk menÂdukung Provinsi Banten menjadi pintu gerbang Indonesia.
Provinsi Banten menjadi pintu gerbang Indonesia. Untuk menÂduÂkung itu, pengembangan inÂfraÂstruktur harus menjadi salah satu fokus pembangunan di Banten.
Apa Anda yakin mampu memÂÂÂperbaiki infrastruktur itu?Yakin dong. Provinsi Banten yang secara geografis wilayahnya strategis akan terus berkembang.
Usia Provinsi Banten masih 11 tahun, tapi tidak bisa dianggap remeh dalam melakukan pemÂbangunan. Sebab, potensi ProÂvinsi itu begitu besar. Kalau diÂberdayakan secara maksimal, ini sungguh luar biasa.
Kalau dibandingkan dengan provinsi lain yang usianya sudah puluhan tahun bahkan yang suÂdah ratusan tahun, saya rasa kurang
fair. Yang jelas selama ini pembangunannya sudah cukup, bukan berarti kita sudah puas.
Isu apa lagi yang mau diangÂkat dalam Pilgub?Tentu mengikuti visi misi yang Gubernur susun, yaitu melanÂjutkan pembangunan Banten. Tapi saya tekankan lagi, bukan berarti kita puas dengan pemÂbangunan selama ini, tetapi kita akan mengembangkan lebih maju.
Beberapa waktu lalu, saya ikut rapat dengan sebuah tim yang diÂketuai Wakil Presiden membahas mengenai pembangunan. Di daÂlam rapat itu, ada rencana pemÂbangunan jembatan di Selat Sunda. Artinya infrastruktur menÂjadi bagian penting dalam pemÂbangunan Banten ke depan.
Apa infrastruktur isu utama yang diangkat?Itu menjadi fokus, tetapi bukan berarti hal yang utama. Secara filosofi membangun infrastruktur artinya membuka area. Tentu yang lain juga menjadi utama. Misalnya dalam hal pendidikan, kesehatan, dan hal lainnya.
Ada keinginan menyaingi Jakarta?Secara geografis letak Banten berÂsebelahan dengan Jakarta. Proyeksi Banten untuk meÂnyaiÂngi Jakarta, itu sangat mungkin. Saya pernah menjadi Ketua BKPRD (Badan Koordinasi PeÂnaÂtaan Ruang Daerah). Dari sana saya melihat potensi daerah dan tata ruang Banten memungÂkinÂkan wilayah itu dijadikan sebagai provinsi pembantu, bukan peÂnyangga dari pusat kota bila arealnya sudah terbuka.
Lho, bukannya nanti meruÂsak lingkungan?Kebijakan punya areal terbuka bukan berarti merusak tata ruang dan lingkungan. Tentu saja kebiÂjakan ini juga harus concern terÂhadap lingkungan, bukan meruÂsak semua struktur yang ada. Secara potensi wilayah Banten masih terbuka, tinggal penataanÂnya saja yang diperbaiki.
Bagaimana polarisasi wilaÂyah yang akan dikembangkan?
Seharusnya mempolakan seÂbuah daerah itu segera dilakuÂkan. Misalnya daerah industri yang akan dikembangkan di KabupaÂten Tangerang. Contoh lain, KaÂbuÂpaten Pandeglang yang area pertaniannya yang luas bisa diÂjadikan lumbung padi dan akan dikembangkan menjadi area perÂsawahan yang subur. Selain itu, bagaimana sebuah wilayah diÂkembangkan menjadi industri produktif.
Beberapa rencana itu dapat direalisasikan dengan koordinasi yang baik antara pimpinan daerah untuk menentukan arahnya keÂmana, dan kembali harus harmoÂniÂsasi antar wilayah.
[rm]