RMOL. Dewie Yasin Limpo tidak pernah mengiming-iming uang kepada komisioner KPU, I Gusti Putu Arta agar terpilih menjadi anggota DPR.
“Pak Putu Arta di beberapa media menyebutkan saya mau memberikan uang suap sebesar Rp 3 miliar kepadanya, itu keÂbohongan besar dan fitnah,†ujar Ketua DPP Partai Hanura, Dewie Yasin Limpo, kepada Rakyat Merdeka, Jumat (8/7).
Dia mendatangi Putu Arta untuk memprotes mengapa diÂbatalÂkan sebagai anggota DPR. Sebab, MK telah memutuskan dia terpilih.
Selain itu, lanjutnya, dalam perÂtemuan tersebut dia ditemani beberapa orang dekatnya.
“Kalau dibilang saya sendirian menemui dia, itu bohong. Pak Putu coba ingat-ingat, jangan-jangan ada Dewie lain yang berÂtemu dengannya. Sebab, perisÂtiÂwanya sudah lama. Coba diÂingat,†papar bekas Ketua DPD Partai Hanura Sulawesi Selatan.
Seperti diketahui, I Gusti Putu Arta mengaku pernah didatangi Dewie Yasin Limpo yang meÂminta bantuan agar bisa mendaÂpat kursi di DPR. Pertemuan itu berlangsung di kantor KPU.
Dewie, seperti yang disebutkan Putu, mengiming-imingi dirinya dengan sejumlah uang. Tapi deÂngan tegas ditoÂlaknya. Bahkan Putu mengungÂkapkan, dirinya langsung menÂdorong Dewie untuk keluar ruangan.
Dewie seÂlanÂjutnya mengataÂkan, Putu Arta bilang saat perÂtemuan itu bahÂwa kasusnya unik. Sebab, suÂratnya sudah keÂÂluar tetapi DeÂwie tidak duduk menjadi anggoÂta DPR.
Menurut DeÂwie, pada saat itu Putu Arta menepuk pundakÂnya, seolah-olah menguatkan diriÂnya menghadapi masalah ini.
“Saat itu dia bilang, sudahlah Bu lima tahun lagi bisa mencoba, sambil menepuk bahu saya. Jadi saya tegaskan bukan mendorong saya keluar, tetapi menepuk bahu saya,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya; Anda sering bertemu dan berÂkomunikasi dengan Putu Arta?O, tidak. Paling ketika rekap suara Pemilu di Hotel Borobudur kita keÂtemu. Di sana kan banyak orang. Pada saat itu, semua caleg hadir untuk menunggu hasil perolehan suara.
Kalau tidak benar, kenapa Putu Arta bilang seperti itu?Tadinya saya tidak ada kecuriÂgaan apapun terhadap Pak Putu. Tapi karena dia berbicara seperti ini, saya mulai ada keÂcurigaan. Tetapi saya tidak mau mengÂhaÂkimi seseorang seÂbelum terbukti kebeÂnaÂrannya. Jangan seÂperti orang lain yang beÂlum apa-apa sudah menilai buruk kepada saya. Itu kan sama saja memÂvonis orang seÂbeÂÂlum orang itu diÂputusÂkan bersalah.
Apa Anda mau meÂÂlaporkan ke polisi?Keluarga sekarang sedang membicarakan langkah ke sana. Saya mau melaporkan keÂpada polisi atas penceÂmaran nama baik saya dan keluarga. Sejauh ini apa yang sudah diperÂsiapkan, itu urusan pengacara dan keÂluarga.
Apa Anda sudah ikhlas tidak diterima menjadi anggota DPR?
Pada awalnya saya sudah ikhlas. Mungkin ada yang lebih baik dan ada hikmah di balik ini. Tetapi yang mengecewakan saya, katanya keputusan MK itu mengÂikat dan final tapi kok bisa diÂbaÂtalkan oleh sepucuk surat paÂnitera.
Sebenarnya ini bukan masaÂlah surat palsu ya?Jujur saja sebenarnya saya bingung, ketika dulu dikatakan ini dibatalkan karena ada surat palsu, saya jadi ketawa, kok surat palsu. Apakah keputusan MK itu tidak final, Kenapa masih ada surat-suratan. Ya berarti tidak final dong keputusan MK itu.
Bagaimana sikap pimpinan Partai Hanura?Mereka mendukung saya meÂngajukan gugatan ke MK. Waktu itu Pak Wiranto beberapa kali menyurati ke MK dan KPU untuk protes. Tapi tidak ada solusinya, maka kami disarankan melaporÂkan ke Mabes Polri.
Pak Wiranto sangat paham maÂsalah ini, sehingga beliau menÂdukung proses ini agar bisa terÂbuka semuanya. Kesempatan ini sebenarnya sudah kita tunggu sejak lama.
[rm]