Noegroho Djajoesman
Noegroho Djajoesman
RMOL.Hari ini Polri genap 65 tahun. Peringatan ulang tahun dilakukan secara serentak di seluruh Polda. Namun di hari bahagianya, korps bhayangkara masih dibayangi beberapa masalah, seperti ancaman teror dan kasus korupsi.
Polri juga dinilai rentan dipakai sebagai alat kekuasaan pemerinÂtah dalam isu rekayasa kasus tertentu. Untuk itu, Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman seÂbagai sesepuh Polri dimintai tanggapannya seputar kinerja Polri selama ini. Khususnya daÂlam hal menjaga keamanan dan ketertiban serta pelayanan maÂsyaÂrakat yang dirasakan masih belum sesuai harapan.
“Banyak hal positif yang telah dilakukan Polri, khususnya daÂlam upaya menciptakan keamaÂnan, ketertiban, dan pelayanan masyarakat. Tapi bisa dimengerti kalau seluruhnya belum memeÂnuhi harapan masyarakat,’’ ujar Noegroho Djajoesman kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Usia 65 tahun bisa dikatakan suÂdah dewasa, tapi mengapa beÂÂlum seluruhnya memenuhi haÂÂraÂpan masyarakat?
Dengan usia yang bertambah dewasa, tentu harapan masyaÂraÂkat juga bertambah, khususnya dalam upaya menciptakan keaÂmanan, ketertiban, dan pelayanan masyarakat. Inilah yang belum semuanya dipenuhi Polri.
Adakah sesuatu yang dapat dimaknai dari perayaan hari jadi Polri tahun ini?
Hari jadi tahun ini dimaknai dengan suatu perubahan total dari sikap dan peran Polri agar dicintai masyarakat. Untuk itu, Polri haÂrus dapat meningkatkan pelayaÂnan masyarakat tanpa tebang pilih serta senantiasa selalu dekat dengan masyarakat.
Hal yang terpenting lainnya adalah menjaga soliditas internal. Dengan cara itulah, Polri bisa mewujudkan harapan masyarakat itu. Harapan saya semoga Polri tetap jaya.
Bagaimana menurut Anda reformasi yang dilakukan Polri?
Reformasi di bidang kultural. Ini menyangkut perubahan sikap mental seluruh anggota Polri dalam mengemban fungsi perlinÂdungan, pengayoman, dan pelaÂyanan masyarakat. Dengan pemÂbenahan dan perubahan ini diÂharapkan tindakan penyalahÂguÂnaan wewenang dapat dihinÂdari, paling tidak diminimalisir.
Apa ya sih kultur Polri bisa diÂbenahi mengingat kewenaÂngannya begitu luas?
Kita harus punya keyakinan bahwa suatu saat institusi Polri ini harus dapat memenuhi harapan masyarakat. Langkah-langkah perubahan sikap mental ini tentu memerlukan proses waktu, tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.
Bukti riil pembenahan kultur menurut sepengetahuan Anda?
Dalam program pendidikan sudah terlihat kurikulum yang diÂÂsesuaikan dengan tugas, fungsi, dan peranan Polri, khuÂsusnya pengetahuan mengenai masalah HAM. Kalau pun ada penyimÂpaÂngan di lapangan, tentu ini bukan cermin dari Polri. Tapi itu perÂbuatan perorangan atau oknum saja.
Bagaimana dengan kasus reÂkening gendut perwira Polri baik di pusat maupun daerah yang tampaknya tidak tuntas peÂnangaÂnannya, masalahnya apa sih?
Untuk kasus ini, saya rasa suÂdah diselesaikan oleh Kapolri terdahulu (Bambang Hendarso Danuri). Hanya mungkin belum disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
Apa ya para Jenderal Polri yang terlibat kasus bisa ditaÂngani secara hukum?
Saya rasa penegakan hukum ini tidak terbatas ditujukan kepada masyarakat saja. Tapi juga telah dilaksanakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran. Contohnya kasus Susno Duadji.
Petinggi Polri diduga memiÂliki kekayaan berlimpah hasil berÂbisnis dan berhubungan deÂngan politisi atau pengusaha, apakah ini dibenarkan?
Kita jangan berpikir negatif dulu. Kan sudah ada wadahnya yang menerima pengaduan peÂlanggaran seperti Divisi Propam, Irwasum/Irwasda, Kompolnas, Ombudsman, sampai KPK.
Bagaimana pula dengan peÂnanganan kasus korupsi yang biasa disebut ‘lahan basah’ dan sarat kepentingan politis?
Itu tadi, kita jangan berpretensi negatif dulu. Bila memang ada bukti dan fakta-fakta, saya rasa pimpinan Polri juga tidak akan diam.
Dalam pemberantasan teroÂrisÂme, Polri dianggap terlalu reÂpresif dan berlebihan ketimÂbang penanganan korupsi dan pelanggaran internal, komentar Anda?
Khusus untuk masalah terorisÂme ini dapat dimaklumi bila daÂlam penanganannya terlihat berÂbeda dengan kasus-kasus pidana lainnya. Ini menyangkut ancaÂman yang sangat tinggi dan dengan dampaknya yang besar juga. Mau-tidak mau Polri harus bersikap lebih tegas. Memang siÂkap tegas ini terkadang dirasakan masyarakat sebagai suatu hal yang berlebihan. Hal ini bisa dimengerti.
Apakah Polri menggunakan kasus terorisme sebagai penÂciÂtraÂan maupun sekadar rekaÂyasa pengalihan isu politik?
Saya melihat faktanya tidak demikian. Polri represif terhadap teroris bukan demi pencitraan. Itu kan hanya analisa pihak-pihak tertentu saja yang mempunyai kepentingan tertentu pula.
Adakah hubungan khusus petinggi Polri dengan Istana?
Hubungan khusus seperti apa. Kalau dilihat dari hirarki organiÂsasi, Polri memang bertanggung jawab kepada Presiden. Ini adaÂlah fakta.
Sebagai sesepuh Polri yang diÂkenal dekat dengan masyaraÂkat, bagaimana tanggapan Anda seputar gonjang-ganjing politik?
Ini salah satu produk dan damÂpak reformasi dengan segala keÂterbukaannya, sehingga maÂsyaÂraÂkat merasa mempunyai hak untuk berbicara dan mengkritik. Di samÂping itu, gonÂjang-ganjing politik selama ini dapat dimakÂlumi karena Pemilu 2014 sudah semakin dekat. MakaÂnya, sekecil apa pun permaÂsalahan akan seÂnantiasa dijadikan panggung oleh kelompok elite politik untuk menÂÂcapai tujuan dan kepenÂtiÂnganÂnya, terutama dalam mengÂhadapi pemilu menÂdatang. [rm]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02
Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30
Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19
Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00
Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50
Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07
Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01
Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45
Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05
Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02