Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie
RMOL.Pemerintah dan DPR didesak segera menyelesaikan RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Soalnya, berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), RUU itu sudah diundangkan dalam waktu lima tahun.
“Saya berharap bulan Mei ini sudah selesai,†ujar Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, di sela-sela pelantikan Gerakan Muda Musyawarah KekeluarÂgaan dan Gotong Royong (Gema MKGR) di Jakarta, pekan lalu.
Ical – panggilan akrab–AbuÂrizal Bakrie mengakui ada perÂdebatan dan perbedaan antara pemerintah dengan DPR terkait pembahasan tersebut.
“Kita menginginkan negara keÂsejahteraan, tidak boleh sebaÂgai negara transisi. Saatnya IndoÂneÂsia menjadi maju,†tegas beÂkas Menteri Koordinator KeÂsejahÂteÂraan Rakyat ini.
Berikut kutipan selengkapnya:
Pembahasaan RUU BPJS hanya tersisa satu masa sidang, apakah pemerintah dan DPR mampu menyelesaikannya?
Ya harus diselesaikan, kan masih ada waktu. Itu merupakan amanat undang-undang.
Kalau tidak selesai bagaiÂmana, apakah Golkar menduÂkung wacana pengajuan hak inÂterpelasi yang diusung PDIP?
Kan masih ada waktu. Jadi, seÂlesaikan saja dulu.
Saat ini, ada perbedaan panÂdangan antara pemerintah dan DPR tentang kelembagaan BPJS, bagaimana tanggapan Anda?
Mengenai kelembagaan, ada beberapa opsi. Tegantung kita mau ikut cara mana. Mau ikut contiÂnental seperti Jerman atau sistem federal seperti Amerika Serikat.
Kalau mengikuti sistem fedeÂral, maka lembaga itu menjadi banyak. Sementara, kalau meÂmilih sistem continental, badan penyelenggaran jaminan sosial menjadi satu lembaga.
Di Indonesia mana yang terÂbaik?
Sebagai negara kesatuan, IndoÂÂnesia harus mencari jalan terbaik. Mengenai kelembagaan, saya mengusulkan, ada sebuah holÂding company dan lainnya otoÂnom.
Bagaimana dengan lembaga jaminan sosial yang sudah ada seÂperti Jamsostek?
Selama ini kan keuntungan yang diperoleh Jamsostek dikemÂbalikan kepada peserta. Tidak ada anggaran yang diberikan kepada pemerintah.
O ya, saat ini gerakan NII munÂÂcul lagi, bagaimana tanggaÂpan Anda?
Jika ada gerakan NII yang berÂkeÂhendak mendirikan negara di dalam negara, itu harus ditolak. IndoÂnesia adalah negara kesaÂtuan, itu sudah final. Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika adalah ideologi yang harus dipertahankan
Indonesia mengalami degraÂdasi nasionalisme dan rawan diÂsusupi faham-faham yang berÂtenÂtangan dengan Pancasila karena pendidikan Pancasila diÂhapus di sekolah?
Saya juga mempertanyakan kenapa pendidikan Pancasila kok dihilangkan di sekolah. Padahal, Pendidikan Pancasila adalah saÂlah satu metode menanamkan nilai-nilai nasionalisme, sekaliÂgus mencegah tersebarnya dokÂtrin separatisme dan radikalisme.
Makanya saya sempat memÂperÂtanyakan langsung alasan hiÂlangnya pendidikan dasar negara itu kepada wakil Partai Golkar di DPR yang duduk di komisi penÂdidikan, Pak Rully (Rully Chairul Azwar, Wakil Ketua Komisi X).
Pak Rully mengatakan, pendiÂdikan Pancasila tetap ada, naÂmun menjadi bagian dari pendidikan Kewarganegaraan. Lalu saya meÂÂnegaskan, Pendidikan PanÂcasila seharusnya tetap ada seÂbaÂgai kurikulum wajib. PendidiÂkan PanÂcasila tidak bisa dikerdilÂkan di satu bagian. Pancasila adaÂlah jati diri bangsa. Pancasila dirumusÂkan oleh para pendiri bangsa meÂlalui pemikiran yang mendalam. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04