Berita

Agus Gumiwang Kartasasmita

Wawancara

WAWANCARA

Agus Gumiwang Kartasasmita: Kemerdekaan Palestina Nggak Bisa Ditahan Lagi

JUMAT, 06 MEI 2011 | 05:13 WIB

RMOL. Setelah konflik internal selama bertahun-tahun, akhirnya Fatah dan Hamas berdamai, Rabu (4/5). Mesir, sebagai mediator, menyatakan perjanjian rekonsiliasi antara dua partai di Palestina itu berhasil disepakati di markas intelijen Mesir di Kairo. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, kesepakatan itu dilakukan guna kepentingan rakyat Palestina.
 
“Tidak ada lagi perbedan antara Hamas dan Fatah. Semuanya demi Palestina bersama,” kata Abbas yang juga memastikan, pakta ini juga mengatur pemben­tukan pemerintah sementara ber­sama jelang pemilihan umum nasional tahun depan.

Di Indonesia, DPR menyambut positif perdamaian Hamas dan Fatah. Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang Karta­sas­mita mengaku terharu, sukacita tapi khawatir. Kenapa demikian? Berikut wawancara Rakyat Mer­deka dengan ketua DPP Partai Golkar itu di Jakarta, kemarin.


Kenapa Anda menyambut per­damaian Fatah dan Hamas dengan terharu, sukacita plus khawatir?
Sebetulnya saya sudah men­dengar lama tentang perdamaian Hamas dan Fatah, tapi begitu saya dengar dari CNN, kemudian saya double check ke Al Jazira, saya terharu, lega. Karena dua ke­kuatan di Palestina yang se­lama ini bersebe­ra­ngan bisa duduk ber­­sama dan sudah me­nan­datangani satu kesepakatan. Saya nggak berpikir pro­ses­nya secepat ini. Ini sangat cepat.

Kenapa harus kha­watir?
Perdamaian ini me­rupakan satu tan­tangan yang lebih besar lagi. Saya kha­watir kalau kemu­dian di tengah jalan mereka pecah kem­bali. Ini akan menjadi sulit. Jadi, selain sukacita dan lega, di satu sisi ada rasa kekhawatiran kalau upaya kembali memecah belah kedua belah pihak ini ber­hasil. Karena kalau kedua ke­kuatan ini pecah kembali, maka akan lebih sulit untuk men­du­dukkan me­reka kembali.

Memangnya Anda melihat bakal ada upaya pihak-pihak lain yang akan terus memecah belah Hamas dan Fatah?
Perdamaian Hamas dan Fatah adalah sejarah yang luar biasa besar. Perdamaian ini harus di­kawal dan dijaga, karena saya kira, banyak juga beberapa pihak yang berkepentingan agar rekon­siliasi ini tidak terjadi. Seperti Israel, yang secara terbuka me­nga­takan, apabila Hamas dan Fatah rekonsiliasi, maka perun­dingan Palestina dan Israel tidak akan terjadi. Itu kan satu pernya­taan dangkal. Israel itu betul-betul subjektif, hanya memen­tingkan kepentingan dia sendiri tanpa berpikir terciptanya perda­maian di seluruh kawasan. Me­reka nggak pernah berpikir kalau kawasan ini damai, mereka bisa ikut damai dan hidup tentram.

Selain Israel, apa ada kelom­pok lain yang bisa mengganggu rekonsiliasi?
Alhamdulilah, Hamas dan Fatah termasuk faksi terbesar di Palestina, tapi ada faksi-faksi ke­cil yang bisa mengganggu. Faksi-faksi kecil ini berjuangnya de­ngan keke­ra­san, militan dan eks­trem. Ini yang harus dijaga juga. Sebe­tulnya, asal negara-negara lain Timur Tengah tidak berupaya menggagalkan upaya rekonsiliasi ini, saya yakin peme­rintah se­men­tara Mesir bisa mengantar­kan dan memfasilitasi perda­maian Hamas dan Fatah yang se­benar-benarnya. Apalagi, mo­men­tumnya banyak sekali. Ka­rena sekarang ini, negara-negara di Timur Tengah yang selama ini cen­derung dikontrol Amerika Seri-kat dan cenderung berke­pentingan agar Hamas dan Fatah tidak menjadi satu, sedang meng­hadapi persoalan internal sendiri yang lebih penting.

Menurut Anda, apa yang men­dorong ter­jadinya rekon­si­­liasi Hamas dan Fatah?
Saya melihat, re­volusi yang ter­jadi di Timur Tengah pada gili­rannya membawa hikmah yang luar biasa akan per­jua­ngan sau­dara-sau­dara kita di Pa­les­tina. Demo besar-besaran di Tunisia, Mesir, kemu­dian di daerah lain di Timur Tengah, juga terjadi demo besar-besaran di Palestina. Demo yang dilakukan masyarakat Pales­tina tuntutannya satu agar dua ke­lom­pok (Hamas dan Fatah) ber­satu, rekonsiliasi.

Mesir paling berperan dalam upaya rekonsiliasi ini...
Rekonsiliasi ini harus ada yang fasilitasi, pertemuan antara kedua pimpinan Palestina tidak akan mungkin pernah terjadi di tengah rezim yang mempunyai tendensi di bawah kendali Amerika Serikat dan sekutunya. Kita bangga ka­rena Mesir telah membuka jalan rekonsiliasi dengan mengundang kedua pimpinan Hamas dan Fatah untuk bertemu di Kairo. Selain harus berterima kasih ke Mesir, rakyat Palestina harus bertemia kasih ke Tunisia dan mereka-mereka yang telah mem­perjuangkan perdamaian ini. Ini sebuah tren terjadinya demokrasi di Timur Tengah.

Dengan difasilitasi Mesir, apa­kah punya dampak politik secara internasional?
Mesir itu icon, dia bisa kita jadikan sebuah barometer dari keberadaan negara-negara lain di middle east. Dia punya market yang kuat, populasi yang cukup besar, militer kuat, juga punya pengaruh politik yang kuat, bu­kan karena Mubarok-nya, tapi memang Mesir sebagai negara juga kuat.

Apakah rekonsiliasi ini akan berdampak bagi kemerdekaan Palestina?
Rekonsiliasi Fatah dan Hamas saya percaya bisa membawa ke­merdekaan yang sesungguhnya bagi Palestina. Cita-cita kemer­dekaan Palestina yang se­sung­guh­nya tak bisa dihalang-halangi. Nggak bisa ditahan-tahan lagi.

Yang Anda ketahui, apa yang sedang dilakukan pemerintah Palestina untuk mewujudkan ke­merdekaannya ini?
Palestina sekarang sudah meng­ubah strategi berjuangan­nya secara internasional. Saya kira strategi itu sangat baik, ka­rena yang mereka lakukan eks­pansip, lebih agresif, langsung melobi negara-negara yang ada di PBB agar pengakuan kemerde­kaan Palestina itu bisa cepat. Konsep kemerdekaannya sendiri atas konsep sendiri, bukan kon­sep atas dasar kesekapatan antara Palestina dan Israel.

Strategi yang diambil Palestina itu bisa lebih berhasil apabila dua kekuatan (Hamas dan Fatah) itu bisa bersatu. Sehingga tidak akan ada lagi pandangan yang terpecah bagi negara-negara yang meng­inginkan kemerdekaan Palestina. Seperti Indonesia, dari awal selalu konsisten. Dengan mereka bersatu, kita sekarang enak, kita bisa lakukan upaya bantuan dan asistensi untuk rakyat Palestina dengan satu pintu.

Apa yang harus dilakukan pemerintah RI?
Waktu kita (Komisi I DPR) ke Palestina, saya ketemu dua belah pihak, dengan Hamas saya ke­temu Ismail Haniah, dengan Fatah ketemu ketua DPR-nya. Kita sam­paikan ke mereka, kita punya satu political will untuk mem­bantu, kita ulurkan tangan, bahkan kita bisa menjadi fasilita­tor untuk duduk saja, tidak bicara substance, silaturahmi. Tapi itu tak perlu ter­jadi di Indonesia, karena sudah dilakukan Mesir. Saat ini, kita bisa beri asistensi terhadap konsep re­konsiliasi, kita beri asistensi bukan berati kita ingin jadi pahlawan ke­siangan. Kita harus hormati peran Mesir. Mesir punya kepu­tu­san politik yang tepat untuk men­du­dukkan kedua kelompok ini.

Lalu dengan apa?
Kita menjaganya dengan cara lain, kita beri masukan ke peme­rintah Mesir bagaimana caranya memenetrasi dua kekuatan yang selama ini berbeda pandangan, bagaimana merumuskan satu ke­sepakatan-kesepakatan per­da­maian. Kita punya banyak peace negosiator, kita bisa bantu peme­rintah Mesir untuk melaku­kan itu.  [RM]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya