TEWASNYA Osama bin Laden memang tidak sertamerta bisa secara otomatis menumpas gerakan teroris seluruh dunia, apalagi di Indonesia. Di Indonesia, bahaya Osama bukan terletak pada kematiannya, namun bahaya Osama ada pada kekhawatiran bahwa pemerintah akan meniru gaya Amerika dalam memelihara dan memusnahkan Osama.
Kita mesti mempelajari sejarah Amerika yang memang hobi perang. Amerika pernah membiayai Osama Cs bersama pasukan Mujahidin seluruh dunia termasuk Mujahidin dari Indonesia untuk perang melawan Uni Soviet di Afganistan. Namun, Amerika kemudian menjadikan Osama Cs sebagai teroris ketika tidak membutuhkannya.
Bahkan, kemudian memusnahkan Osama di saat presiden Amerika Obama sedang giat-giatnya Kampanye Pemilu untuk perebutan kursi kekuasaan periode kedua. Pembunuhan Osama pun, sangat kental misi politisnya. Bahkan, pembunuhan Osama setahun menjelang pemilu, bisa saja memang dimaksudkan untuk itu.
Indonesia yang memiliki daftar teroris cukup banyak, sangat berpotensi meniru
gaya Amerika itu. Ketika kerusuhan Poso, pemerintah membiarkan para Mujahidin bertempur di sana. Para Mujahidin yang rata-rata berasal dari legiun veteran perang Afganistan ini, dibiarkan terlibat dalam konflik Poso dan Ambon, Maluku. Disisi lain pemerintah tak melakukan pencegahan.
Ketika sudah tidak lagi membutuhkan, pemerintah menjadikan veteran perang Poso dan Ambon menjadi target perburuan teroris. Sudah puluhan yang sukses dimusnahkan dengan berbagai alasan, dan masih ribuan yang menunggu giliran untuk dijadikan tumbal pemberantasan teroris.
Pemimpin Jamaah Anshorut Tauhid, Abu Bakar Baasyir misalnya. Ustad Abu bahkan sudah berulang kali keluar masuk penjara, dan kini sedang dalam masa sidang dengan berbagai barang bukti yang janggal. Satu persatu mujahidin Poso dan Ambon, Maluku, kini mulai dihabisi, persis cara gaya Amerika. Mungkin Abu Bakar Baasyir akan dijadikan ikon teroris Indonesia, seperti halnya Osama bagi Amerika. Pada waktunya nanti, Abu Bakar Baasyir akan dimusnahkan dengan berbagai dalih. Upaya ini sudah terlihat secara sistematis, sejak video latihan perang di Aceh terungkap.
Sejak itu, Abu Bakar Baasyir sudah mulai ditarget untuk dihabisi. Terbukti, dalam
sebuah penyergapan yang amat didramatisir, Abu Bakar Baasyir dipaksa untuk ditahan.
Saya yakin, ada niat dari pemerintah untuk menjadikan Baasyir sebagai Osamanya
Indonesia. Sayangnya, pemerintah masih kesulitan mencari bukti nyata keterlibatannya. Meski berbagai cara sudah dilakukan untuk menyudutkan Baasyir.
Beberapa teroris yang dikabarkan sudah tewas di Indonesia diantaranya Dr. Azahari, Nurdin M. Top, Dulmatin, dan lain-lain, ternyata masih belum berhasil menarik perhatian segenap bangsa Indonesia untuk bergotong royong memerangi teror sebagai musush bersama. Bahkan, isu NII dan maraknya isu bom akhir-akhir ini, masih belum mempengaruhi secara luas masyarakat. Kematian demi kematian para teroris, masih belum berhasil menggugah seluruh masyarakat untuk memerangi teror secara aktif.
Saya meyakini, pemerintah kini sedang membidik Abu Bakar Baasyir sebagai gong
akhir kampanye anti teror. Aksi Amerika terhadap Osama, bisa menginspirasi pemerintah kita untuk melakukannya terhadap kematian Abu Bakar Baasyir secara dramatis, agar segera mengakhiri isu bom dan segala macam fitnah teror. Apa yang dilakukan pemerintah selama Ini memang sudah benar-benar mirip dengan gaya Amerika dalam memerangi teror.
Indikasi ke arah sana sudah sangat nyata, dan seandainya benar Abu Bakar Baasyir akan dihabisi secara dramatis, nantinya, maka pemerintah akan mencari momen terbaik untuk melaksanakan niat tersebut, agar pesan yang disampaikan, sampai ke masyarakat dengan tepat.
Tak menutup kemungkinan, upaya menumpas habis teroris melalui upaya penyelesaian hidup Abu Bakar Baasyir, dilakukan untuk kepentingan penguasa menjelang 2014, karena dengan demikian, akan tercapai kesan bahwa pemerintah sukses mengakhiri masa jabatan dengan
happy ending dan tanpa cacat. Salah satu indikatornya menumpas upaya makar mulai dari NII hingga Jamaah Islamiyah. Mulai Nurdin M. Top hingga Abu Bakar Baasyir. Karena jika terorisme terus terjadi akan semakin mendukung pergantian rezim.
Teori bahwa pemerintah tak mungkin membiarkan negara terjerumus pada konflik, tidak terjadi. Karena konflik diciptakan untuk dimusnahkan. Semua demi mencapai tujuan politik. Semoga itu tidak terjadi. Indonesia jangan meniru Amerika. Tetapi apa mereka mau?
Mustofa B. NahrawardayaKoordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Pengurus Majelis Pustaka &
Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, dan Staf Ahli DPR RI.