Berita

Adhie M Massardi

Ketika Presiden Diguncang Stroke

Oleh Adhie M. Massardi
RABU, 27 APRIL 2011 | 11:20 WIB

BERBAHAGIALAH rakyat di suatu negara apabila pemimpinnya mengalami stroke. Sebab stroke atau strok, adalah suatu kondisi terganggunya pasokan darah ke otak. Intinya otak yang bekerja terlalu keras, perlu pasokan darah yang juga deras.

Jadi bila pemimpin mengalami strok, ada dua hal yang harus disyukuri. Pertama, terbukti sang pemimpin punya otak. Kedua, otaknya dipakai bekerja (keras) untuk memikirkan persoalan rakyatnya. Otak yang sama juga dipakai buat mencari solusi penderitaan panjang rakyatnya.

Mayoritas rakyat Indonesia tampaknya memahami logika ini. Makanya, ketika pekan lalu ada kabar Presiden strok, dengan suka-cita dan suka-rela, berita ini diteruskan para pemilik alat komunikasi elektronik dengan berbagai versinya (SMS, BBM, Twitter, FB, dll) ke semua teman dan handai taulan.

Tapi di tengah santernya arus berita Presiden strok, dari Istana muncul pernyataan: "Itu SMS hoax dan sebaiknya hindari penyebaran informasi yang bisa membuat gaduh," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief. Sedang jubir Presiden Julian Aldrin Pasha dengan tegas membantah Presiden terserang stroke. "Tidak benar," katanya.

Yang tidak nyaman dengan bantahan ini, tentu saja, kaum Nahdliyin, yang memiliki kebanggaan karena pemimpin besarnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pernah mengalami strok dua kali, sebelum jadi Presiden RI. Bahkan setelah lengser, sempat mengalami strok ringan beberapa kali.

Kita tahu, di zaman Orde Baru, Gus Dur memang termasuk salah seorang intelektual yang memilih jalan oposisi terhadap rezim Soeharto, dan tak pernah berhenti memikirkan nasib dan masa depan bangsanya. Sekarang, setelah beliau wafat, banyak orang, khususnya di kalangan Nahdliyin, mengakui Gus Dur adalah pemikir besar.

Jadi Presiden Yudhoyono tidak strok to…?

Beruntung, di tengah simpang-siurnya kabar Presiden strok, beberapa hari kemudian yang bersangkutan muncul di hadapan wartawan. Memang ada keterangan lisan yang mengatakan, “Alhamdulillah saya sehat…” Lalu Presiden menceritakan rangkaian kegiatan yang dilakukannya selama kabar strok itu beredar.

Namun dari penampilannya yang tampak kurus dan pucat itu, kita tahu, Presiden sedang tidak sehat. Ada yang kemudian yakin kabar strok itu. Tapi soal penyakit, hanya yang bersangkutan dan dokternya yang tahu persis.

Kita hanya bisa menerka presiden pastinya sedang banyak pikiran. Tepatnya, banyak yang dipikirkan oleh presiden. Misalnya, kenyataan betapa sejak pertama kali menjabat (2004-2009) hingga periode terakhir, belum juga memberikan hasil yang bisa diingat rakyat, kecuali sejumlah kegagalan dan kebohongannya.

Di sisi lain, perlawanan terhadap kekuasaanya semakin masif. Bukan saja dari para aktivis pergerakan dan mahasiswa, tapi juga dari lingkaran dalam. Kejaksaan Agung sudah membuka tabir Istana menghambat proses pemberantasan korupsi.

KPK bahkan sudah menangkap sekretaris Menegpora saat menerima suap dari pemenang tender. Padahal Andi Malarangeng selain menteri, juga sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat pimpinan Yudhoyono.

Sedangkan Komisi Yudisial terus menyelidiki para hakim yang mengadili Antasari Azhar, untuk membongkar kemungkinan rekayasa kasus guna menghentikan penyelidikan skandal besar yang diduga melibatkan pusat kekuasaan yang sedang dilakukan KPK pimpinan Antasari.

Jadi memang berat persoalan yang dihadapi Yudhoyono. Belum lagi “serangan udara” dari luar negeri (WikiLeaks, dll) yang mengikis kredibilitasnya.

Padahal bila terjadi sesuatu, siapa mau membela? Sebab Yudhoyono tak punya basis sosial sebagaimana presiden sebelumnya: Soekarno (nasionalis), Soeharto (loyalis orba), Habibie (intelektual Muslim), Gus Dur (Nahdliyin) dan Megawati (nasionalis). [***]

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya