RMOL. Kondisi di Timur Tengah yang saat ini sedang bergolak karena aksi protes atas sistem monarki, diyakini akan terus berproses dan merembet. Dimulai di Tunisia, kemudian Mesir, dan kini paling jadi sorotan terjadi di Libya.
Menurut Alwi Shihab, UtuÂsan khusus Presiden SBY untuk Timur Tengah meyakini, kondisi di Timur Tengah saat ini percis seperti kondisi Indonesia di tahun 1997/1998. Isunya sama: ingin perubahan. Kendati demikian, Alwi memastikan, sangat tidak relevan jika upaya penggulingan presiden di Timur Tengah layak dipraktekkan di Tanah Air.
“Indonesia saat ini sudah demokratis, ini bisa dilihat dari fungsi kontrol dari parlemen kepada pemerintah, check and balance bisa berjalan dengan baik, kebebasan pers, kebebasan berekspresi, orang tidak dikekang mengungkapkan pandangannya, serta tidak ada intimidasi terhaÂdap masyarakat,†kata Alwi saat ditemui Rakyat Merdeka, di kantornya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Jumat (11/3).
Alwi yang menjadi MenkoÂkesra pada Kabinet Indonesia Bersatu I mengungkapkan, deÂmoÂkratisasi yang sedang berjalan di Indonesia hanya perlu diimÂbangi dengan penegakkan huÂkum, agar pembangunan ekoÂnomi tidak terganggu tindakan-tindakan yang tidak diinginkan masyarakat.
Selain bicara soal demokraÂtisasi, Alwi juga bicara soal prosÂpek investasi Timur Tengah di Indonesia, dan dampaknya dari pergolakan politik di Timur Tengah.
Berikut petikan wawanÂcara selengkapnya:Apakah gejolak politik di TiÂmur Tengah mengganggu iklim investasi di sana?Tentu mengganggu, ada bebeÂrapa pengusaha yang ingin meng-investasikan modalnya di bebeÂrapa negara di Timur Tengah, namun karena kondisi saat ini yang belum stabil, maka rencana itu harus ditunda. Para investor masih menunggu kondisi di sana kondusif seperti sedia kala.
Selain itu?Di sektor tenaga kerja, ribuan tenaga kerja harus dipulangkan ke negara asal karena kondisi di Timur Tengah belum stabil. Di Libya misalnya, tenaga kerja asing terpaksa pulang semua karena kondisi keamanan belum kondusif. Di Libya, ada sekitar 30 ribu tenaga kerja Philipina harus dipulangkan.
Dampaknya di bidang politik bagaimana?Bidang politik pun terkena imbasnya juga, misalnya KTT OKI yang direncanakan akan diadakan di Mesir, terpaksa ditunda.
Bagaimana dampaknya bagi Indonesia sendiri?Kenaikan harga minyak yang melonjak tajam, berdampak pada Indonesia. Namun kondisi itu tidak hanya dirasakan IndoÂnesia tetapi seluruh negara yang bergantung pada minyak di Timur Tengah.
Kalau minyak naik, berÂarti....Begitu ada kenaikan harga minyak, maka subsidi pemerintah untuk minyak akan meningkat. Karena minyak kita masih harus disubsidi dan subsidi tersebut tentu mengganggu anggaran negara, yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan kalau harga minyak stabil.
Apakah investasi dari Timur Tengah ke Indonesia ikut terÂganggu juga?Beberapa perusahaan Timur Tengah yang sudah merintis usaha kerja sama di Indonesia terpaksa menunda pelaksanaanÂnya akibat perkembangan politik yang sedang terjadi di negara mereka. Namun negara-negara yang tidak mengalami gejolak politik, tetap akan meneruskan investasinya di Indonesia.
Seberapa penting stabilitas politik dan keamanan bagi maÂsuknya para investor?Sangat penting, karena sebaÂgaiÂmana yang pernah diungkapÂkan oleh petinggi Arab, penguÂsaha dan pemodal itu penakut. Artinya, kalau pengusaha atau investor mendengar ribut-ribut dan instabilitas di suatu kawasan, mereka pasti mengurungkan renÂcananya untuk investasi. Mereka hanya mau datang ke negara yang
adem ayem, kondusif dan berÂsahabat serta kepastian baik dalam bidang hukum maupun administrasi.
Apakah investor Timur TeÂngah mengeluh soal birokrasi dan perizinan di Indonesia?Stabilitas dan iklim investasi Indonesia bagi mereka cukup baik. Namun, saya tidak dapat mengatakan semuanya selalu mulus, ada beberapa kendala inÂvestasi, khususnya menyangkut birokrasi di daerah. Satu contoh yang nyata, seorang investor Timur Tengah yang berminat menjalin kerja sama dengan piÂhak Indonesia di bidang pertamÂbangan, setelah diyakini semua izinnya ok, namun tiba-tiba terÂbit pencabutan izin dari pemeÂrintah daerah. Hal ini memÂbuat investor tersebut heran dan ragu. Kejadian semacam ini pasti merugikan image pemerintah yang sungguh-sungguh berupaya mengundang investasi dari luar.
Apakah pemerintah pusat sudah memperbaiki keluhan para investor Timur Tengah terÂsebut?Saya kira pemerintah pusat berkomitmen memperbaiki hal-hal semacam ini, birokrat dari pemerintah daerah yang nakal sudah banyak yang ditangani Kejaksaan dan KPK. Hal ini meruÂpakan kunci agar kita dapat mengajak investor datang ke IndoÂnesia, dan menyakinkan mereka, hukum di atas segalaÂnya. Artinya, kita meyakinkan mereka agar tidak perlu khawatir mengeÂnai kepastian hukum di negeri ini.
Sebagai bekas menteri SBY dan pernah jadi korban reÂshuffle, Anda punya komentar terÂkait wacana reshuffle yang saat ini menghangat?Itu hak prerogratif presiden dan pertimbangannya bisa dari berbagai macam aspek. Bisa dari kinerja, bisa dari stabilitas politik dan bisa dari hal-hal lain yang hanya presiden yang mengeÂtahuinya.
Pertimbangan itu seperti apa?Bisa macam-macam, bila seÂorang menteri angkanya enam tapi presiden ingin pencapaian menterinya di angka sembilan, berarti menteri tersebut dapat diganti. Namun, apabila Presiden menganggap menteri tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, maka sangat mungkin Presiden mempertahankannya.
Bagaimana pencapaian kiÂnerja pemerintahan saat ini?Tidak ada suatu pemerintahan yang 100% mulus, pasti ada keÂkurangan, pasti ada harapan yang tidak terpenuhi. Jadi bila pemeÂrintahan baru berjalan 1,5 tahun, tidak bijak kalau seseorang meÂnilai pemerintahan tidak berÂhasil. Kita harus melihat hal positif yang sudah dilakukan pemerintah. Misalnya, pertumÂbuhan ekonomi kita di atas 6 persen, lalu Indonesia juga terÂmasuk dalam kelompok ekonomi kuat, G-20.
Capaian apa yang sudah diÂlakukan oleh pemerintah saat ini?Capaian pemerintah yang paling berhasil adalah stabilitas politik dan ketahanan sektor ekoÂnomi. Kebanyakan orang mengÂangap stabilitas tersebut bukanlah hal yang sangat penÂting, padahal pemerintahan yang sukses adalah pemerintahan yang stabil. DeÂngan pondasi stabilitas, kita dapat berpikir maju ke depan untuk meÂningkatkan daya saing, produkÂtifitas dan kreatifitas yang pada gilirannya akan meningÂkatkan ekonomi kita dan kesejahÂteraan bangsa.
[RM]