RMOL. Sekretaris Dewan Kehormatan DPP Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, meminta mitra koalisi dan masyarakat bersabar menunggu keputusan Presiden SBY tentang reshuffle kabinet dan penataan koalisi.
“Reshuffle kabinet merupaÂkan keputusan besar. Jadi, harus dilakukan berdasarkan pertimÂbangan yang matang. Makanya perlu bersabar sedikit lagi,’’ ujarÂnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
“Perombakan itu adalah cataÂtan sejarah. Jadi, kita harus meÂmahami kalau keputusan ini tidak dapat diambil secepat yang diÂharapÂkan publik. Tindakan cerÂmat dan hati-hati sangat diperluÂkan dalam mengambil keputusan ini,†tambahnya.
Menurut bekas Sekretaris JenÂderal DPP Partai Demokrat itu, Presiden dan Partai DemoÂkrat sangat memahami ketidakÂnyamaÂnan yang terjadi di antara mitra koalisi pendukung pemeÂrintah. Namun, pertimpangan maÂsalah politik dan stabilitas, buÂkanlah satu-satunya alasan untuk melaÂkuÂkan perombakan kabinet.
“Yang mendorong segera diÂlakuÂkan reshuffle mungkin oleh ketidaknyamanan dan keterlibaÂtan emosional. Tapi, Presiden mungkin memiliki pertimÂbaÂngan berbeda, karena beliau yang akan memimpin jalannya roda pemeÂrintahan,†papar anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa masalah kehati-hatian saja alasannya, sehingga sampai sekarang belum dilakukan reÂshuffle kabinet?Ini merupakan persoalan seÂrius. Jadi, dorongan atau desakan agar reshuffle segera dilakukan, saya kira tidak perlu ditanggapi. Yang paling tahu kapan dan secepat apa reshuffle dilakukan, ya Presiden SBY.
Apa Presiden ragu?Presiden nggak ragu, tapi perlu hati-hati seperti yang saya bilang tadi. Ini masalah besar, sehingga perlu pertimbangan. Tidak bisa buru-buru.
Keputusan untuk melakukan reshuffle, bukanlah suatu yang pragmatis. Kalau pun terjadi reÂshuffle, tidak semata-mata karena posisi koalisi. Pertimbangan kinerja dan kapasitas juga menÂjadi parameter yang akan diguÂnakan Presiden.
Apakah sudah ada kepastian tentang masuknya Partai GeÂrinÂÂdra untuk memperkuat koaÂlisi? Saya tidak tahu pasti tentang hal itu. Namun, kalau hal tersebut benar-benar terjadi, saya rasa itu merupakan sesuatu yang positif dan akan memperkuat kinierja pemerintah dalam menjalankan program-program pro rakyat.
Dengan masuknya Gerindra, apakah akan mengurangi porsi kursi menteri dari mitra koalisi yang ada?Itu merupakan hak prerogatif Presiden. Saya tidak dapat berbiÂcara dan mengomentari hal terÂsebut. Namun, jika hal tersebut terjadi, kami berharap partai-partai koalisi menghormati kepuÂtusan tersebut, seperti apa yang mereka katakan selama ini. Kami berharap mereka satu kata dan perbuatan, jika kursi menterinya dikurangi. Jangan hanya retorika.
Bagaimana, jika ada mitra koalisi yang tidak puas atas keÂputusan pengurangan kursi terÂsebut?Setelah keputusan itu, kita akan melihat sejauhmana loyalitas mereka. Kalau mereka masih ingin bergabung dalam koalisi, meÂreka harus bersedia ditata ulang oleh si pemilik hak preroÂgatif. Namun, kalau sudah merasa tidak nyaman, ya silakan mengÂambil posisi yang lebih jelas.
Maksudnya?Ya, tentu tidak bergabung daÂlam koalisi. Apalagi kalau selama bergabung sering berbeda panÂdangan dengan Partai Demokrat di DPR. Masa 3,5 tahun ke depan kondisinya masih seperti ini terus. Ini cukup melelahkan.
Apakah dengan keluarnya parÂpol yang sering berbeda panÂdangan itu ada jaminan siÂtuasi politik akan berjalan lebih stabil?
Tidak ada yang mampu menÂjamin hal tersebut. Yang pasti, kami berharap, tidak ada lagi orang yang mengaku berkoalisi tapi sikap dan tindakannya meÂlebihi pihak yang beroposisi.
Setelah kondisi politik stabil, apakah Anda yakin pemerintah bias menjalankan program pro rakyat?Ya, sebenarnya sekarang pun pemerintah tetap menjalankan program yang pro rakyat. Apalagi kalau kondisi politik sudah stabil, artinya koalisi itu benar-benar mendukung pemerintah, tentu tinggal menjalankan dan mewuÂjudÂkan program-program pro rakyat.
Kalau program-program terseÂbut dihambat oleh oposisi atau mitra koalisi yang memberikan dukungannya tidak tulus, maka hal tersebut akan dinilai langsung oleh rakyat.
Rakyat yang akan menilai dan menjadi hakim pada Pemilu 2014 nanti. Kalau mereka berada daÂlam koalisi tapi tidak loyal, biar rakyat saja yang menilai. Kalau mereka tetap tidak loyal juga, mungÂkin saja ada reshuffle atau penataan ulang lagi.
[RM]