RMOL. Beredar kabar bahwa Partai PDI Perjuangan mendapat tawaran dari Presiden SBY untuk mengisi tiga kursi di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
Isu ini makin panas setelah PreÂsiden mengantongi empat menÂteri yang mendapat rapor merah. Penilaian tersebut berdasarkan hasil evaluasi kerja para kabinet yang dilakukan Unit Kerja PreÂsiÂden bidang Pengawasan dan PeÂngendalian Pembangunan (UKP4) yang dikomandani KunÂtoro MangÂkusubroto.
Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengakui kalau partaiÂnya pernah mendapat tawaran untuk masuk barisan koalisi. SeÂbagai imbalannya, kader banteng akan mendapat tiga kursi menteri.
“Soal ditawari mungkin ada ya. Namanya sesama partai politik kan pasti ada komunikasi politik lewat siapapun baik warning meÂlalui opini media dan berbagai komunikasi lainnya,†kata Tjahjo Kumolo kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta kemarin.
Tjahjo meminta agar Presiden SBY tidak lagi menunda-nunda reshuffle kabinet. Dengan demiÂkian keputusan politik pemerinÂtah yang harusnya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat cepat terwujud. “Tapi PDI Perjuangan tidak pada posisi berjuang untuk berusaha masuk kabinet,†kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
PDIP ditawari 3 kursi menteri untuk masuk barisan koalisi, baÂgaiÂmana sikap PDI PerjuaÂngan?PDI Perjuangan hanya tertarik bahwa Presiden harus segera meÂlakukan reshuffle kabinet. DeÂngan demikian keputusan politik pemerintah yang harusnya beroÂrienÂtasi pada peningkatan keseÂjahteraan rakyat cepat terwujud. Ini yang selalu PDI Perjuangan perÂjuangan dalam rangka peningÂkatan kesejahteraan rakyat. PDI Perjuangan tidak pada posisi berjuang untuk berusaha masuk kabinet. Kita di luar kekuasaan saja sebagaimana amanat keputuÂsan Kongres III PDI Perjuangan di Bali yang lalu.
Bagaimana PDI Perjuangan menyikapi desas-desus akan masuk koalisi jangka pendek?
Soal sinyalemen dan berbagai isu bahwa PDI Perjuangan akan koalisi jangka pendek dengan partai pendukung pemerintah kan sudah dijawab Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati SoekarnoÂputri dalam pidato umum Hari Ulang Tahun partai 10 Januari lalu, dan ditambah sikap keputuÂsan Kongres III Bali.
Menurut Mubarok, satu2nya alasan mengapa PDIP belum bisa berkoalisi dengan DemoÂkrat karena belum ada restu Mega, tanggapan Anda?Isu yang berkembang melalui statement Pak Mubarok sah-sah saja. Namanya juga politik. NaÂmun keputusan tidak bergabung daÂlam partai adalah keputusan partai, bukan karena faktor Ibu Megawati. Ibu Mega terpilih seÂbagai Ketua Umum dalam kongÂres dan Ibu Mega selalu konsisten melaksanakan amanat kongres. Jadi Pak Mubarok kalau pernyaÂtaannya begitu karena beliau tiÂdak paham proses pengambilan kepuÂtusan di internal partai kami saja.
Jadi kami tegaskan soal tidak mau menerima ajakan bergabung dalam koalisi atau masuk kabinet bukan tergantung pada keputusan pribadi Ibu Megawati tapi ini suÂdah merupakan keputusan orgaÂnisasi, keputusan partai sebagaiÂmana amanat kongres yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh partai.
Bukankah PDI Perjuangan – Partai Demokrat intens melakuÂkan komunikasi politik?Soal sesama parpol membaÂngun komunikasi politik ya wajar saja. Namanya politik kan harus membangun komunikasi dalam berbagai aspek.
Atas tawaran kursi kabinet itu bagaimana Anda menyikaÂpinya?PDI Perjuangan berterima kaÂsih kalau ada tokoh-tokoh di seÂkeÂliling Presiden SBY yang meÂnawarkan posisi kabinet pada PDI Perjuangan. Tapi maaf, PDI Perjuangan masih memegang amanat keputusan politik kongres partai kami yang harus berada di luar pemerintahan. Koalisi ke ÂkuaÂsaan ini setidaknya sampai 2014
Berdasarkan pengakuan UKP4 ada 4 menteri yang menÂdapat rapor merah. Apa mereka layak direshuffle?Reshuffle kabinet harus kita letakkan bahwa ada tidaknya reÂshuffle merupakan hak prerogatif presiden. Jadi biarlah Presiden SBY dengan perangkatnya melaÂkukan evaluasi second obyektif para anggota kabinetnya yang akan diganti. Reshuffle kabinet sah-sah saja dan Presiden SBY tidak perlu ditekan-tekan, dari maÂsyarakat termasuk PDI PerjuaÂngan. Namun PDI Perjuangan melihat bahwa banyak sekali pemÂÂbantu presiden yang tidak paham posisinya. Keputusannya, kebijakannya yang akhirnya meÂnimbulkan ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah inilah yang harus segera direspon. KaÂlau tidak, bisa-bisa malah akan mengganggu kredibilitas pemeÂrintah dan akhirnya yang rugi adalah rakyat karena mereka tidak merasakan dampak manfaat dari kebijakan para menteri-menÂteri tersebut. Seharusnya kepuÂtusan politik pemerintahan SBY harus berorientasi pada peningÂkatan demokrasi dan kesejahÂteraan rakyat.
Kinerja kementerian apa saja yang tidak optimal?Menurut saya, salah satu keÂbijakan yang tidak pro rakyat yang menyebabkan kiamat bagi para petani kita, yakni: Pertama, pemerintah menghapuskan tarif bea masuk untuk empat produk pangan yaitu beras, terigu, kedeÂlai dan pakan ternak. Kemudian soal cabe dan climate change terÂnyata hanya menjadi alasan untuk melakukan liberalisasi perdaÂgangÂan. Ini aneh.
Emang Kenapa?Petani yang harusnya disubsidi sekarang kok malah importir. Ini kan terbalik. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sama sekali tidak memiliki equilibrium policy terhadap soal ini. Kebijakan yang diambil tersebut adalah driving panic policy. Dan akhirnya maÂsuk perangkap World Trade OrgaÂnisation (WTO) lagi. Jadi DPR, petani dan peternak harus menolak, harus protes atas kebiÂjakan yang jelas-jelas tidak berÂpihak pada rakyat kecil ini, khuÂsusnya kepada para petani dan peternak.
Selain itu?Ya belum lagi dalam kabinet ini yang ternyata banyak tumpang tindih. Egoisme sektoral sangat kuat yang menghambat percepaÂtan pembangunan nasional. SeÂmentara posisi Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan NaÂsional) sekarang kecenderunganÂnya tidak dapat menjalankan fungÂsinya sebagai badan perencaÂnaan pembangunan sebagaimana mestinya karena peranannya suÂdah diambil Departemen KeuangÂan. Ini bisa dilihat dalam kaitannya dengan Undang-UnÂdang No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Belum juga banyaknya lembaga-lembaga formal yang dibentuk Presiden yang mempunyai kewenangan diatas kementerian yang ada dimana lembaga ini ternyata berÂwenangn juga memanggil deparÂteÂmen-departemen terkait. Ini bisa-bisa menghabiskan waktu dan jalur birokrasi yang saÂngat panjang. Bukankan kondisi-konÂdisi ini menunjukkan bahwa pemerintah saat ini pada posisi darurat? Semuanya formal konsÂtituÂsional saja. Dan yang saya pahami, semisal dengan kenaikan Anggaran Pendapatan dan BeÂlanja Negara (APBN) yang jumÂlahnya sudah mencapai Rp 1.200 triliun. Harusnya dengan anggaÂran besar ini program pengenÂtaÂsan kemiskinan dan pengÂangguÂran bisa dijawab tapi realiÂtasnya tidak demikian.
Letak kesalahannya di mana?Pada aspek koordinasi yang tidak jalan dengan baik sementara di sisi lain perencanaan pembiaÂyaan ada pada Departemen KeÂuangan yang seharusnya dibagi karena aspek budget dan program menyatu. Ini terjadi karena egoisÂme sektoral masih sangat kuat.
Dengan realitas tersebut, maÂkin kuat untuk terjadinya reÂshuffle?Menurut saya tidak ada alasan lagi bagi Presiden untuk menunÂda-nunda reshuffle kabinet. Kasihan rakyat Indonesia. Soal siapa yang layak untuk diganti, saya kira Presiden sudah tahu.
Soal skandal Century, sejauh ini bagaimana sikap PDI PerÂjuangan?Menyangkut penggunaan hak DPR terkait skandal Century, Fraksi PDI Perjuangan kan harus cermat kapan waktunya dulu. Bukannya posisi fraksi kami tidak mayoritas. Fraksi kami tentu harus cerÂmat berhiÂtung. Pasti ada sikap fraksi, tapi kami tidak mau ditarik-tarik, diklaim secara politik dalam hak pengaÂwasan DPR tersebut.
Fraksi PDI Perjuangan di DPR akan berhitung cermat soal berÂgulirnya penggunaan Hak MeÂnyatakan Pendapat. Fraksi PDI Perjuangan tidak mau geÂgabah dalam mengambil keputuÂsan politik soal Hak Menyatakan PenÂdapat yang syarat persetujuan pengusulannya dipermudah oleh putusan MK. Pihak kami sedang berhitung agar HMP tidak diÂklaim secara politik gaÂgasan keÂlomÂpok atau perorangan. KepuÂtusan fraksi haÂrus solid dalam menyikapi ini.
[RM]