RMOL. Menteri-menteri di kabinet dianggap membahayakan Presiden SBY, karena selalu memberikan data-data yang selalu berlawanan dengan fakta. Hal itu pun sesuai dengan sebutan pembohong, yang ditujukan para pemuka agama kepada pemerintah.
"Solusinya bukan reshuffle, tapi ubah struktur menjadi kabinet profesional, bahkan kalau bisa jangan ada orang partai," kata Gurubesar Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (15/1).
Ia membantah jika dikatakan jabatan menteri tidak butuh orang-orang profesional, karena jabatan itu merupakan jabatan politik.
"Pengangkatannya politik oleh presiden, tapi bukan berarti jabatan politik, disini orang-orang yang profesional harus ditempatkan bukan politisi," katanya.
Dia menyarankan SBY mengikuti jejak pendahulunya, almarhum Soeharto, yang ketika berkuasa merekrut para akademisi handal dari Universitas terbaik untuk duduk di kabinet sesuai pos dan keahlian masing-masing.
"Harus ada perubahan radikal dan mendasar dalam bentuk kabinet baru. Menko-Menko itu hapus saja, termasuk wakil menteri hapus saja," katanya.
Ia bahkan bisa menjamin, pemerintahan akan lebih baik, kalau jumlah menteri hanya 15 orang di bidang-bidang yang sangat penting.
"Keuangan, perdagangan, pertahanan, Menlu, pendidikan nasional dan beberapa lain yang teramat penting. Dan harus ada
leadership yang tegas dari SBY, harus berani keras pada bawahan," pungkasnya.
[ald]