RMOL. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mengumpulkan bukti-bukti kasus Gayus Tambunan. Ini dilakukan untuk mengantisipasi bila penanganannya diambil-alih lembaga superbody tersebut.
“Yang jelas, KPK sudah ada itikad baik untuk menanganinya. Gitu saja. Jadi, masyarakat perlu tahu itu,†kata Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, tadi malam.
Bibit menegaskan, pihaknya tidak akan berkoar-koar dalam menangani kasus Gayus. “Nggak usah berkoar-koar. Kalau sudah pasti, baru ngomong gitu. SeÂmenÂtara hasil penyelidikan segala maÂcam masih diam-diam saja dulu. Kita nggak akan ngoÂmong,’’ ujarnya.
Yang jelas, lanjutnya, KPK teÂrus melakukan koordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan terkait penanganan kasus Gayus.
“Kami kan sudah bertamu ke Kapolri, ketemu Jaksa Agung. Di situ ada gambaran bahwa komuÂniÂkasi antara KPK dengan aparat penegak hukum yang lain mulai membaik,†tambahnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Satu per satu terungkap kaÂsus Gayus, bagaimana komenÂtar Anda?Saya kok nggak aneh juga ya, karena yang namanya mafia huÂkum itu dari dulu ada. Sejak saya jadi Kapolres sudah ada orang yang model-model begitu. Dan masalah perpajakan itu kan tidak hanya sekarang. Kasus Gayus ini kan mulai terungkap saja.
Kenapa kasus Gayus terungÂkap?Masih ingat kan kasus Cicak Vs Buaya, saya direkayasa, keÂmudian saya ungkap ada rekaÂyasa di situ, kemudian ribut meÂreka antara buaya lawan buaya. Satu buaya terlempar, dia tidak mau sendirian toh, dibuka, nah Gayus keluar. Mulai terungkap di situ kan.
Sekarang ini mungkin Tuhan sudah mulai tunjukkan bahwa ini sudah harus berhenti. Mungkin banyak lagi yang bisa diungkap dari kasus Gayus itu. Banyak lagi. Kebetulan ada Pak Buyung NaÂsution yang bertekad untuk bongÂÂkar kasus mafia hukum itu.
Apakah di sini ada mafia poÂliÂtik juga?Sebetulnya di republik ini buÂkan hanya hukum saja yang punya mafia, politik juga punya mafia, ekonomi juga punya maÂfia. Kenapa saya direkayasa kaÂrena masalah SKRT (Sistem Komunikasi Radio Terpadu).
Emang siapa saja terkait SKRT itu?Saya juga tak tahu siapa orangÂnya. Kasus ini kan masuk ranah ekonomi, kemudian masuk ranah politik.
Maksudnya?Intinya begini, sepanjang sisÂtem politik itu masih money poliÂtik, korupsi tidak bisa diberantas. Sekarang kan money politic maÂkin mengental tuh dengan adanya Pilkada. Mana ada sih orang yang sudah dijadikan terÂdakwa dan dihukum tapi masih menang daÂlam Pilkada kalau bukan karena duit. Masalah kita kan kebaÂnyakan masih duit.
Kenapa sekarang kasus GaÂyus mencuat?Karena sistemnya perpajakan itu banyak bolongnya. Sistem peÂradilan pajak membuka peluang adanya negosiasi. Yang jelas kalau sudah ada negosiasi itu peÂluang untuk terjadinya penyimÂpanan.
Wajib pajak juga dirahasiakan, ada kerahasiaan pajak dimana menteri keuangan saja tidak bisa masuk. Masyarakat dan media perlu mengkaji itu. Sistemnya kita tidak benar, integritas moral kita rendah, gaji kita pas-pasan malah tidak cukup.
Sementara pengawasan itu lemah. Kan tidak ada yang awasi, sehingga Gayus bisa kemana-mana. Apakah hanya manipulasi atau sekadar sistem saja yang lemah, kan nggak. Hakim yang adili Gayus di Tangerang juga kan kena suap, jaksanya kena juga, Imigrasi terbongkar lagi, jadi sepak terjang Gayus di masa lalu ya mungkin seperti itu dan sekarang terbongkar. Jadi ini merupakan awal dari perbaikan sistem hukum kita.
Apa Anda melihat ada bigfish dalam kasus Gayus ini?Ya kita harus lihat faktanya nanti sampai mana. Apa betul-betul
big atau hanya
fish biasa saja. Penelitian saya selama 30 tahun jadi polisi, yang saya buat buku koruptor itu, itu memang dari bawah ke atas ada. Dari level kelurahan sampai perizinan-periÂzinan gede itu ada.
Hasil penelitian juga menyeÂbutÂkan bahwa kita pahami petuÂgas karena merasa kasihan gajiÂnya kecil. Berarti fenomena yang saya ungkapkan itu ternyata peÂlan-pelan dibuktikan oleh fakta-fakta walaupun saya menulis itu berdasar pada argumentasi emÂpirik saya. Tapi saya lihat kasus Gayus itu nggak kaget karena kondisinya memang begitu.
Bagaimana solusinya?Kuncinya ya berhentilah koÂrupsi. Kemudian yang salah ditindak. Politik harus bersih. Sekarang lihat sendiri saja, Anda hebat, berani, brilian, pengabdian pada masyarakat tinggi tapi nggak punya duit, bisa nggak jadi bupati? Ha-ha-ha, saya kira nggak kan..Itu fakta loh.
Intinya hentikan money poÂlitic begitu?Betul. Di dalam pilkada, nggak usah ada kampanye-kampanye yang habisin duit, nggak usah makai uang perahu untuk bayar parpol.
Kalau kita mengurai dari fenoÂmena Gayus ini panjang, nggak berdiri sendiri. Merupakan salah satu produk di bidang perpajakan. Ada lagi produk-produk lain. Ada hakim yang terima suap ditangani KPK, untuk mendapatkan adiÂpura juga ada, itu pun masyarakat belain, kemaÂrin maÂlah
istighosah tiap hari. Sudah jadi tersangka oleh KPK tapi masih di
istiÂghosah-in gitu. Jadi bagaimana persepsi masyaÂrakat yang didoÂrong-dorong oleh orang-orang tertentu. Coba tanya yang demo-demo, ngerti nggak didemoin apa. Nggak tahu cuma dapat Rp 15 ribu, he-he-he.
Tapi Kenapa KPK belum mengambil alih kasus Gayus?Kita tidak akan berkoar-koar. Kalau sudah pasti, baru ngomong gitu. Sementara hasil penyeliÂdikan segala macam masih diam-diam saja gitu.
Kami kan sudah bertamu ke Kapolri, ketemu Jaksa Agung. Di situ ada gambaran bahwa komuÂnikasi antara KPK dengan aparat penegak hukum yang lain mulai membaik.
Kenapa selama ini koordiÂnaÂsinya tersendat?Waktu lalu itu kan saya teraÂniaya, sehingga komunikasi terÂhambat, ha-ha-ha. Kita mau lakuÂkan apa saja tidak didengar, tapi akhirnya Tuhan meÂnunÂjukÂÂkan jalannya kan.
Sebenarnya KPK suÂdah meÂÂmenuhi syaÂrat untuk mengÂamÂbil-alih kaÂsus Gayus, keÂnapa belum dilaÂkukan?Sekadar memenuhi syarat sih, itu ya. Tapi kita kan harus punya alat buktinya, siapa pelaku-nya, itu kan pelan-pelan kita selidiki. Dan kita tidak mau men-declare, kita kerja sama dengan mereka dan sudah mulai melakukan penyelidikan untuk pengumpulan bahan keterangan. Jadi sabar saja, tinggal menunggu Pak Johan (Johan Budi SP, Kahumas KPK) saja, he-he-he...
Jadi kapan persisnya KPK mengambil-alih?Saat nanti sudah ada alat bukti. Percuma saja kita ambil alih nah alat buktinya tidak ada. Mau jadi apa. Kita harus tahu apa yang diÂkerjakan kepolisian, ibaratnya tindak pidana itu TKP (Tempat KeÂjadian Perkara) nya itu sudah diolah oleh orang. Sekarang kita mau ngamanin TKP yang kita olah, ya kita mesti lihat apa yang mesti kita cabut. Tapi ini kan tiÂdak perlu kita omongin, untuk Anda saja saya ngomong, ha-ha-ha.
Dalam gelar perkara kasus Gayus yang digelar polisi, apa yang Anda lihat?Ya, kita tidak akan ngomong. Sepanjang masih penyelidikan kita tidak akan ngomong, kecuali sudah masuk penuntutan.
Apa KPK memberi saran ke kepolisian untuk penuntasan kasus Gayus?Kita nggak akan ngomong, itu masalah teknis. Itu nanti bisa mengganggu penyelidikan-peÂnyelidikan yang kita lakukan.
Bekas Kapolri Bambang HenÂdarso Danuri lewat Ketua Komisi III DPR Benny K HarÂman menyatakan jika kasus Gayus dibongkar, republik bisa goyang, bagaimana menurut Anda?Ya kita akan buktikan goyang apa tidak. Kita buktikan saja, kan banyak yang mau bongkar, kita mau lihat goyangan kasus Gayus sampai di mana.
Kalau gempa bumi, itu sudah pasti goyang. Sekarang kita mau benar nggak sih atau penegakan hukum pura-pura terus. Kenapa berantakan begini karena penegaÂkan hukumnya pura-pura. Tidak serius. KPK yang serius, malah direkayasa.
Berarti penuntasan kasus GaÂyus selama ini pura-pura?Saya kan mengomentari ngoÂmongan tadi, makanya kita akan lihat. Sekarang kan sudah mulai ditangani, ada tersangkanya, meÂmenuhi unsur masuk ke pengaÂdilan, sekarang kalau Bambang HenÂdarso Danuri ngomong begitu kan, kenapa tidak ditangaÂni, apa resikonya. Penegakan huÂkum harus tegak kok. Kan ada idiom waktu saya belajar ilmu hukum itu, walau dunia sudah mau kiamat, hukum harus diteÂgakÂkan. Kan gitu. Itu sarjana huÂkum kalau ditanya pasti mengeÂnal idiom itu, walau
idiom itu haÂnya keluar dari mulut saja walau tanpa mengerti maknanya. MakÂnaÂnya kan dalam itu. Jadi masaÂlah Gayus itu dari dulu ada, sekarang baru mulai terungkap.
Apa KPK bisa mengungkap kasus besar di balik kasus GaÂyus?
Kita tunggu saja dulu, mungkin kita bisa mengungkap yang lain lagi. Yang jelas KPK sudah ungÂkaÂpin di semua lini ada. Tapi oleh orang-orang nggak dianggap prestasi. Kan konyol itu. KPK itu kepentingan nasional yang diÂutamakan, bukan kepentingang kelompok.
Pendekatan apa yang dilakuÂkan KPK sekarang ini ?Pendekatan supaya hukum teÂgak tapi situasi tidak bergeÂjolak. Tapi ada yang ngomong, ini teÂbang pilih. Kok ada yang dipilih gitu. KPK nggak ada seperti itu, yang penting ada alat buktinya, kita ambil. Kalau ada pembuktian terbalik, silahkan.
Alhamdulillah kalau ada undang-undang pemÂbukÂtian terbalik. Jadi orang yang kaya-kaya itu mempertangÂgungÂjawabkan kekayaannya, yang tidak bisa dipertangÂgungjawabÂkan asal-usulnya, ya dirampas oleh negara. Kalau itu selesai maÂsalah, cepat malah.
[RM]