Berita

Bara Hasibuan

Wawancara

WAWANCARA

Bara Hasibuan: Hasil Survei Itu Memicu Kami Lebih Peduli Rakyat

SENIN, 10 JANUARI 2011 | 01:19 WIB

RMOL. Ketua DPP PAN Bara Hasibuan mengaku cukup kaget dengan hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan suara PAN hanya 2,3 persen. Ini early warning bagi kader PAN untuk bekerja lebih giat lagi untuk rakyat.

“Kita masih punya 3,5 tahun  lagi untuk menghadapi Pemilu Legislatif. Ini waktu yang cukup untuk memperbaiki kinerja partai dan  bekerja lebih keras lagi untuk meyakinkan rakyat agar memilih PAN pada waktunya nanti,” kata­nya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Sabtu (8/1).

Sebelumnya hasil riset LSI yang dikomandoi Saiful Mujani melansir bahwa seluruh partai mengalami elektabilitas. Dan perolehan paling parah diraih  PAN yang anjlok hingga 2,3 persen.


Bara selanjutnya mengatakan, tidak ada efek dari survei tersebut terhadap Capres . Sebab, Pilpres masih jauh, sehingga terlalu dini berbicara hal tersebut. Apalagi PAN belum menentukan sikap siapa yang diajukan menjadi Capres.

“Walau Hatta Rajasa adalah pemimpin kami, pemimpin PAN dan menempati posisi paling se­nior dan paling krusial di kabinet. Tapi fokus kami saat ini bukan semata-mata untuk Pilpres 2014. Kalau kami sudah siap mencalon­kan Hatta, pasti sudah ada tim kampanye segala macam, tapi itu kan belum ada,” paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Survei LSI pimpinan Saiful Mujani berbeda dengan LSI pim­pinan Denny JA, bagai­mana komentar Anda ?
Ya, memang berbeda angkanya dengan hasil survei sebelumnya yang dilakukan oleh LSI (pimpi­nan Denny JA) bahwa perolehan PAN  5,2 persen. Tapi bagi kami itu semacam warning ya, bahwa kita harus bekerja lebih keras lagi sebelum Pemilu 2014.

Di internal PAN apakah ada keresahan melihat hasil survei yang menunjukkan penuru­nan?
Ini nanti akan jadi bahan eva­luasi bagi kita. Tidak ada kekece­waan berlebihan, tidak hancur hati kita, nggak. Tapi ini jadi dasar kita untuk strategi kita 3,5 tahun berikutnya. Survei ini kan menunjukkan bahwa yang kita lakukan selama ini belum cukup, jadi memang harus melakukan hal yang lebih spektakuler untuk mengambil hati rakyat. Intinya dengan hasil survei itu memicu kami lebih peduli rakyat.

Kira-kira apa penyebab ki­prah PAN selama 2010 kurang greget di mata publik?
Kalau kita analisa mungkin ada beberapa faktor yang menyebab­kan ini. Memang bisa dikatakan posisi PAN di kabinet koalisi ada tidaknya kekecewaan pada peme­rintah, tapi ini kan bagian dari koalisi pemerintahan yang tidak bisa terpisahkan. Tapi saya pikir yang paling penting saat ini adalah mendorong para anggota Kabinet dari PAN untuk mem­bukti­kan bahwa kita memang mampu dan bisa melaksanakan tugas secara efektif.

Turunnya elektabilitas PAN apakah masih realistis?
Memang agak sedikit menge­jut­kan. Tetapi lagi-lagi kita tidak perlu terlalu menyesalkan. Me­mang ini cukup surprising tapi bagi kita ini hanyalah suatu early warning supaya bekerja lebih keras lagi dan menunjukkan pada rakyat bahwa PAN  bekerja untuk kepentingan rakyat.

Ketidakpuasan masyarakat pada pemerintah terjadi dise­bab­kan carut marutnya pene­ga­kan hukum dan sulitnya pere­konomian nasional, bukankah ini pukulan bagi PAN meng­ingat posisi Menkumham dan Menko Perekonomian diisi kader PAN?
Kita sadar jika melihat survei itu ada ketidakpuasan masyarakat pada keadaan akhir-akhir ini. Tapi secara makro ekonomi kan menunjukkan ada perbaikan baik dari segi ekonomi maupun pen­da­patan per kapita masyarakat. Itu kan menunjukkan bahwa ada perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah.

Tapi memang kemiskinan ini masih menjadi masalah serius, apalagi banyak laporan bahwa ada orang yang kena stres karena tidak mampu menghidupi kehi­dupan sehari-hari. Bagi kita itu menunjukkan bahwa pemerinta­han ini harus bekerja lebih giat lagi untuk memperbaiki kehidu­pan ekonomi masyarakat dan bagaimana menunjukkan pada rakyat bahwa perbaikan ekonomi makro ini menyentuh masyarakat lapisan bawah, bukan hanya masyarakat lapisan menengah ke atas. Di sini menjadi tantangan PAN karena ketua umum kami (Hatta Rajasa) menempati posisi Menko Perekonomian. Ini tentunya  mem­berikan do­ro­ngan bagi kami.
    
Bagaimana soal penegakan hukum?
Untuk penegakan hukum me­mang saat ini banyak menimpa masalah di aparat kita. Tapi pene­gakan hukum kan bukan cuma tugas Kemenkumham saja, tapi ada jaksa juga yang menjadi bagian pemerintahan. Bahwa kasus Gayus membuat kita marah karena bisa dengan mudahnya keluar tahanan bahkan sampai melenggeng ke luar negeri, tapi ini kan merupakan akumulasi dari satu sistem yang sudah lama bobrok. Begitu juga dengan bu­daya korup yang begitu mendo­mi­nasi, jadi memang tidak gam­pang memperbaikinya. Ini akan menjadi dorongan bagi menteri kami untuk membenahinya.

Nggak khawatir belum baik­nya di bidang eko­nomi akan jadi senjata par­tai lain untuk me­nyerang Hatta Ra­jasa da­lam Pilpres 2014?
Saya pikir sangat terlalu pre­matur untuk bicara Capres seka­rang ini. Kita belum memutuskan melalui Surat Keputusan partai untuk mencalonkan Ketua Umum kami, semuanya kita lihat nanti pada 2014. Saat ini yang paling penting bagi kami adalah menunjukkan pada rakyat bahwa PAN bekerja sekeras mungkin untuk rakyat. Apalagi saat ini kan masih ada waktu cukup panjang, empat tahun sebelum Pilpres.  Empat tahun ini harus digunakan sebaik mungkin oleh para Men­teri PAN untuk mening­katkan performance mereka untuk me­nunjukan bahwa kehadiran me­reka dalam Kabinet bisa mem­bawa perubahan, perbaikan da­lam kehidupan sehari-hari ber­bangsa dan bernegara. Juga waktu bagi partai itu sendiri untuk melakukan konsolidasi, melakukan kerja politik, dan menunjukkan kiprahnya. Sebagai partai politik, PAN bukan hanya bekerja soal perolehan suara saja yang kita kejar yang sifatnya jangka pendek.

Bukankah dengan hasil sur­vei ini mengindikasikan bahwa Hatta Radjasa sulit jadi Capres 2014?
Walau Hatta adalah pemimpin kami, pemimpin partai dan menempati posisi paling senior dan paling krusial di kabinet. Tapi lagi-lagi saya katakan, fokus kami saat ini bukan semata-mata untuk Pilpres 2014. Kalau kami sudah siap mencalonkan Hatta, pasti sudah ada tim kampanye segala macam, tapi itu kan belum ada. Kami sekarang ini lebih konsentrasi bahwa PAN ini harus bisa mencapai target dalam arti bisa meningkatkan suara secara signifikan. Target kita kan men­dapatkan double digit pada pe­milu nanti. Itu saja dulu karena itu adalah komitmen kami.

Kemudian selain mening­kat­kan suara, performance kami juga harus naik. Beberapa kader PAN sudah diberi kepercayaan  di kabinet, itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan harus men­jadi faktor penting dalam peme­rintahan sekarang. Jadi, kami belum berbicara masalah Capres.

Bukankah setiap partai ber­cita-cita untuk mengajukan Ke­tua Umumnya sebagai capres?
Semua parpol itu kan tujuan­nya untuk mendapatkan power karena dari power itu bisa meng­gu­nakan banyak hal. Tentu hal itu tidak bisa kita pungkiri. Tapi yang selama ini mendorong Hatta Rajasa sebagai capres itu kan ke­banyakan dari luar, dari pengamat politik yang melakukan speku­lasi. Tapi dari PAN kan tidak pernah ada statemen-statemen resmi bahwa Hatta Rajasa jadi capres. Kemudian Hatta pun ti­dak pernah menyatakan intensi­nya untuk mencalonkan diri seba­gai capres. Itu semua dari luar.

Gebrakan apa yang perlu dilakukan PAN di 2011 ?
Pertama, menteri-menteri PAN di kabinet menunjukkan performa kinerja lebih baik dan menunjukkan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh penting di kabinet. Kedua, kinerja para kader kita di fraksi DPR maupun DPRD untuk lebih agresif dan lebih aktif untuk menyampaikan pandangan di publik. Ketiga, political sistem harus lebih sesuai dengan aspirasi rakyat. Keempat, DPP PAN harus melakukan koordinasi lebih keras agar PAN bisa ditimpa masyarakat dari atas hingga ke pedesaan.

Taufik Kiemas mengusulkan agar 2014 diisi capres-capres muda, bagaimana Anda meli­hat­nya?
Memang beberapa orang sudah punya kesempatan untuk maju sebagai Capres. Jadi kalau seka­rang ada semangat untuk melihat wajah-wajah segar, itu masih bisa dimengerti. Tapi di saat bersa­maan, orang-orang muda yang dicalonkan untuk bisa maju se­bagai kandidat capres itu harus melalui banyak step. Perlu diingat, sistem kita kan sudah jauh lebih matang, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadi tokoh-tokoh muda juga harus  bisa menunjukkan kiprahnya. Jangan tahu-tahu hanya karena merasa terkenal kemudian me­rasa pantas dirinya maju sebagai capres. Obama itu kan tidak datang tiba-tiba, tapi mulai dari bawah. Jadi ada step-nya.   [RM]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya