RMOL. Pada pemilu lalu, Partai Gerindra pernah bermitra dengan PDIP melalui duet Mega-Prabowo. Setelah kalah di perÂtarungan, kabarnya, banteng menjanjikan dukungan untuk Prabowo jadi capres, pada pemilu nanti.
Tapi belakangan ini, manuver kandang banteng sepertinya tak fokus ke pencapresan Prabowo. Petingginya, Taufik Kiemas malah bermesraan dengan Demokrat. Dan terakhir, dia menyatakan bahwa PDIP akan memunculkan capres dari kalangan muda, usia 40-50.
Apakah Gerindra merasa dikhianati? Berikut ini wawanÂcara Rakyat Merdeka dengan Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, kemarin.
Taufik Kiemas makin mesra dengan Demokrat. Dan PDIP sepertinya akan memunculkan capres dari kalangan muda. ApaÂkah Gerindra khawatir “dikhianati†PDIP dengan wacana itu?Wacana itu bisa menjadi disÂkusi publik atau bisa menjadi pemikiran kita bersama. Gagasan politik adalah hal yang wajar untuk diungkapkan. Tapi keputuÂsan politik pasti ditentukan oleh partai. Dan (partai PDIP) dalam hal ini Bu Mega yang akan meÂnenÂtukan.
Taufik Kiemas saat ini berÂmesraan dengan pemerintah. Apakah tak khawatir Gerindra ditinggal dan PDIP berkoalisi dengan Demokrat?Ya, itu bukan usaha yang baru. Saya kira dalam politik, sikap seperti itu biasa-biasa saja. SeÂbab, ujungnya adalah pendapat resmi dari partai.
Seandainya PDIP bergabung dengan Demokrat di 2014, baÂgaimana?Saya tidak khawatir. Saya meÂlihat bahwa tokoh-tokoh PDIP sendiri, terutama Bu Mega adalah orang-orang yang memegang kata-kata dan punya sikap. Kalau tidak punya sikap tentu dia sangat mudah tergiur oleh tawaran-taÂwaran jangka pendek.
Kabarnya ada tokoh GerinÂdra yang marah dengan manuÂver itu?
Saya kira itu bukan marah. Tapi kurang lentur menyikapinya.
Dalam politik, melihat manuÂver tidak bisa dengan kacamata kuda. Harus dari berbagai perÂspekÂtif. Mungkin itu kesalahpaÂhaman saja. Kita tidak melihat hal itu sebagai sesuatu yang prinsipil. Itu wacana politik Pak Taufik Kiemas yang sah-sah saja.
Ada pengamat yang menilai Gerindra saat ini gelisah deÂngan manuver Taufik Kiemas.
Saya kita tidak begitu. Kami sama sekali tidak gelisah dan maÂrah. Kami optimis dan yakin bahwa rakyat saat pemilu 2014 akan memilih dengan lebih jernih demi perbaikan-perbaikan.
Seandainya, pada akhirnya, PDIP tidak memenuhi komitÂmenÂnya, dan tidak menÂduÂkung pencapresan PraÂbowo, bagaiÂmana?Saya tidak perÂcaya. Dinamika politik kita maÂÂÂsih panÂjang. Masih banyak yang mungÂkin bisa terjadi. Kita tidak tahu, jangan-jangan nanti lebih banyak yang mendukung Pak Prabowo. Bisa saja begitu kan? Mungkin saja Gerindra bekerja sama deÂngan Demokrat atau dengan Golkar. Kita kan hidup dengan dinamika yang tidak statis.
Taufik Kiemas mengatakan PDIP baiknya mencalonkan preÂsiden dari usia muda 40-50 taÂhun. BaÂgaiÂmana tangÂgaÂpan anda?Itu kan usuÂÂlan beÂliau. Saya kataÂkan, sah-sah saja. Yang lain mungkin menguÂsulkan usianya 50-60 tahun, atau 25-30 tahun. (Bagi saya), jangan meÂmandang usia. Ha ha ha. Boleh-boleh saja. Berbeda penÂdapat boleh. Sebab, berbeda penÂdapat baik-baik saja adanya.
Anda sepertinya tak yakin sikap Taufik akan jadi sikap PDIP.Yang menentukan itu adalah keputusan politik yang resmi. Itu semuanya sedang berproses. Terlalu dini untuk mengungkapÂkan formasi politik di 2014. Di dalam politik, sering kali yang menentukan adalah kepentingan.
Usia Prabowo pada tahun 2014 adalah 62 tahun. Apakah tiÂdak terlalu tua untuk capres?Kita tidak melihat usia. MenuÂrut saya, yang kita perlukan seoÂrang pemimpin yang tegas, yang punya visi jauh ke depan, kapaÂbel, punya integritas dan karakter kuat. Jadi, tua dan muda adalah relatif. Ada yang pemimpin tua yang berhasil. (Tapi) ada pemimÂpin muda yang kurang berhasil. Begitu juga sebaliknya. Kalau muda tapi tidak berhasil, tidak ada gunanya bagi masyarakat.
Oh ya, adakah strategi khuÂsus Gerindra untuk memeÂnangÂkan pemilu di 2014 nanti?Ya, tentu ada. Terpenting adaÂlah konsolidasi internal, organiÂsasi dan konsolidasi ke dalam. Gerindra punya kelebihan soal itu dibanding (partai) yang lain.
Kami sudah punya calon untuk
running sebagai Presiden. Jadi, kalau memilih Gerindra, kira-kira tahulah siapa yang akan dicalonÂkan untuk jadi presiden. (Partai) lain masih belum tahu, siapa (calonÂnya). Ini adalah hal yang menguntungkan posisi kami.
Bagaimana dengan cawapres Gerindra, siapa yang akan diÂajukan. Apakah sudah mengiÂra-ngira calon pendamping PraÂbowo?Oh, kalau itu belum. Nanti ada saatnya. Ini masih terlalu pagi dan terlalu dini.
[RM]