RMOL. Sudah dua hari, bekas Ketua KPK Antasari Azhar menghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Tangerang. Sebelumnya, Antasari yang menjadi terpidana 18 tahun penjara dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ini, menghuni Rutan Polda Metro Jaya, lalu sempat transit di LP Cipinang.
Bagaimana keseharian AntaÂsari selama di penjara, dan baÂgaiÂmana persiapan Antasari yang beÂrencana mengajukan Peninjauan Kembali (PK), berikut wawanÂcara Rakyat Merdeka dengan istri Antasari, Ida Laksmiwati, keÂmarin.
Selama di penjara, apa saja aktivitas bapak?
Pagi-pagi, bapak itu rajin baca koran. Koran langganan yang paÂling pertama dibaca Rakyat Merdeka. Tapi saya itu selalu nyariÂnya susah, kalau tidak dapat koran Rakyat Merdeka itu pusing saya. Stoknya itukan terbatas di TaÂngerang makanya harus langÂganan. Tapi langganan pas hujan itu kadang-kadang nggak nganterin. Itu susahnya.
Pagi-pagi, bapak itu rajin baca koran. Koran langganan yang paÂling pertama dibaca
Rakyat Merdeka. Tapi saya itu selalu nyariÂnya susah, kalau tidak dapat koran
Rakyat Merdeka itu pusing saya. Stoknya itukan terbatas di TaÂngerang makanya harus langÂganan. Tapi langganan pas hujan itu kadang-kadang nggak nganterin. Itu susahnya.
Koran itu rutin tiap hari dibaÂwa ke bapak?Yang pasti itu koran bapak,
RakÂyat Merdeka. Rakyat MerÂdeka itu pokoknya yang saya ingat tulisannya merah, itu saja. Terus
Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, pokokÂnya sepuluh koran. Itu tiap hari, sudah rutin.
Kalau jenguk bapak sering diÂajak ngobrol soal politik?Wah, kalau saya diajak ngobÂrol, saya sudah seperti orang parÂpol. Nggak, saya nggak ngerti politik. Politik mah ngeri, jadi ibu ruÂmah tangga saja deh.
Bisa diceritakan alasan keÂluarÂga minta bapak dipindahkan ke LP Tangerang?
Minta secara khusus sih, nggak. Tapi, memang dari BSD (ruÂmah Antasari lokasinya meÂmang di BSD) ke Cipinang luÂmaÂyan jauh. Terus saya tanya (ke peÂtugas lapas), kalau di Tangerang ada lapas? Saya bilang gitu. KeÂmuÂdian katanya ada. Lalu, saya tanya lagi, boleh nggak kalau baÂpak di lapas Tangerang, biar deÂkat, gitu saja.
Kenapa milih LP yang dekat deÂngan rumah?Dekat itu jangan diartikan baÂkal seperti Gayus (Gayus TamÂbunÂan) yang suka pulang. Bapak nggak mungkin akan seperti itu. Nggak. Cuma kalau ada yang keÂtinggalan apa-apa, kan bisa diÂanterin.
Bapak naruh perhatian juga terhadap kasus Gayus?
Dengan adanya koran, kan bapak baca.
Bagaimana reaksinya?Bapak bilang, waduh kenapa (Gayus) mesti pakai pulang? KaÂlau nggak pulang, kan nggak raÂmai kayak gini di media. Kan kaÂsian juga polisinya. Apalagi kan sekarang Lembaga PemaÂsyaÂraÂkatan satu pintu. Kalau satu pintu kena, ya kena semua. Kasian.
Selama di tahanan, apa pernah bapak mengeluh soal kesehatan atau makanan?
Ya ampun mas. Lihat saja senÂdiri, celananya saja sudah nggak muat. Susah saya kalau dia keÂgendutan. Itu berapa kilo naikÂnya, banyak banget. Waktu maÂsuk ukurannya M, sekarang sudah XL. Jadinya, celana bapak nggak kepakai semua.
Berarti bapak sehat?Dia itu dari pertama masuk samÂpai sekarang kayaknya biasa saja. Kayak tinggal di rumah gitu, katanya. Cuma nggak pusing miÂkirin negara saja, istirahat gitu. Dulu, pulang baru malam, makan juga sudah capek, langsung tidur. Pagi berangkat lagi, kadang di kantor baru sarapan. Kalau di situ (LP) kan dia teratur.
Jadi bapak nggak pernah meÂngeluh?AlÂhamdulillah, selama dua taÂhun ini sehat-sehat saja dia. Cuma kumisnya saja makin lebat. SeÂram deh. Kemarin saya suruh, cukur saja deh kan nggak keÂmana-mana lagi. Tapi (kalau diÂcukur, red) katanya aneh. Gitu.
Kalau jenguk, ada oleh-oleh khuÂsus untuk bapak? Nggak ada yang dia minta. KaÂlau dari rumah, ya paling makan siang sama makan malam. Paling baju kotor dibawa pulang, baju berÂsih dianterin lagi. Itu saja. Kalau untuk makanan khusus, itu nggak. Tiap apa yang kita masak di rumah sama dengan yang dimakan bapak.
Dua tahun sudah bapak di taÂhanÂan, Ibu kewalahan harus meÂnanggung kehidupan keluarga?Alhamdulillah, anak-anak saya semuanya sudah kerja. Sudah selesai, jadi bisa urus sendiri. SeÂdangkan saya sendiri, tapi bukan berÂarti saya tidak urus anak, tingÂgal me-manage urusan rumah, seperti listrik, air, sopir sama pemÂbantu. Saya juga kan punya usaha sendiri.
Usaha apa itu?Saya kan punya kerajinan berÂdasarkan pesanan. Dunia wanita lah. Nggak lama setelah bapak ditaÂhan, saya sudah punya kerjaan itu.
Bapak berencana ajukan PeÂninÂjauan Kembali (PK), apa ini sudah pernah dikonsultasikan sama Anda?Bapak itu kalau soal yang gitu-gitu saya nggak diajak ngomong mas. Ngomong soal itu sama peÂngaÂcara saja deh.
Kalau saya itu waÂduh, mungÂkin dia tahu, walah ibu-ibu ngerti apa gitu, walaupun seÂbenarnya saya dari hukum juga. Cuma kayaknya nggak usah, mungÂkin kayak gitulah.
Dia kan punya tim sendiri, mungÂkin deÂngan pengaÂcara, dengan kejakÂsaan atau dengan kepolisian atau kayak gimana, saya juga nggak mengerti.
Nggak cemas kalau putusan PK malah bisa jauh lebih berat dari putusan sebelumnya?Ya nggak apa-apa. Jalani saja. Kalau sekarang ini dia merasa nggak salah, terus dituduh berÂsalah dan harus menanggung akiÂbat yang dia tidak perbuat, ya aneh.
Lah buktinya dia tidur nyenyak saja karena dia tidak ada beban. KeÂcuali kalau orang itu beban, dia kan khawatir terus, dihantui peÂrasaannya. Sekarang saja mungÂkin dengan statement bapak yang begitu, banyak orang yang meÂrasa degap-degup juga.
Anda sendiri yakin bapak nggak bersalah?Seribu persen saya yakin dan seÂyakin-yakinnya, bapak nggak bersalah. Saya tahu siapa di balik seÂmua ini.
Anda dendam terhadap yang menjebloskan bapak?Dendam sih nggak ada, cuma kasian saja sama dia. Karena kita tahu, bahwa kita pura-pura tahu tapi kita tahu siapa dia.
Kok kasian?Memang kan bapak ini ditarÂgetkan untuk dimasukin (penÂjaÂra). Nah, lihat saja bagaimana KPK sekarang? Jadi memang baÂpak itu harus keluar dari KPK. DeÂngan adanya bapak dikriÂmiÂnaÂlisasi, direkayasa, ada apa? Kan bisa dirunut ada siapa, keÂnaÂpa sampai kok bapak begini? Kan bisa.
Keluarga berharap ada mukÂjizat yang bisa membuat bapak lepas dari jeratan hukum?Bukan mukjizat ya, tapi muÂdah-mudahan. Andaikatan pun tiÂdak ada kata mukjizat, paling tidak kan bapak telah meminta maÂna baju almarhum (ZulÂkarÂnain), itu dikemanain? Terus handÂphone, itu kenapa tidak diÂbuka padahal bapak dalam perÂsidangan meminta dibuka, siapa yang SMS.
Kalau berani memÂbuka itu, itulah orangnya. Tapi keÂnapa itu tidak dibuka? Dari situ kan forensik bisa menentukan bau dari darahnya. Tapi kenapa tidak diserahkan dalam persiÂdangÂan. Itukan yang kita minta. KeÂmuÂdian, jenis peluru dan senÂjata ituÂkan tidak cocok. Yang satu peÂluÂrunya kaliber 9 mm seÂmenÂtara senÂjatanya revolver. Kan nggak cocok.
Harapan ibu ke depan seperti apa?Harapan saya ya semoga orang yang berbuat itu terketuk hatinya, tidak merasa tenang dan akan berÂbicara sendiri bahwa sayalah pelaÂkunya. Itulah harapan saya. Dan dia mungkin merasa tidak akan terbebani untuk mengeÂmuÂkakan kebenaran.
Sekarang mungkin dia ingin mengungkapkan bahwa dialah peÂlakunya, tapi kita tunggu sajalah mukjizat itu.
[RM]