RMOL. Abbas Said gagal menjadi ketua Komisi Yudisial atau KY periode Desember 2010-Juni 2015. Dalam proses pemilihan yang digelar di Kantor KY, Kamis lalu, dia hanya mendapat dua suara. Kalah dari Eman Suparman, ketua KY terpilih, yang mengantongi tiga suara.
Namun Abbas mengaku legowo dengan kekalahannya ini. Ayah pengacara tenar Farhat Abbas ini tidak mau berpikir macam-macam.
Abbas justru yakin kegagalannya menjadi ketua KY akan diganti Tuhan dengan rezeki yang lebih bagus.
Berikut kutipan lengkap wawancara
Rakyat Merdeka dengan Abbas, kemarin:
Anda tidak terpilih sebagai Ketua KY. Bagaimana menyiÂkapinya?Ya begitulah kenyataannya. Namanya belum waktunya. MungÂÂkin Insya Allah dibalik itu mudah-mudahan ada yang lebih baguslah yang Tuhan janjikan. Itu kita yakini sebagai orang yang beragama.
Menurut anda, pemilihan KeÂtua KY kemarin berbau poÂlitis?Saya inikan tidak pernah berÂkecimpung di bidang politik. Coba pikir, saya inikan hakim. Mulai tamat dari sekolah hakim diangkat sebagai calon hakim muda tugasnya panitera pengÂganÂti. Dari bawah baru naik hakim muda, hakim madya, hingga jadi hakim agung. Jadi saya itu selama 40 tahunan hanya jadi hakim. Jadi tidak mengerti politik-politikan. Saya itu lurus-lurus saja. Tidak curiga dan tidak macam-macam. Mungkin dibalik kejadian ini, ada hal-hal yang lebih bagus yang mungkin akan Tuhan berikan ke saya.
Di era Busyro Muqoddas, KY dianggap tidak bergigi kaÂrena dipimpin akademisi. MeÂnuÂrut anda apakah hal itu bisa terulang?Nanti kita lihatlah. Mudah-muÂdahan mereka (pimpinan KY) mau menyadari tentang apa yang kurang di tahun kemarin, untuk bisa diperbaiki di tahun ini. Saya kira orang yang punya niat maju jadi pimpinan bisa menÂjadikan hal itu sebagai bahan intropeksi.
Anda berharap menempati biÂdang apa di KY?Kalau saya sembarangan sajaÂlah. Saya terima semuanya. Pokoknya saya itu
sami’na wa ata’na. Kalau diberikan
Insya Allah saya akan patuh. Saya itu niatnya bukan untuk macam-macam. Saya ingin melihat suatu ketika nanti pengadilan itu dihormati, disegani, berwibawa, di mana para hakimnya menjaga harkat martabatnya. Itu yang saya inginkan di sisa umur saya.
Saya sebenarnya masih ada kurang 4 tahun sebelum pensiun. Kenapa harus berkorban? Kalau saya mau mencari enaknya kan lebih enak jadi hakim agung. Itu kalau orang mengerti.
Bukannya dengan tidak meÂnempati posisi ketua, bisa-bisa anda ditempatkan di bidang yang tidak sesuai dengan komÂpetensi anda?Saya sejak jadi hakim pertama hingga puncak karir tidak pernah milih-milih (jabatan) apa yang diberikan ke saya. Mungkin karena itu Tuhan membawa saya sehingga tidak pernah juga berÂmasalah. Saya kan beberapa kali jadi pimpinan di pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Kalau tidak salah tujuh kali jadi ketua, dua kali jadi wakil. Perlu puluhan tahun untuk jadi pimÂpinan. Orang bisa baca itu tapi mungkin disangka tidak ada artiÂnya. Tapi kalau orang mengerti bisa membaca itu.
Menurut anda, kendala KY saat ini ada di mana?Ya tinggal meningkatkan huÂbungan sinergitas antara KY dengan MA. Itu saja masalahnya. Sebenarnya KY itukan bidangnya di MA.
Untuk tingkatkan sinergiÂtasnya, KY dan MA mesti baÂgaimana?Saya belum bisa berbicara banyak karena bukan pimpinan. Jadi saya tidak akan mendahului pimpinan sekarang, nanti disangÂkanya terlalu laju ke depan. Jadi biarlah kita melihat dulu dan kita akan
back-up-lah. Tapi mudah-mudahan apa yang dihajatkan dalam undang-undang itu bahwa KY menegakkan kehormatan, keluhuran dan martabat hakim bisa dicapai. Itu yang penting. Jadi bukan mencari banyaknya hakim yang dipecat. Bukan. Kalau martabatnya sudah bagus, mereka menjaga harkat martabatÂnya, ya itu sudah hebat kan. Tetapi tidak berarti bahwa yang salah dibiarkan. Yang salah kita berikan
punishment.Punishment yang diberikan selama ini sepertinya tidak memÂberi efek jera pada hakim nakal?Kitakan masuk dalam rumah tangga orang. Jadi sedapat mungÂkin membangun kebersamaan untuk mencari solusinya. Contoh, kalau ada putusan yang bermaÂsalah, kita dengar ada aroma yang kurang sedap. Misalnya dalam perkara banding, kasasi atau peninjauan kembali. Aroma itu yang kita cari. Kalau tenaga KY kurang mampu, ya kita bisa pinÂjam tenaga polisi, KPK untuk mencari aroma kurang sedap itu. Jika nanti kita temukan suap, ya kita berikan
punishment sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Punishment itu lebih identik dengan ke pemecatan?
Pimpinan MA sudah bilang bahwa dalam setahun ini ada berapa hakim yang diberi sanksi. Saya kira MA juga sangat menÂdambakan hakimnya bagus. Mahkamah juga memberikan sanksi. Itu lah pentingnya keberÂsamaan. Bayangkan kalau MA dan KY punya niat yang sama, tentu kita akan mencapai hasil yang kita idam-idamkan. Jadi jangan terlalu apriori, ada laporan hakim nakal, disangka sudah salah. Padahal belum tentu.
Misalnya ada aduan. Katanya tidak ada pertimbangan hakim. Tetapi setelah kita baca pertimÂbangannya jelas. Orang yang dirugikan karena putusan hakim juga kan pasti akan melakukan cara agar lepas dari sesuatu. Tapi kalau orang tidak pernah jadi hakim agak sulit membaca ini. Jadi jangan juga terÂlalu jauh memÂvonis putusan hakim.
Apa yang harus diprioriÂtasÂkan KY untuk jangka pendek?Kita konsolidasi dulu, evaluasi dulu masa kerja yang periode kemarin. Mudah-mudahan yang sudah baik kita bisa pertahankan, yang kurang kita cari jalan keluar.
[RM]