Berita

Wawancara

WAWANCARA

Dirwan Mahmud: Saya Kenal Nesha dari Zaimar Kenal Makhfud Dari Nesha

RABU, 29 DESEMBER 2010 | 06:32 WIB

RMOL. Aktor di balik geger kasus dugaan suap di Mahkamah Konstitusi (MK) adalah Dirwan Mahmud, calon Bupati Bengkulu Selatan. Dia masuk pusaran kasus ini karena telah membuat testimoni tentang adanya dugaan suap dan peme­rasan, saat dirinya berurusan dengan MK.

Sebelum masuk pusaran MK, kasus ini berawal dari Seng­keta Pilkada Bengkulu Selatan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) awalnya menetapkan Dirwan Mah­mud sebagai pemenang. Namun sejumlah pasangan yang kalah kemudian mengajukan gugatan ke MK hingga akhirnya menganulir kemenangan Dirwan. MK menilai Dirwan adalah peserta pilkada yang tidak sah karena pernah divonis pengadilan dengan tuntutan di atas 5 tahun. MK juga memutuskan Pilkada ulang dengan mencoret Dirwan sebagai kontestannya.

Kenapa Dirwan punya niat men­somasi Mahfud MD? Kema­rin, kepada Rakyat Merdeka, Dir­wan blak-blakan seputar dugaan suap yang kini menjadi heboh di MK. Dirwan menegas­kan, niat­nya membuka masalah yang di­de­ranya ke tim investi­gasi dugaan suap di MK meru­pakan panggi­lan jiwanya untuk membersihkan MK.


Tapi dia menyayangkan, ka­rena partisipasinya tersebut malah balik memojokkan dirinya. “Dengan niat ingin mem­bantu jajaran MK khususnya Pak Mahfud, seharusnya niat baik saya disambut. Kalau tidak di­sambut buat apa? Kita punya niat baik, ingin membantu, seha­rusnya kita dapat penghargaan, bukan sebalik­nya. Saya merasa aneh persoalan ini tanpa dipaksa, tanpa dikomando, ikhlas berikan informasi malah berbalik begini. Ini saya bingung kok caranya begini?,” katanya.

Berikut wawancara selengkap­nya:

Apa latar belakang anda me­laporkan dugaan pemerasan kepada tim investigasi?
Saya melaporkan ini karena ada keterpanggilan jiwa untuk membantu negara. Saya melapor­kan kasus ini karena Ketua MK Mahfud MD telah mengimbau kepada semua warga yang me­rasa dirugikan untuk melaporkan. Saya termasuk pemenang Pilkada yang merasa dirugikan. Ya saya laporkan. Kebetulan saya lapor­kan ini ke Pak Refly Harun (Ke­tua Tim Investigasi, red) karena dia adalah lawyer saya. Saya berkeinginan ketika melaporkan itu laporan saya diterima dengan baik. Tapi inikan malah menam­bah pekerjaan saya. Jadi jangan diputarbalikkan persoalan ini.

Kenapa jangan diputar­bali­kan?
Artinya, kita ingin ada jaminan apa yang saya laporkan bisa di­jamin. Saya tidak mengharap­kan apa-apa kok dari ini, apalagi di­lantik (sebagai bupati Bengkulu Selatan, red), kan sangat tudak mungkin. Jadi tujuan saya ingin membantu Pak Mahud MD, bahwa di MK itu ada indikasi begini.

Sekarang Anda dalam posisi terpojok...
Itu yang saya tidak suka.

Saya menginformasikan ini, jangan malah dipojokkan ketika melaporkan ke MK malah ber­balik ke saya. Untuk apa saya laporkan itu, tak ada manfaatnya sama sekali. Jadi ketika saya me­lakukan itu mestinya saya dihar­gai. Yang saya lakukan ini ingin membantu. Pak Mahfud eva­luasilah itu, karena saya merasa dirugikan. Jangan saya dipojok­kan begini.

Karena itu, Anda ingin men­cabut testimoni Anda ke tim in­vestigasi?
Dengan niat saya ingin mem­bantu jajaran MK khususnya Pak Mahfud, niat baik saya seharus­nya disambut. Kalau tidak disam­but buat apa? Kita punya niat baik, ingin membantu, seha­rus­nya kita dapat penghargaan, bukan sebaliknya. Saya merasa aneh persoalan ini tanpa dipaksa, tanpa dikomando, ikhlas berikan informasi malah berbalik begini. Ini saya bingung kok caranya begini?

Jadi, belum ada keinginan untuk men­cabut testimoni itu?
Saya tidak mau cabut itu, karena tindakan itu tidak benar. Artinya begini, saya mau infor­masikan itu pertama, karena per­mohonan Pak Mah­­fud sen­diri. Dia kan bilang, siapa yang me­rasa di­ru­gikan, laporkan. Ini malah ber­balik, inikan cari ker­jaan saja. De­ng­an posisi be­gini kira-kira apa nama­nya? Apakah saya di­lantik, dapat peng­hargaan, dapat uang, ya nggak bakalan. Paling tidak saya informasikan kepada Pak Mah­fud bahwa lem­baga yang kita cintai ini be­gini, indi­kasinya begini, saya merasa di­rugikan. Itulah maka­nya jadi rancu per­soalannya.

Anda balik dilaporkan ke Ba­reskrim Polri oleh keluarga Ha­kim MK Arsyad Sanusi de­ngan tu­duhan pe­n­ce­ma­ran nama baik?
Silakan dia begitu, tapi bagai­manapun juga saya akan menje­laskan bahwa bagaimana mung­kin saya bisa datang ke ru­mahnya se­men­tara saya tidak tahu sama se­kali de­ng­an Pak Ar­syad. Bagai­mana mung­kin? Saya kan dibawa orang bernama Zaimar. Dan saya juga baru tahu kalau ternyata Zaimar ini adalah sepupu, adik ipar dia. Dari­mana saya tahu? Saya tidak tahu sama se­kali. Ti­dak tahu. Zaimar datang ke apartemen saya, ngajak ke­temu dengan Nesha (anak Arsyad, Neshawati), saya utara­kan pada dia bahwa saat ini se­dang me­ngajukan judicial review ke MK, tolong Mbak bantu saya. Saya ini sudah tidak punya apa-apa lagi. Ibu Nesya di situ kan seakan-akan Pak Arsyad itu ada­lah orang tuanya, tapi bagaimana mungkin saya bisa duduk di rumah orang tuanya kalau tidak dibawa.

Anda siap hadapi laporan ke­luarga Hakim Arsyad?
Jadi kalau mau dilaporkan ke Polisi, silahkan tapi ini adalah kenyataan yang saya alami, tidak lebih tidak kurang. Tapi Ibu Nesha itu tidak pernah minta uang ke saya, tidak pernah. Yang minta itu Zaimar.

Tapi kok ada testimoni yang menyatakan Nesha menerima Rp 20 juta dari anda?
Nah itu dari Zaimar. Zaimar yang ngomong gitu. Dia bilang, tolong Pak Dirwan untuk lem­baran kuasa dulu, ya kita kasih melalui rekening Edo. Edo juga saya tidak tahu. Tapi bisa sam­pai ke rumah Nesha, itukan Zaimar. Mana bisa saya me­lang­­kah ke rumah itu kalau bu­kan Zaimar. Kemu­dian hari-hari beri­kutnya, ada pertemuan di Gajah Mada, Zaimar bawa saya, Nesha ada di sana.

Hakim Arsyad te­rusik deng­an testi­moni itu?
Kalau kemudian Pak Arsyad kebaka­ran jenggot, dia bilang pen­cemaran nama baik. Nah, saya mau tanya, pence­maran nama baik yang mana? Saya menginformasikan nggak, saya diminta untuk mela­por. Lagipula, Pak Arsyad tidak per­nah berko­munikasi dengan saya, yang berkomuni­kasi dengan saya itu Zaimar, Nesha.

Bagaimana Anda menyikapi laporan keluarga Arsyad ke Polisi?
Yaitu salahnya. Ini cerita saya kemanapun pasti ini yang saya ceritakan. Dan saya ini tidak sen­diri, ditemani kawan-kawan saya.

Kawan-kawan itu siapa?
Nanti akan saya berikan satu-satu. Teman saya banyak karena tiap kali pertemuan saya diantar. Contohnya, Pak Dirwan nanti kita uruk-urukan karena diminta untuk panitera, tidak tahu pani­tera yang mana, Rp 50 juta. Antar sana, nyatanya setelah saya kon­firmasi berapa yang dikasih cuma Rp 35 juta. Tapi nyatanya Pak Makhfud (Panitera MK) juga tidak mau terima itu. Katanya.

Ada yang mau Anda sampai­kan ke keluarga Arsyad?
Saya terus terang dengan Pak Arsyad tidak ada masalah sama sekali. Mohon maaf dengan Pak Arsyad, terus terang saya tidak menyebut nama Pak Arsyad. Saya bahkan tidak tahu kalau Pak Zaimar itu adik ipar Pak Arsyad. Baru minggu ini saya tahu ketika ini kebuka. Selama ini saya tidak tahu sama sekali, karena dia datang bersama Edo di apartemen saya.

Jadi ini cuma meluruskan permintaan Pak Mahfud. Kalau kemudian ada yang mau menggu­gat, silakan, nanti kita akan ke­temu dan saya akan jawab sesuai dengan kenyataan. Yang jelas, Ibu Nesha tidak menjanjikan apa-apa dan saya mohon bantuan Ibu Nesha. Saya mengeluarkan apa-apa ini atas instruksi Zaimar. Zaimar pun awalnya saya tidak tahu, karena rupanya dia itu Om-nya Nesha. Saya tahu Zaimar juga karena dia pernah satu kuliah dengan saya. Dulunya kan tidak tahu saya.

Anda sendiri siap mengha­diri Panel Etik MK?
Kalau itu, saya sudah serahkan semuanya ke kuasa hukum saya, Pak Muspani.

Jadi saya sudah serahkan ke beliau, artinya A-Z sudah dia tahu. Tapi harus digaris bawahi, Dirwan tidak akan membuka persoalan ini kalau Pak Mahfud (Ketua MK) tidak bilang ini ke TV bahwa siapa yang merasa dirugikan, lapor. Justru imbauan itu, karena saya merasa MK ini­lah yang harus kita pertahankan objektifitasnya dan tidak macam-macam, makanya saya buka.

Anda sendiri kenal Panitera Pengganti Makhfud dari­mana?
Pak Makhfud saya tidak kenal. Saya baru kenal dia di Gajah Mada, dikenalin Nesha, ini Pak Makhfud Pak Dirwan, panitera hakim kasus bapak.

Nah waktu di Gajah Mada itu, Pak Makhfud menyarankan pada saya untuk mengajukan judicial review ke MA, saya bilang sudah ke MA, juga MK. Itu saran Pak Makhfud dan beliau tidak men­janjikan apa-apa. Dia kan bisa memberikan bantuan sesuai kapasitas beliau.

Tapi kok malah ada pernya­taan bahwa Makhfud juga tu­rut menerima uang dari Anda?
Itu karena si Zaimar semua. Dalam pertemuan berikutnya, dia bilang Pak Dirwan siapkan uang untuk sekian banyak hakim dan panitera. Nah saya bilang tidak bisa, uangnya darimana? Pulang ke Bengkulu saya berembug dengan orang-orang, saya bilang begini maunya orang ini. Karena nggak bisa cairkan uang, orang bilang kalau mau kasih saja ser­tifikat. Pak Zaimar bilang tidak bisa, harus pakai uang. Untuk panitera disebutkan juga begitu.

Jadi semua masalah ini biang keroknya Pak Zaimar?
Semuanya dari dia. Saya kenal Ibu Nesha karena Zaimar, saya kenal Pak Makhfud akibat Zaimar. Kenyataan begitu. Saya itu tidak sendiri, kemana-mana di­­ikuti, teman-teman saya di Jakarta itu sampai puluhan orang menunggu putusan MK. Satu tahun digantung di MK putusan judicial review, itu tidak se­bentar.   [RM]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya