RMOL. Aktor di balik geger kasus dugaan suap di Mahkamah Konstitusi (MK) adalah Dirwan Mahmud, calon Bupati Bengkulu Selatan. Dia masuk pusaran kasus ini karena telah membuat testimoni tentang adanya dugaan suap dan pemeÂrasan, saat dirinya berurusan dengan MK.
Sebelum masuk pusaran MK, kasus ini berawal dari SengÂketa Pilkada Bengkulu Selatan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) awalnya menetapkan Dirwan MahÂmud sebagai pemenang. Namun sejumlah pasangan yang kalah kemudian mengajukan gugatan ke MK hingga akhirnya menganulir kemenangan Dirwan. MK menilai Dirwan adalah peserta pilkada yang tidak sah karena pernah divonis pengadilan dengan tuntutan di atas 5 tahun. MK juga memutuskan Pilkada ulang dengan mencoret Dirwan sebagai kontestannya.
Kenapa Dirwan punya niat menÂsomasi Mahfud MD? KemaÂrin, kepada Rakyat Merdeka, DirÂwan blak-blakan seputar dugaan suap yang kini menjadi heboh di MK. Dirwan menegasÂkan, niatÂnya membuka masalah yang diÂdeÂranya ke tim investiÂgasi dugaan suap di MK meruÂpakan panggiÂlan jiwanya untuk membersihkan MK.
Tapi dia menyayangkan, kaÂrena partisipasinya tersebut malah balik memojokkan dirinya. “Dengan niat ingin memÂbantu jajaran MK khususnya Pak Mahfud, seharusnya niat baik saya disambut. Kalau tidak diÂsambut buat apa? Kita punya niat baik, ingin membantu, sehaÂrusnya kita dapat penghargaan, bukan sebalikÂnya. Saya merasa aneh persoalan ini tanpa dipaksa, tanpa dikomando, ikhlas berikan informasi malah berbalik begini. Ini saya bingung kok caranya begini?,†katanya.
Berikut wawancara selengkapÂnya:Apa latar belakang anda meÂlaporkan dugaan pemerasan kepada tim investigasi?Saya melaporkan ini karena ada keterpanggilan jiwa untuk membantu negara. Saya melaporÂkan kasus ini karena Ketua MK Mahfud MD telah mengimbau kepada semua warga yang meÂrasa dirugikan untuk melaporkan. Saya termasuk pemenang Pilkada yang merasa dirugikan. Ya saya laporkan. Kebetulan saya laporÂkan ini ke Pak Refly Harun (KeÂtua Tim Investigasi, red) karena dia adalah lawyer saya. Saya berkeinginan ketika melaporkan itu laporan saya diterima dengan baik. Tapi inikan malah menamÂbah pekerjaan saya. Jadi jangan diputarbalikkan persoalan ini.
Kenapa jangan diputarÂbaliÂkan?Artinya, kita ingin ada jaminan apa yang saya laporkan bisa diÂjamin. Saya tidak mengharapÂkan apa-apa kok dari ini, apalagi diÂlantik (sebagai bupati Bengkulu Selatan, red), kan sangat tudak mungkin. Jadi tujuan saya ingin membantu Pak Mahud MD, bahwa di MK itu ada indikasi begini.
Sekarang Anda dalam posisi terpojok...Itu yang saya tidak suka.
Saya menginformasikan ini, jangan malah dipojokkan ketika melaporkan ke MK malah berÂbalik ke saya. Untuk apa saya laporkan itu, tak ada manfaatnya sama sekali. Jadi ketika saya meÂlakukan itu mestinya saya diharÂgai. Yang saya lakukan ini ingin membantu. Pak Mahfud evaÂluasilah itu, karena saya merasa dirugikan. Jangan saya dipojokÂkan begini.
Karena itu, Anda ingin menÂcabut testimoni Anda ke tim inÂvestigasi?Dengan niat saya ingin memÂbantu jajaran MK khususnya Pak Mahfud, niat baik saya seharusÂnya disambut. Kalau tidak disamÂbut buat apa? Kita punya niat baik, ingin membantu, sehaÂrusÂnya kita dapat penghargaan, bukan sebaliknya. Saya merasa aneh persoalan ini tanpa dipaksa, tanpa dikomando, ikhlas berikan informasi malah berbalik begini. Ini saya bingung kok caranya begini?
Jadi, belum ada keinginan untuk menÂcabut testimoni itu?Saya tidak mau cabut itu, karena tindakan itu tidak benar. Artinya begini, saya mau inforÂmasikan itu pertama, karena perÂmohonan Pak MahÂÂfud senÂdiri. Dia kan bilang, siapa yang meÂrasa diÂruÂgikan, laporkan. Ini malah berÂbalik, inikan cari kerÂjaan saja. DeÂngÂan posisi beÂgini kira-kira apa namaÂnya? Apakah saya diÂlantik, dapat pengÂhargaan, dapat uang, ya nggak bakalan. Paling tidak saya informasikan kepada Pak MahÂfud bahwa lemÂbaga yang kita cintai ini beÂgini, indiÂkasinya begini, saya merasa diÂrugikan. Itulah makaÂnya jadi rancu perÂsoalannya.
Anda balik dilaporkan ke BaÂreskrim Polri oleh keluarga HaÂkim MK Arsyad Sanusi deÂngan tuÂduhan peÂnÂceÂmaÂran nama baik?
Silakan dia begitu, tapi bagaiÂmanapun juga saya akan menjeÂlaskan bahwa bagaimana mungÂkin saya bisa datang ke ruÂmahnya seÂmenÂtara saya tidak tahu sama seÂkali deÂngÂan Pak ArÂsyad. BagaiÂmana mungÂkin? Saya kan dibawa orang bernama Zaimar. Dan saya juga baru tahu kalau ternyata Zaimar ini adalah sepupu, adik ipar dia. DariÂmana saya tahu? Saya tidak tahu sama seÂkali. TiÂdak tahu. Zaimar datang ke apartemen saya, ngajak keÂtemu dengan Nesha (anak Arsyad, Neshawati), saya utaraÂkan pada dia bahwa saat ini seÂdang meÂngajukan judicial review ke MK, tolong Mbak bantu saya. Saya ini sudah tidak punya apa-apa lagi. Ibu Nesya di situ kan seakan-akan Pak Arsyad itu adaÂlah orang tuanya, tapi bagaimana mungkin saya bisa duduk di rumah orang tuanya kalau tidak dibawa.
Anda siap hadapi laporan keÂluarga Hakim Arsyad?Jadi kalau mau dilaporkan ke Polisi, silahkan tapi ini adalah kenyataan yang saya alami, tidak lebih tidak kurang. Tapi Ibu Nesha itu tidak pernah minta uang ke saya, tidak pernah. Yang minta itu Zaimar.
Tapi kok ada testimoni yang menyatakan Nesha menerima Rp 20 juta dari anda?
Nah itu dari Zaimar. Zaimar yang ngomong gitu. Dia bilang, tolong Pak Dirwan untuk lemÂbaran kuasa dulu, ya kita kasih melalui rekening Edo. Edo juga saya tidak tahu. Tapi bisa samÂpai ke rumah Nesha, itukan Zaimar. Mana bisa saya meÂlangÂÂkah ke rumah itu kalau buÂkan Zaimar. KemuÂdian hari-hari beriÂkutnya, ada pertemuan di Gajah Mada, Zaimar bawa saya, Nesha ada di sana.
Hakim Arsyad teÂrusik dengÂan testiÂmoni itu?Kalau kemudian Pak Arsyad kebakaÂran jenggot, dia bilang penÂcemaran nama baik. Nah, saya mau tanya, penceÂmaran nama baik yang mana? Saya menginformasikan nggak, saya diminta untuk melaÂpor. Lagipula, Pak Arsyad tidak perÂnah berkoÂmunikasi dengan saya, yang berkomuniÂkasi dengan saya itu Zaimar, Nesha.
Bagaimana Anda menyikapi laporan keluarga Arsyad ke Polisi?Yaitu salahnya. Ini cerita saya kemanapun pasti ini yang saya ceritakan. Dan saya ini tidak senÂdiri, ditemani kawan-kawan saya.
Kawan-kawan itu siapa?Nanti akan saya berikan satu-satu. Teman saya banyak karena tiap kali pertemuan saya diantar. Contohnya, Pak Dirwan nanti kita uruk-urukan karena diminta untuk panitera, tidak tahu paniÂtera yang mana, Rp 50 juta. Antar sana, nyatanya setelah saya konÂfirmasi berapa yang dikasih cuma Rp 35 juta. Tapi nyatanya Pak Makhfud (Panitera MK) juga tidak mau terima itu. Katanya.
Ada yang mau Anda sampaiÂkan ke keluarga Arsyad?Saya terus terang dengan Pak Arsyad tidak ada masalah sama sekali. Mohon maaf dengan Pak Arsyad, terus terang saya tidak menyebut nama Pak Arsyad. Saya bahkan tidak tahu kalau Pak Zaimar itu adik ipar Pak Arsyad. Baru minggu ini saya tahu ketika ini kebuka. Selama ini saya tidak tahu sama sekali, karena dia datang bersama Edo di apartemen saya.
Jadi ini cuma meluruskan permintaan Pak Mahfud. Kalau kemudian ada yang mau mengguÂgat, silakan, nanti kita akan keÂtemu dan saya akan jawab sesuai dengan kenyataan. Yang jelas, Ibu Nesha tidak menjanjikan apa-apa dan saya mohon bantuan Ibu Nesha. Saya mengeluarkan apa-apa ini atas instruksi Zaimar. Zaimar pun awalnya saya tidak tahu, karena rupanya dia itu Om-nya Nesha. Saya tahu Zaimar juga karena dia pernah satu kuliah dengan saya. Dulunya kan tidak tahu saya.
Anda sendiri siap menghaÂdiri Panel Etik MK?Kalau itu, saya sudah serahkan semuanya ke kuasa hukum saya, Pak Muspani.
Jadi saya sudah serahkan ke beliau, artinya A-Z sudah dia tahu. Tapi harus digaris bawahi, Dirwan tidak akan membuka persoalan ini kalau Pak Mahfud (Ketua MK) tidak bilang ini ke TV bahwa siapa yang merasa dirugikan, lapor. Justru imbauan itu, karena saya merasa MK iniÂlah yang harus kita pertahankan objektifitasnya dan tidak macam-macam, makanya saya buka.
Anda sendiri kenal Panitera Pengganti Makhfud dariÂmana?Pak Makhfud saya tidak kenal. Saya baru kenal dia di Gajah Mada, dikenalin Nesha, ini Pak Makhfud Pak Dirwan, panitera hakim kasus bapak.
Nah waktu di Gajah Mada itu, Pak Makhfud menyarankan pada saya untuk mengajukan
judicial review ke MA, saya bilang sudah ke MA, juga MK. Itu saran Pak Makhfud dan beliau tidak menÂjanjikan apa-apa. Dia kan bisa memberikan bantuan sesuai kapasitas beliau.
Tapi kok malah ada pernyaÂtaan bahwa Makhfud juga tuÂrut menerima uang dari Anda?Itu karena si Zaimar semua. Dalam pertemuan berikutnya, dia bilang Pak Dirwan siapkan uang untuk sekian banyak hakim dan panitera. Nah saya bilang tidak bisa, uangnya darimana? Pulang ke Bengkulu saya berembug dengan orang-orang, saya bilang begini maunya orang ini. Karena nggak bisa cairkan uang, orang bilang kalau mau kasih saja serÂtifikat. Pak Zaimar bilang tidak bisa, harus pakai uang. Untuk panitera disebutkan juga begitu.
Jadi semua masalah ini biang keroknya Pak Zaimar?Semuanya dari dia. Saya kenal Ibu Nesha karena Zaimar, saya kenal Pak Makhfud akibat Zaimar. Kenyataan begitu. Saya itu tidak sendiri, kemana-mana diÂÂikuti, teman-teman saya di Jakarta itu sampai puluhan orang menunggu putusan MK. Satu tahun digantung di MK putusan
judicial review, itu tidak seÂbentar.
[RM]