Berita

Krisis Pangan Bayangi 2011, Pemerintah Dituntut Ubah Strategi

SELASA, 28 DESEMBER 2010 | 15:57 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Krisis pangan adalah ancaman terbesar pada 2011. Bukan hanya untuk Indonesia, tapi seluruh dunia terkena dampak terganggunya suplai pangan karena perubahan iklim.

Pemerintah RI diminta segera menyiapkan respons tepat, yaitu mengubah kebijakan pangan yang selama ini sangat bergantung pada pasar. Disayangkan, pemerintah tidak ikut campur stabilisasi harga pangan. Sementara, dalam menanggulangi kenaikan harga, pemerintah hanya menjadi "pemadam kebakaran" lewat operasi pasar.

"Mestinya sekarang ada koreksi kebijakan, koreksinya mulai dari stok. Sekarang pemerintah membeli beras menggunakan patokan HPP (harga pembelian petani) dan kalau tidak sesuai HPP, Bulog tidak beli. Tapi begitu beras langka, Bulog impor untuk mengisi stok," ujar Direktur Eksekutif Econit Advisory Group, Hendri Saparini, saat berdialog dengan Rakyat Merdeka Online (Selasa, 28/12).


Dengan demikian, pemenuhan stok dalam negeri tidak memprioritaskan hasil produksi dalam negeri dengan kemudahan mendapatkan dana untuk menyerap produksi petani.
"Jadinya kita impor lagi dan bebas biaya masuk. Kebijakan mendorong untuk mempermudah impor. Sementara impor tadi sudah dipastikan memberi keuntungan sekelompok orang saja, namanya juga hubungan dagang," tukasnya.

Bulog harus diberi kewenangan untuk bisa menyerap produksi petani semaksimal mungkin, bukan hanya untuk membantu petani meningkatkan kesejahteraannya, tapi juga mengantisipasi krisis pangan akibat perubahan iklim. Bulog harus miliki intervensi terhadap harga pangan baik beras dan non beras. Malaysia yang masih memproteksi 20-an harga bahan pokoknya, patut dicontoh.

"Perlu perubahan signifikan dan fundamental, kalau tak mau terombang ambing harga pangan," terang Hendri. Apalagi, menurut Bank Dunia, 42 persen dari penduduk Indonesia termasuk near poor dan 72 persen pengeluaran masyarakat miskin digunakan untuk pangan.

Sebelumnya Dewan Pengurus Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia mengkritik kebijakan impor yang dilakukan karena fungsi Bulog sekarang dipacu mengejar profit. Saat ini, HPP oleh Bulog ditetapkan pemerintah Rp 5.050/kg. Namun, harga beras cenderung naik ke angka Rp 6.000/kg. Untuk memenuhi stok 1,5 juta ton beras, Bulog kemudian mengimpor beras yang harganya lebih murah.
      
Karena itu, HKTI mendesak dilakukan perubahan fungsi Bulog untuk dikembalikan sebagai agent of development, sebagai penyangga harga. HKTI menyontohkan bagaimana pemerintah Jepang rela membeli 1 kg beras dari petaninya seharga Rp 40 ribu. Padahal, jika melakukan kebijakan impor, pemerintahnya bisa memperoleh harga beras seharga 1 USD/Rp 9000 setiap Kg.[ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya