RMOL. Ketua Umum Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) Nurdin Halid menilai kekalahan telak 3-0 Tim Nasional dari Malaysia pada leg pertama bukan karena kalah permainan melainkan adanya teror dari para suporter tuan rumah. Teror itu datang sebelum dan saat pertandingan.
“Petasan dan laser sangat mengganggu para pemain. Saat latihan para pemain kita juga diteror. Saat kita latihan, mereka membubuhi sesuatu di lapangan. Akibatnya tiga kiper kita gatal-gatal semua,†kata Nurdin Halid kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sementara terhadap upaya mempolitisir kekalahan timnas, Nurdin menganggapi sinis. Menurutnya, pihak-pihak yang berupaya mempolitisir kekalahan timnas di Malaysia-lah yang selalu membawa masalah sportifitas olahraga dalam urusan sepakbola.
“Kita (PSSI, red) tidak ada politik di sini. Iri hati mungkin itu. Orang sirik saja itu, bilang gitu saja,†katanya.
Berikut kutipannya:Timnas kita kalah dari MaÂlaysia dan banyak yang memÂpoÂlitisir seolah-olah mengÂanggap kekalahan tersebut kaÂrena kesalahan PSSI?Orang yang bicara politik itulah yang berpolitik, hehe. Jadi tulis saja besar-besar, orang yang mengomentari itu adalah orang yang berpolitik, dialah yang berÂpolitik sebenarnya, karena di sini kita tidak ada politik-poliÂtikan. Dia saja yang mengomenÂtari secara politik, berarti dia yang berpolitik, kan begitu.
Jamuan makan Timbas deÂngan Ketua Umum Golkar AbuÂrizal Bakrie kembali meÂngeÂmuka karena kekalahan terseÂbut?
Ya apa urusannya itu dengan mereka. Apa urusannya malah jadi itu yang diperdebatkan. Apa persoalannya, apa masalahnya, apa salahnya. Tanya pada meÂreka. Iri hati mungkin orang itu. Orang sirik saja itu, bilang saja gitu.
Karena Timnas kalah, Anda digoyang dari kursi Ketua Umum PSSI?Tidak usah dikomentari yang gituan. Pokoknya timnas berÂjuang habis-habisan, semua peÂmain akan mati-matian di laÂpangan untuk memenangkan Indonesia, tidak ada cerita. JaÂmuan makan segala macam, orang sirik saja itu.
Sejauh ini polemik tersebut apaÂkah mengganggu konsenÂtrasi pemain dalam menghaÂdapi leg kedua?Tidak ada sedikitpun yang bisa mengganggu konsentrasi pemain. Justru yang mengganggu konsenÂtrasi pemain ini ketika mereka-mereka itu kok tidak tahu diri, tidak tahu apa-apa, tidak ada sumÂbangsih, kok ribut. Itu kata pemain begitu. Begini katanya, kok ada ya orang-orang begini, tidak ada sumbangsih, tidak ada apa-apa, hanya pintar berkoÂmentar saja.
Anda sendiri bagaimana meÂlihat kekalahan pemain kita?Kalau soal kalah menang itu adalah biasa. Yang tidak biasa adalah kita kalah bukan karena kalah permainan, tapi kalah karena teror yang luar biasa. Jadi tidak hanya sinar laser, tetapi waktu anak-anak latihan pertama, itu di muka gawang tempat latiÂhan kita ditaburi sesuatu yang membuat kiper kita gatal-gatal.
Siapa saja yang gatal-gatal?Ya ketiga kiper kita.
Selain kiper, siapa lagi?Menurut laporan Widodo (WiÂdodo C. Putro, asisten pelatih kepala), tiga-tiganya kiper kita. Kiper kan kalau latihan buang badan. Cuma mereka saja yang kena.
Hasil pemeriksaan dokter baÂgaimana?Dokternya sudah mengatakan bahwa ada sesuatu yang ditaburÂkan di muka gawang tempat latihan anak-anak. Jadi terornya tidak hanya dalam stadion. DaÂlam stadion juga luar biasa, kalian bisa lihat banyak sinar laser yang mengarah pada peÂmain kita. Dan ketika wasit memÂberÂhentikan pertanÂdiÂngan, seharusÂnya diÂberÂÂhenÂtikan seÂteÂrusÂnya, tidak boleh diÂlanjutkan. Tapi karena wasit tetap melanÂjutkan setelah dipeÂrinÂtahkankan oleh Ketua PSSI-nya Malaysia, keÂtika itu konsenÂtrasi anak-anak sudah mulai buÂyar, sudah pecah konÂsenÂtrasiÂnya. Kita bisa lihat juga kan ada petasan yang samÂpai meledak di lapangan.
Bukankah perlakuan suporÂter Malaysia merupakan hal yang wajar mengingat pertanÂdingan final sehingga inÂtensinÂtas meningÂkat?Kok wajar petasan meledak di tengah lapangan. Kalau di stadion kita kan mana ada petasan yang sampai di lapangan dan hampir kena pemain. Sinar laser juga. Sinar leser itu kan membahaÂyaÂkan mata peÂmain, mengÂganggu konsentrasi pemain.
Jadi tiga gol itu karena ulah suporter Malaysia?Ya iya. Bagaimana mau fokus kalau tiap kali pemain kita peÂgang bola matanya dilaser. Begitu pemain mereka menyerang, waÂjah markus dihantam sinar laser. Gimana bisa fokus. Jadi intinya konsentrasi pemain saÂngat terÂganggu dengan sinar laser itu, sangat terganggu. Apalagi ketika wasit menghentikan pertanÂdiÂngan sementara, itu lebih terÂganggu lagi. Mestinya wasit itu kalau mau tetap melanjutkan, tidak usah menghentikan. Kalau mau diberhentikan, mesti berÂhentikan terus.
Apakah ini sudah diprotes ke FIFA?Kita sudah protes resmi itu. Sudah.
Anda sendiri bagaimana meÂlihat pertandingan leg ke-dua pada 29 Desember nanti?Kita berharap anak-anak beÂkerja keras menghadapi leg kedua nanti. Dan itu bukanlah hal yang mustahil karena sebelumÂnya kan kita pernah kalahkan mereka 5-1. Ya kita ulangi saja itu mengaÂlahkan mereka 5-1.
Tapi para pemain optimis tiÂdak bisa mengulang hasil itu? Yang jelas, anak-anak pasti berjuang habis-habisan. Peluang menang masih terbuka. Kita kan tidak menyangka dikalahkan pada pertandingan tandang MaÂlayÂsia 3-0, tapi waktu kita kaÂlahÂkan Malaysia 5-1 kan juga meÂreka tidak nyangka juga. Jadi semuanya masih bisa terjadiÂkan.Â
[RM]