RMOL. Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu memvonis Menteri BUMN Mustafa Abubakar tidak berkinerja baik. Diprediksi, harapan masyarakat dan khususnya pekerja BUMN akan membaiknya pengelolaan BUMN semakin menipis.
Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat FSP BUMN Bersatu, Arief Poyuono, mengingatkan bagaimana BUMN- BUMN pernah menjadi motor penggerak bangkitnya perekonomian nasional pasca krisis moneter tahun 1998.
"Akan tetapi yang terjadi dengan BUMN-BUMN di era Mustafa Abubakar cukup memprihatinkan," kata Arief dalam pernyataan yang diterima Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Jumat, 17/12) .
Ia sebutkan beberapa BUMN yang dahulu memiliki nama besar seperti PT Djakarta Lloyd, PT Industri Sandang, sampai nyaris gulung tikar karena kesulitan keuangan yang serius. Lalu BUMN-BUMN penting seperti Garuda, Merpati juga tetap tersandera persoalan finansial yang membuat perusahaan tersebut sulit berkembang.
Dari survei yang dilakukan FSP BUMN, yang menanyakan soal kinerja BUMN dibawah kepemimpinan Mustafa Abubakar satu tahun terkahir, 76,3 persen responden menjawab kinerjanya menurun. Sementara 20,4 persen mengatakan meningkat dan sisanya abstain.
Bahkan, 80,4 persen responden mengatakan, Meneg BUMN layak direshuffle dari Kabinet SBY-Boediono, terutama dikarenakan skandal yang terjadi pada saat IPO KS yang menyebabkan pemerintah SBY-Boediono telah menjual aset negara. Sebanyak 17,2 persen menjawab Mustafa tidak perlu dicopot. Sisanya abstain.
Selain secara khusus menyorot kinerja Meneg BUMN dan barisan BUMN di bawah kepemimpinannya, FSP BUMN juga melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan atas hasil kinerja kabinet SBY-Boediono terkait keadaan ekonomi secara umum. Sebanyak 52.9 persen responden menjawab tidak puas. 39,4 persen mengaku puas dan sisanya abstain.
Tentang kondisi ekonomi sekarang dibanding tahun lalu berdasarkan kinerja Kabinet SBY-Boediono, 42,8 persen menjawab kurang baik. Sementara 28.3 persen menyatakan sama saja dan 18,7 persen merasa lebih baik. Sebanyak 10,2 persen responden tidak menjawab.
Metodologi survei di atas menggunakan metode wawancara, dilakukan 27 November - 10 Desember. Populasi survei adalah karyawan BUMN, buruh swasta, dan pengusaha yang berhubungan dengan BUMN.
Jumlah sampel sebesar 10 ribu responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 1,8 persen pada tingkat kepercayaan 97 persen. Penarikan sample dilakukan dengan metode multistage random sampling.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu BUMN, rekanan perusahaan BUMN yang terdiri hanya dari 100 responden.
Kualitas kontrol terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 15 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam kontrol tidak ditemukan kesalahan
berarti.
[ald]