Berita

Keputusan Politik Selama Ini Dijalankan Atas Dasar Ketakutan

RABU, 15 DESEMBER 2010 | 12:49 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Indikasi adanya praktik politik penyanderaan sudah dirasakan oleh rekan-rekan koalisi pemerintah.

Publik juga bisa melihat indikasi serupa dari penanganan kasus-kasus hukum besar dan diduga melibatkan kelompok partai pemenang Pemilu, cenderung lebih lelet dibanding kasus-kasus korupsi yang libatkan para tokoh Parpol koalisi ataupun oposisi.

Pengamat politik, Umar S Bakry, kepada Rakyat Merdeka Online, mengatakan, praktik politik sandera itu dapat dilakukan oleh partai atau golongan penguasa di saat kondisi hukum masih memiliki relasi kuat dengan kepentingan politik. Dan, hal itu masih terjadi di Indonesia.


"Di Indonesia, Demokrat sebagai partai pemenang Pemilu dengan suara yang sangat signifikan merasa punya power sehingga bisa berbuat apa saja terhadap partai koalisi atau oposisi," kata Umar saat dihubungi sesaat lalu (Rabu, 15/12).

Artinya, kasus-kasus hukum yang dialami kader-kader partai politik lain dapat dijadikan alat kader Demokrat untuk menekan pihak lain sehingga tidak memiliki banyak pilihan.

"Mungkin saja ada kader yang ditugaskan untuk mencari kelemahan partai lain, lalu dijadikan alat menembak," jelasnya.

Umar ingatkan, dalam politik memang segala macam kemungkinan bisa terjadi, apalagi dalam satu sistem demokrasi yang belum mapan.

"Tapi itu tidak etis dalam perpolitikan. Jadi proses politik berjalan abnormal karena keputusan politik diambil berdasarkan ketakutan bukan pada pilihan yang terbaik untuk rakyat," tegas Umar.

Sekali lagi Umar menekankan, keluhan dari petinggi-petinggi koalisi SBY-Boediono bahwa terjadi politik sandera terhadap mereka, menandakan realitas hukum yang sarat intervensi politik.[ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya