Berita

Adhie M Massardi

TKI di Seberang Lautan Juga Tak Tampak

Oleh: Adhie Massardi
RABU, 24 NOVEMBER 2010 | 00:00 WIB

GAJAH di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Peribahasa ini di kalangan politisi diartikan: “Koruptor di partai lain di kejar-kejar, tapi koruptor di partai sendiri malah di lindungi!” Yang dimaksud “partai sendiri” sudah pasti Partai Demokrat.

Tapi bagi pemerintahan Presiden Yudhoyono, peribahasa ini dianggap lucu. Tidak masuk akal. Bagaimana mungkin “kuman di seberang lautan” bisa tampak? Kalau “gajah di pelupuk mata” so pasti tak akan terlihat.

Makanya, peribahasa yang cocok untuk rezim Yudhoyono adalah: “Gajah di pelupuk mata tak tampak, apalagi kuman di seberang lautan…”

Peribahasa di atas menjadi klop kalau dilihat bagaimana cara rezim ini melihat persoalan-persoalan yang dihadapi rakyatnya. Rakyat yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan kesejahteraannya. Itu pun meningkatkan satu strip saja, sehingga menjadi hidup di batas garis kemiskinan. Karena selama ini kebanyakan rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan!

Kita masih ingat nasib Jhony Malela, 45 tahun, tunanetra miskin asal Sulawesi yang tewas tergencet di halaman Istana Presiden (10/9). Ketika itu, bersama ribuan rakyat miskin lainnya, Jhony ingin mengais rejeki beberapa puluh ribu perak, yang konon akan dibagikan keluarga Yudhoyono di Istana dalam acara open house Lebaran.

Maka ketika banyak TKI yang mengais rejeki lebih lumayan di seberang lautan, di negeri orang, terutama Malaysia dan Arab Saudi, malah mendapat berbagai musibah, termasuk penyiksaan kejam seperti dialami Sumiyati, atau yang disiksa hingga tewas seperti menimpa Kikim Komalasari asal Cianjur, sedikit sekali masyarakat yang mengharap pemerintah Yudhoyono bertindak sigap.

Lha, nasib rakyatnya yang tergencet di halaman Istana saja, di pelupuk mata Presiden, tak mampu ditangani secara bijaksana. Bagaimana pula penderitaan rakyatnya yang nun jauh di seberang lautan…?

Tapi pandangan kita yang terlanjur sinis kepada Presiden Yudhoyono itu ternyata salah. Buktinya, hanya selang beberapa hari setelah terdengar kabar TKI Sumiati disiksa majikannya di Arab hingga mulutnya robek, Yudhoyono menggelar sidang kabinet membahas masalah penderitaan para TKI di seberang lautan.

Tak salah bila sepanjang sejarah pemerintahan Yudhoyono, sidang kabinet yang digelar Jumat (19/11) itu kita sebut sebagai puncak prestasi yang gemilang. Selain waktunya tak selama sidang-sidang kabinet sebelumnya, topik yang dibahas sangat responsif. Masalah yang sedang dipergunjingkan masyarakat.

Lebih menakjubkan, dalam rapat kabinet itu juga dihasilkan keputusan bagaimana cara mengatasi problem TKI yang ultra cepat. "Penanganan TKI sering terlambat karena komunikasi kurang baik. Kita akan bekali alat komunikasi agar bisa berkomunikasi dengan instan. Ini sedang dirumuskan" kata Presiden usai rapat kabinet.

Solusi memberikan handphone (HP) untuk mengatasi persoalan TKI ide yang sangat brilian, cerdas, dan orisinal. Sebab dengan HP di tangan, kalau si majikan macam-macam, tinggal tekan tuts, berita sudah sampai ke telinga “yang berwajib”.

Memang, bagi orang-orang yang berpikir, gagasan HP itu menggelikan. Absurd. Sebab kita tahu, 96 persen TKI sanggup beli HP, sebagian besarnya malah sudah punya. Persoalannya, apakah orang-orang Yudhoyono di KBRI punya HP dan mau mengangkat panggilan dari para TKI yang tidak mereka kenal?

Kita juga tahu, para majikan yang sangar itu bukan orang-orang idiot yang membiarkan orang yang dianiaya memegang HP.

Tapi kalau toh si TKI sempat pegang HP, dengan mulut robek, tangan hancur, dan disekap di ruang gelap tanpa sinyal, bisakah HP berfungsi?

Dalam pandangan kita, kalau saja uang Century dan uang-uang yang dikorup para pembesar negeri dikumpulkan, ditambah kebijakan yang berpihak kepada rakyat, bisa digunakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara benar, sehingga akan melahirkan jutaan lapangan kerja.

Dengan demikian, tak perlu lagi rakyat Indonesia mengais rejeki ke seberang lautan, dengan resiko disiksa majikan, bahkan hingga tewas.

“Hallo! Hallo, pemerintah Yudhoyono? Bisa dengar suara rakyat? Hallo…!”

Tuh, kan. Tulalit! [**]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya