Berita

tan malaka/ist

Tan Malaka Selalu Tekankan Islam Sebagai Kekuatan Revolusioner di Indonesia

KAMIS, 04 NOVEMBER 2010 | 21:31 WIB | LAPORAN:

RMOL. Harry A. Poeze penulis biografi "Tan Malaka, Gerakan kiri dan Revolusi" menuturkan Tan Malaka layak diberikan gelar sebagai pahlawan nasional. Sebab dari 120 daftar pahlawan nasional yang beredar dalam buku sekolah nasional pasca Orde Baru Indonesia, hingga kini belum ada nama Tan Malaka.

Padahal jika dibandingkan dengan pahlawan nasional lainnya, Harry menilai Tan Malaka melakukan perjuangan lintas bangsa dan benua dengan keberhasilannya mempengaruhi sejarah Indonesia.
   
“Pengangkatan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional itu sudah adalah hal yang benar dan posisinya sudah sah. Sebab dari 120 nama pahlawan nasional di buku sejarah nasional tak ada nama Tan Malaka,” ujar Harry pada acara bedah buku "Tan Malaka, Gerakan kiri dan Revolusi" di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (4/11).
   

   
Dia menyayangkan perjuangan politik Tan Malaka yang dinilai tanpa pamrih itu, hingga kini belum diketahui kepastian lokasi makam Tan Malaka. Kepastian makam Tan Malaka masih menanti uji Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) kerangka Tan
Malaka yang ditemukan di Kediri, Jawa Timur.
   
Sedang dalam bukunya setebal 343 halaman itu, Harry mengatakan motivasinya menulis buku Tan Malaka hingga kali ketiga itu dilatari oleh sosok Tan Malaka sebagai petualang yang misterius, melawan kolonialisme tapi selalu menjadi pecundang.

Harry mengaku tak memiliki hubungan nenek moyang dengan siapapun, yang memudahkan dirinya menulis secara obyektif.
   
“Saya tertarik untuk riset dan menulis Tan Malaka, disamping tertarik sejarah Indonesia, karena Tan Malaka waktu itu adalah orang muda, yang memiliki peranan besar tapi selalu dikalahkan dan selalu menghilang,” ujar Harry yang memiliki dua anak, satu cucu dan menantu dari Surabaya.
   
Atas latar belakang tersebut, Harry mengaku secara humanis tergerak atau terinspiratif untuk menulis sejarah hidup dan politik Tan Malaka yang selalu dikalahkan dalam petualangannya. Tanpa intervensi negara Belanda dan Indonesia, Harry yang fasih berbahasa Indonesia dan lahir di Lappersum, Belanda 20 Oktober 1947 itu merasa lebih objektif dalam menuliskan Tan Malaka yang selalu menekankan Islam sebagai kekuatan revolusioner di Indonesia.

“Karena itu harus ada kekuatan kiri dengan Islam,” ujar pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dari Universitas Amsterdam tahun 1972 itu.
   
Setelah sukses menulis autobiografi “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi” sebanyak dua jilid, seorang warga negara Belanda, Harry A. Poeze Ph.D kembali menuliskan buku Tan Malaka (1894-1949) jilid III. [arp]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya