Berita

Pimpinan DPR Boleh Bawa Istri, Pantas Cuma Manggut-manggut

SABTU, 23 OKTOBER 2010 | 10:09 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Menjadi masalah besar kalau anggota DPR sampai tidak tahu anggaran studi banding atau biaya yang dikeluarkan Sekjen DPR untuk membiayai kunjungan kerja mereka ke luar negeri.

Hal itu dikatakan Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yuna Farhan, saat mengisi diskusi di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu (23/10). Komentar Yuna untuk menanggapi pengakuan anggota Komisi X Reni Marlinawati yang tak pernah tahu berapa anggaran yang dikeluarkan saat ia bepergian ke Afrika Selatan dengan dalih pembahasan RUU Pramuka.

"BURT (Badan Urusan Rumah Tangga) yang menyusun anggaran termasuk anggaran perjalanan luar negeri telah membagi jatah tiap alat kelengkapan termasuk dalam pembahasan RUU berapa besar alokasi. Kalau tak tahu berapa berarti ada masalah. Karena BURT ini yang terdiri dari anggota Dewan, mereka perwakilan fraksi dan komisi seharusnya bisa tersebar infonya," tegas Yuna.


Yuna mengatakan pula, agenda studi banding DPR terkesan bagi-bagi jatah. Jadi tak heran semua pimpinan DPR, fraksi baik koalisi maupun oposisi sepakat.

"Jatahnya ada di semua alat kelangkapan di DPR BURT, BK, Baleg, Badan Akuntabilitas keuangan negara. Tiap komisi diberikan jatah 1-3 negara, dari komisi I-XI," jelasnya.

Kemudian, di tiap pembahasan RUU selalu ada jatah Rp 1,7 miliar untuk tiap pembahasan RUU dan studi banding ke luar negeri.

"Dan untuk pimpinan DPR dapat jatah Rp 15 miliar dan boleh membawa istri," ungkapnya.

Dalam catatan Fitra, tren kunjungan kerja ke luar negeri ini pun luar biasa peningkatannya. Pada 2008, digunakan alokasi anggaran senilai Rp 71,2 miliar. Pada 2009, membuang anggaran Rp 78,6 miliar. Yang fantastis, pada 2010 anggaran naik dua kali lipat menjadi sekitar Rp 170 miliar.

Yuna mengambil contoh kasus, anggaran untuk kunjungan kerja delapan anggota Badan Kehormatan ke Yunani hari ini sebesar Rp 1,5 miliar.

"Kalu dikonversi ke jaminan kesehatan akan bisa mengobati 25 ribu orang miskin. Dimana sensitivitas anggota Dewan?", tegasnya.[ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya