Berita

Waspadai Hot Money plus Kegagalan Debottlenecking

SABTU, 23 OKTOBER 2010 | 09:39 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

RMOL. Aliran masuk hot money yang begitu deras berbarengan dengan ketidakmampuan pemerintah melakukan debottlenecking birokrasi akan berbahaya bagi perekonomian nasional.

Hal itu kembali diingatkan ekonom senior Rizal Ramli ketika berbicara dengan Rakyat Merdeka Online.

Hot money adalah aliran modal asing yang masuk ke sektor makro untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek. Karena sifatnya yang sangat spekulatif, hot money bisa dengan mudah datang dan pergi. Hot money kerap membuat terlena para pengambil kebijakan ekonomi dan memuaskan rakyat karena di atas permukaan performa perekonomian nasional yang diukur dengan berbagai indeks makro akan tampak begitu menjanjikan.

Sejak tahun lalu, ujar mantan menteri perekonomian ini, pemerintah berjanji akan melakukan kebijakan debottlenecking, dimana birokrasi yang menghambat dan membikin macet akan dibongkar agar lebih bersahabat dengan dunia bisnis dan rakyat.

“Tetapi, sudah satu tahun yang terjadi bukan debottlenecking, melainkan malah menjadi botol sempit, semakin mampet,” ujarnya sambil menambahkan pada akhirnya proses birokrasi menjadi amat panjang dan mahal.

Di sinilah letak bahayanya, sambung Rizal.

“Indonesia sedang kebanjiran uang panas atau hot money karena di Eropa dan Amerika bunga sangat rendah. Ini yang membuat harga saham di Indonesia terus naik dan nilai tukar rupiah terus menguat. Bisa jadi harga saham akan naik menjadi 4.000 dan pada titik itu price earning ratio saham Indonesia termasuk yang paling mahal di dunia,” jelas Rizal.

Kalau sudah begini, sambung Rizal, hanya soal waktu sebelum arus modal kembali ke luar.

Kenapa mereka meninggalkan Indonesia? “Antara lain karena apa yang dijanjikan setahun lalu, yakni pengurangan hambatan yang disebut dengan debottlenecking tadi, dalam kenyataannya tidak mengalami perubahan yang berarti,” jelas Rizal.

Bila aliran hot money keluar secara tiba-tiba sebelum pemerintah berhasil melakukan debottlenecking, dan di saat bersamaan menggerakan sektor riil, maka pondasi ekonomi Indonesia yang keropos akan terkuak, selanjutnya yang terjadi adalah krisis. [guh]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya