RMOL.Teuku Faizasyah kini resmi menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional. Status ‘magang’ cukup dua bulan saja.
Sebab, 6 September lalu sudah mengantongi Keputusan Presiden (Keppres) mengenai pengangkatan dirinya menggantikan Dino Patti Djalal yang kini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
“Ini kan tanggung jawab dan amanah yang besar. Jadi, saya melihatnya ini sebagai tantangan. Bagaimana supaya bisa melakukan hal-hal yang baik yang pernah dilakukan Pak Dino sebelumnya,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis (23/9).
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana perasaannya dengan jabatan baru ini?
Ini tantangan bagi saya. Saya tetap berusaha agar bisa memberikan yang terbaik dalam kapasitas yang dimiliki. Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Kapan Anda dilantik?
Sebenarnya tidak ada pelantikan. Dengan Keppres itu saya langsung menjalankan tugas sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional.
Bagaimana pengalamannya selama magang?
Itu kan proses belajar. Saya melihat bagaimana Pak Dino dalam melakukan tugas dan fungsi-fungsinya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional.
Apa pengalamannya sebagai Juru Bicara Kemenlu tidak cukup?
Ya, saya tidak terus-terusan saya mengikuti Pak Dino. Sebab, saya sebelumnya kan menjabat Juru Bicara Kementerian Luar Negeri. Sehingga saya banyak berinteraksi secara personal, antara Menlu dengan pekerjaan Pak Dino yang menyangkut hubungan internasional. Saya nggak lama kok magang, cuma dua bulan saja.
Apa tugas Anda yang paling mendesak untuk dituntaskan?
Apa yang sudah baik dilakukan Pak Dino harus diteruskan. Seperti persediaan bahan dan substansinya.
Bagaimana penanganan hubungan dengan Malaysia?
Sebenarnya apa yang kita lakukan sudah tepat. Presiden menginstruksikan ke Menlu untuk berbuat sesuai dengan kapasitas dan kewenangan yang dimiliki. Yakni, bagaimana mengelola dengan baik proses diplomasi. Sebab, diplomasi itu butuh waktu dan perlu kesabaran.
Harapan secara personal dengan tantangan yang mencuat itu, bisa diselesaikan dengan baik. Hubungan itu kan dilakukan oleh dua pihak. Kita melakukan sesuatu dan Malaysia juga melakukan sesuatu. Tentunya dalam bingkai yang besar, hubungan itu sudah baik. Dengan wilayah yang berbagai sektor juga baik.
Tapi di luar itu ada hal-hal yang memerlukan keseriusan dalam penanganannya. Katakanlah, masalah perbatasan, dan masalah penanganan TKI menjadi masalah yang timbul, sehingga itu bisa menggerogoti hubungan yang baik.
Seperti apa langkah yang sudah diambil itu?
Pemerintah melalui Kemenlu sudah melakukannya. Itu cukup jelas untuk mempercepat proses perundingan. Hal yang lain adalah masalah Ketenagakerjaan dengan Menakertrans. Kemudian masalah perbatasan dengan Menlu sedang mengupayakan agar segera terselesaikan kesepakatan dengan Malaysia.
Masalah perbatasan kok lama sekali diselesaikan?
Ini memang suatu hal yang harus diprioritaskan dan harus kita dorong agar cepat diselesaikan. Namun faktanya kasus perundingan itu memang perlu waktu. Dengan demikian tidak cepat diselesaikan. Tapi setidaknya dalam proses yang sedang berjalan harus disusun suatu mekanisme untuk meredakan masalah di lapangan. Sebab ini adalah masalah yang rumit dan kompleks.
Lihat saja kasus perbatasan negara tetangga kita juga banyak. Sebut saja Jepang dengan China saja sudah bertahun-tahun tidak selesai. Jadi, sekarang yang diperlukan adalah kesabaran dan keteguhan dari sisi perundingan.
Masalah perbatasan kita dengan Malaysia dilakukan secara paralel. Dan itu sudah merupakan prioritas pemerintah. [RM]