Ilustrasi (Foto: Tangkapan layar RMOL siaran YouTube CGTN)
Industri peluncuran roket global semakin panas dengan lahirnya LandSpace, startup roket asal China
Dalam pernyataannya, perusahaan berbasis di Beijing ini secara terbuka mengakui terinspirasi oleh perusahaan antariksa milik Elon Musk, SpaceX. Mereka bahkan disebut-sebut ingin menjadi “SpaceX versi China”, dengan fokus utama pada pengembangan roket yang bisa digunakan kembali.
Awal Desember lalu, LandSpace mencatat sejarah sebagai perusahaan China pertama yang menguji roket reusable (dapat digunakan ulang), meski uji coba roket Zhuque-3 tersebut berakhir gagal. Namun kegagalan ini justru dinilai sebagai langkah penting yang memberi dorongan baru bagi industri antariksa China, yang selama ini didominasi perusahaan milik negara dan cenderung menghindari risiko.
“SpaceX berani mendorong produknya sampai ke batas, bahkan sampai gagal, untuk cepat belajar dan memperbaiki desain,” kata Dai Zheng, kepala perancang Zhuque-3 kepada CCTV, dikutip dari
Reuters, Selasa 30 Desember 2025.
Dai mengungkapkan, ketertarikannya pada konsep roket reusable ala SpaceX menjadi alasan ia meninggalkan lembaga roket milik negara pada 2016 untuk bergabung dengan LandSpace. Ambisinya sederhana, yaitu ingin menghadirkan alternatif peluncuran roket murah bagi China, mirip Falcon 9 milik SpaceX.
Langkah ini sangat penting bagi rencana Beijing membangun hingga 10.000 satelit dalam beberapa dekade mendatang. Roket reusable dianggap kunci untuk menekan biaya peluncuran secara signifikan.
Wakil kepala perancang Zhuque-3, Dong Kai, menegaskan bahwa pendekatan LandSpace bukan sekadar meniru. “Falcon 9 adalah desain yang sudah terbukti secara teknik. Mempelajarinya adalah bentuk pembelajaran, bukan peniruan,” ujarnya.
Budaya startup LandSpace yang lebih terbuka terhadap kegagalan mulai mengubah pola pikir industri antariksa China. Jika dulu kegagalan peluncuran hampir selalu ditutup-tutupi, kini media pemerintah bahkan melaporkan beberapa uji coba roket reusable yang gagal, termasuk dari perusahaan milik negara.
Musk sendiri sempat menyoroti desain Zhuque-3. Ia menilai roket itu menggabungkan elemen Starship (seperti baja tahan karat dan bahan bakar metana-cair) dengan arsitektur Falcon 9.
Namun Musk tetap menegaskan, “Starship berada di level yang berbeda.”
Meski uji coba terakhir Zhuque-3 gagal mendarat dan jatuh sebelum menyentuh tanah, LandSpace tetap optimistis. Mereka belajar dari pengalaman SpaceX, yang juga membutuhkan dua kegagalan sebelum berhasil mendaratkan Falcon 9 pada 2015.
Dengan rencana melantai di bursa (IPO) dan dukungan pemerintah China yang kini lebih terbuka pada pembiayaan pasar modal, LandSpace berharap bisa mempercepat pengembangan roketnya, dan perlahan mengejar dominasi SpaceX di industri antariksa global.