Berita

Ekonom Bright Institute, Yanuar Rizky. (Foto: Tangkapan Layar)

Politik

Ekonomi Terlihat Stabil Padahal Obesitas

MINGGU, 28 DESEMBER 2025 | 14:38 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Perekonomian Indonesia diklaim dalam keadaan yang stabil, alias tidak mengalami gejolak. Akan tetapi, ada satu indikator yang menimbulkan kritik dari publik, yaitu mengenai nilai tukar rupiah.

Pembahasan itu diulas Ekonom Bright Institute, Yanuar Rizky, dalam podcast bersama Pengamat Politik Hendri Satrio dalam podcastnya di kanal Youtube, yang dikutip redaksi pada Minggu, 28 Desember 2025.

Dia menjelaskan, nilai tukar rupiah dari waktu ke waktu dibuat terus menanjak oleh bank sentral, atau dalam hal ini Bank Indonesia (BI). 


"Kalau kita lihat panjang, rupiah ini dari mulai tahun 2008, range (kenaikannya) ini tuh selalu dipertahankan di angka 6-7%," ujar Yanuar.

Dia menegaskan, pengaturan nilai tukar rupiah agar terus menanjak, erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah dalam hal hutang. 

"Makanya itu kenapa ketika pemerintah itu menerbitkan surat hutang, kuponnya tuh 6-7%. Karena ini (alasannya) sebetulnya," urainya.

Lebih lanjut, Yanuar mendemonstrasikan kenaikan angka nilai tukar rupiah dari waktu ke waktu yang terbilang tidak rendah.

"Jadi kalau dulu (nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat) Rp10.000 (per dolar), 6-7% nya 12.000 diangkatnya. Yang tadinya Rp 12.000 batas atas, jadi batas bawah baru," katanya.

"Naik lagi kesini, sampai sekarang sudah ke 16.200. Nah yang terjadi sekarang, itu batas atasnya, kemarin sudah jadi batas bawah. Tapi dari BI melihatnya stabilitas, sebetulnya stabilitas terjaga," tuturnya.

Kendati begitu, bagi Yanuar kenaikan angka nilai tukar rupiah sampai hari ini termasuk yang tidak biasa. Dia mengibaratkan perekonomian Indonesia seperti manusia yang punya berat badan yang semakin baik dari hari ke hari, bahkan berat badannya terbilang tidak wajar.

"Sama kayak kita nih bilang, 'gue kayaknya tampak gemuk aja yang penting kan jantung gue gak apa-apa'. Jadi artinya kan segala macem gak apa-apa. Nah, hal yang sama nih. Jadi artinya, ekonominya sebetulnya keliatan gak ada apa-apa, tapi obesitas. Kurang lebih gitu," demikian Yanuar menambahkan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya