Berita

Ilustrasi (Artificial Intelligence)

Bisnis

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

SELASA, 16 DESEMBER 2025 | 10:33 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kurs Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk Yen, pada perdagangan Senin 15 Deember 2025 waktu setempat. 

Pelemahan ini terjadi menjelang pekan yang sangat padat dengan keputusan kebijakan moneter dari tiga bank sentral besar dan rilis data ekonomi AS yang krusial.

Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama termasuk yen dan euro, turun 0,09 persen ke 98,318, mencerminkan keragu-raguan pasar terhadap arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) ke depan.


Yen Jepang menjadi penerima manfaat terbesar dari pelemahan Dolar, didukung oleh ekspektasi pasar yang kian menguat bahwa Bank of Japan (BoJ) akan mengumumkan kenaikan suku bunga pada Jumat pekan ini. Terhadap Yen, greenback tercatat melorot 0,31 persen dan diperdagangkan di level 155,345 per Dolar AS.

Di Eropa, Euro menunjukkan sedikit penguatan di tengah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertahankan suku bunga. Mata uang ini menguat tipis 0,06 persen ke 1,174775 Dolar AS.

Sementara itu, Pound Inggris justru melemah 0,12 persen menjadi 1,33645 Dolar AS, seiring pasar hampir sepenuhnya memperkirakan Bank of England (BoE) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat menyusul meredanya tekanan inflasi di Inggris.

Keputusan BoJ, BoE, dan ECB yang dijadwalkan pekan ini akan memberikan sinyal yang tajam mengenai divergensi kebijakan moneter global. BoJ diperkirakan mulai mengetatkan, BoE melonggarkan, dan ECB menahan diri.

Perhatian investor juga tertuju pada serangkaian data AS yang tertunda, termasuk laporan Ketenagakerjaan (Non-Farm Payrolls) pada Selasa dan data Inflasi pada Kamis. Rilis data ini akan memberikan gambaran yang sangat dinantikan mengenai kondisi ekonomi AS dan berpotensi mengubah ekspektasi pasar terhadap langkah The Fed berikutnya.

Secara keseluruhan, analis melihat adanya kontras kebijakan moneter yang mencolok: di Amerika, pertanyaan utamanya adalah seberapa lama The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga lanjutan, sementara di banyak negara maju lainnya, fokusnya adalah kapan mereka akan mulai menaikkan suku bunga.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya