Berita

Ilustrasi (RMOL/Reni Erina)

Bisnis

Rupiah Diperkirakan Melemah Tipis di Tengah Kaburnya Sinyal Suku Bunga Global

SENIN, 08 DESEMBER 2025 | 07:36 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Setelah mengakhiri pekan lalu dengan sedikit penguatan, Rupiah hari ini Senin, 8 Desember 2025 diperkirakan menghadapi tantangan. 

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung melemah tipis, dengan rentang pergerakan yang diperkirakan berada di kisaran Rp16.640 hingga Rp16.680 per Dolar AS.

Pada penutupan Jumat 5 Desember 2025, Rupiah sejatinya tampil memukau, menguat 0,03 persen ke level Rp16.648. Rupiah tidak sendirian, sebagian besar mata uang Asia lain, seperti Yen Jepang, Dolar Singapura, Won Korea, dan Ringgit Malaysia, juga kompak menguat saat itu.


Kunci pergerakan Rupiah dan mata uang global saat ini berada di tangan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed). Menurut pengamat komoditas dan mata uang, Ibrahim Assuaibi, prospek kebijakan moneter global kini semakin tidak jelas.

Para pejabat The Fed terlihat skeptis tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember. Mereka terbagi antara kekhawatiran inflasi yang masih membayangi dan tanda-tanda pasar tenaga kerja AS yang mulai melemah. Ketidakpastian ini membuat para pedagang mengurangi ekspektasi akan adanya pelonggaran suku bunga dalam waktu dekat.

Pasar saat ini tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis. Para ekonom memperkirakan angka kenaikan jumlah tenaga kerja sekitar 50.000. Jika hasilnya justru lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat secara drastis mengubah ekspektasi pasar dan memicu pelemahan Dolar AS.

Di tengah gejolak global, Bank Indonesia (BI) memberikan optimisme dari sisi fundamental domestik.

BI memproyeksikan neraca transaksi berjalan (semua transaksi barang dan jasa Indonesia dengan dunia luar) pada tahun 2025 akan berada di kisaran surplus 0,1 persen hingga defisit (CAD) 0,7 persen dari PDB.

Proyeksi yang terjaga ini menunjukkan bahwa fundamental eksternal ekonomi Indonesia tetap kokoh. Selain defisit transaksi berjalan yang rendah, aliran modal asing juga berpotensi meningkat seiring dengan membaiknya prospek ekonomi nasional. Kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang berdaya tahan inilah yang menjadi 'benteng' Rupiah saat tekanan Dolar AS meningkat.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya