Presiden AS Donald Trump terima piagam perdamaian FIFA (Tangkapan layar siaran CNN)
Larangan pesan politik di lapangan selama ini begitu ketat sampai-sampai pemain bisa didenda FIFA hanya karena gestur kecil yang dianggap “berbau politik”.
Namun ironi mencolok terjadi pada Jumat, 5 Desember 2025. Presiden FIFA Gianni Infantino justru memuji Presiden AS Donald Trump setinggi langit dan menyerahkan Hadiah Perdamaian FIFA perdana kepadanya.
“Inilah yang kami inginkan dari seorang pemimpin… Anda benar-benar layak menerima Hadiah Perdamaian FIFA pertama,” ujar Infantino, dikutip Al-Jazeera, Sabtu 6 Desember 2025.
Trump, yang selama bertahun-tahun mengincar Nobel Perdamaian, menyambutnya dengan gaya khas: penuh percaya diri dan diselipi sindiran. Ia menyebut penghargaan itu sebagai salah satu kehormatan terbesar dalam hidupnya, lalu menyerang pemerintahan Joe Biden.
“Amerika Serikat, satu tahun lalu tidak dalam kondisi baik. Sekarang kami adalah negara paling ‘panas’ di dunia,” katanya.
Namun selang beberapa hari sebelumnya, Trump sempat menyebut warga Somalia di AS sebagai “garbage”. Ucapan bernada rasis itu sontak membuat penghargaan “perdamaian” yang ia terima terasa makin kontroversial.
Tak butuh waktu lama, kritik datang bertubi-tubi. Mantan pejabat PBB Craig Mokhiber, yang lama mendesak FIFA menangguhkan Israel dari kompetisi internasional, menyebut langkah Infantino sebagai 'perkembangan yang benar-benar memalukan'.
Menurutnya, penghargaan itu sekadar upaya menutupi catatan kelam Trump terkait isu Israel, serangan udara di Karibia, hingga pelanggaran HAM di AS.
Kedekatan Infantino dan Trump sendiri makin menjadi sorotan menjelang Piala Dunia 2026 di AS, Kanada, dan Meksiko. Infantino beberapa kali terlihat di Gedung Putih dan bahkan ikut menghadiri acara Trump terkait seruan gencatan senjata di Gaza, hubungan yang dinilai sebagian pihak terlalu mesra untuk ukuran lembaga olahraga internasional.
Partai Demokrat pun tak tahan menyindir. “Trump tidak bisa mendapatkan Nobel Perdamaian, jadi FIFA membuatkan penghargaan perdamaian sendiri untuknya,” demikian kritik mereka.
Di saat yang sama, berbagai lembaga HAM mengingatkan rekam jejak Trump yang jauh dari citra “pembawa damai”. Mulai dari perintah pemboman fasilitas nuklir Iran, dukungan penuh persenjataan untuk Israel di tengah pelanggaran HAM di Gaza, hingga 22 serangan udara terhadap kapal yang disebut membawa narkoba, serangan yang menewaskan lebih dari 80 orang dan oleh banyak pakar dinilai sebagai tindakan pembunuhan di luar hukum.